PERTANYAAN :
Assalamualaikum. Maaf sedulur. Sebagian besar ijazahan likhomsatun ilakhh..., di lafadz Akhir.. walfaathimah, ada AL nya, padahal lafadz itu makrifat. Apa ada yang sudah tahu alasannya ?. Punten nyuwun pirso. Niki kitabe الملاحق في فقه دعوة النور karya syekh Sa'id al-Nursi Atau kitab kumpulan hizib kitab مجموعةالأحزاب الشاذلية. Yang disusun oleh sayyidi syaikh alQuthb Abi Al Hasan aly asyadziliyang di kumpulkan oleh asyekh Dhiya Al Din Ahmad bin mustafa bin Abdurrahman al_kamsyahanawi al-mujaddidi alhkholidi yang wafat pada tahun 1311 H. [Kanghamid Compac]
JAWABAN :
Wa'alaikumussalam. Ya, setelah mulai mewabahnya pandemi Covid-19, banyak Kyai-Kyai yang mengijazahkan amalan agar terhindar dari wabah penyakit. Di antara amalan tersebut syair Li Khomsatun. Banyak yang beredar bahwa ijazah ini berasal dari Hadratussyaikh KH Hasyim Asy'ari.
Berdasar cerita dari KH. Masduki Abdurrahman Perak, dulu di zaman Hadratussyaikh pernah terjadi waba', hingga dikatakan, Jika paginya sakit sorenya meninggal, jika malam sakit paginya meninggal. Maka dari itu Hadratussyaikh mengijazahkan sebuah amalan untuk menolak waba' tersebut dengan membaca syiir Li Khomsatun, amalan tersebut beliau ijazahkan kepada murid-muridnya, diantaranya KH. Wahab Hasbullah, KH. Bisyri Syansuri, KH. Romli Tamim, dan KH. Syansuri Badawi Tebuireng. Tercatat sejak dulu banyak santri Tebuireng yang mengamalkan syi'ir ini.
Menurut Gus Zaki, dulu di Tebuireng ketika ada wabah, para santri Tebuireng mengitari pondok sembari membaca syiir tersebut. Ini sebagai ikhtiyar batin agar tidak terkena penyakit tersebut. Amalan ini juga pernah diijazahkan oleh Gus Mahmad Baidlowi bin KH. Baidlowi Asro (Pengasuh Tebuireng ke 4) pada tahun 2010, dikarenakan mewabahnya flu babi pada saat itu. Sekarang karena mewabahnya virus Corona, KH. Mustqim Askan salah satu muridnya KH. Syansuri Badawi mengijazahkan amalan tersebut. Yaitu dengan membaca 41 kali pada saat awal kali mengamalkan. Dan selanjutnya dibaca setelah Magrib dan Subuh sebanyak 5 kali.
Adapun teks ijazahnya seperti ini:
لي خمسة أطفي بها حر الوباء الحاطمه المصطفى والمرتضى وابناهما والفاطمه
Banyak yang mengeritik tulisan ijazah tersebut, dikarenakan dalam ijazah tersebut
1) lafadz (الحاطمه) & (الفاطمه) tanpa menggunakan titik.
2) Lafadz (الفاطمه) menggunakan (ال)
Yang pertama, Kenapa lafadz (الحاطمه) & (الفاطمه) tidak menggunakan titik (نقط). Dalam kitab Qowaid al-Imla' karya Syaikh Abdus Salam Harun dijelaskan bahwa, Wajib menulis titik (نقط) pada ta' Marbutoh kecuali pada akhir waqof kalam syi'ir atau kalam Nasar yang bersajak.
[عبد السلام هارون ,قواعد الإملاء ,ص ٦٣]
ويجب نقطها مالم يكن في موضع وقف من شعر او نثر مسجوع.
Di dalam kitab di bawah ini (Nama kitabnya belum ditemukan, Sumber dari grup WA) Muallif meriwayatkan الحاطمه & فاطمه tanpa menggunakan titik.
Yang kedua, kenapa Lafadz (الفاطمه) menggunakan (ال), kita akan kaji melalui dua pendekatan:
Pendekatan ilmu Nahwu, banyak yang menyangkal kalimat فاطمة itu termasuk isim Ma'rifat, dan isim makrifat tidak boleh dimakrifatkan lagi dengan ال.
Dalam kitab Alfiyah Ibnu Malik bab المعرف بأداة التعريف bait ke 109 dan 110 dijelaskan :
وَبَعضُ الأعْلاَمِ عَلَيْهِ دَخَلا ¤ لِلَمْحِ مَـا قَدْ كَانَ عَنْهُ نُقِلاَ
كَالْفَضْلِ وَالْحَارِثِ وَالْنُّعْمَانِ ¤ فَــذِكْـرُ ذَا وَحَذْفُــــهُ سِيَّـانِ
Jadi ال yang terdapat dalam lafadz الفاطمة itu berfaidah (ال للمح الأصل). Jadi kata فاطمة jika ditambahi ال tidak masalah, karena ال nya hanya berupa ال زائدة (tambahan), sebagaimana seperti kata:
.العباس،النعمان،الفضل, الحارث
Isim 'alam juga bisa menerima Al, jika alam itu berasal dari serapan kata yang lain, seperti حارث serapan dari isim fa'il maka boleh di masukin Al.Kemungkinan lain, itu Al gholabah seperti keterangan dalam nadhom :
وَقَدْ يَصِيْـــرُ عَلَـمـــاً بِالْـغَـلَبَــــهْ ¤ مُضَاف أوْ مَصْحُوْبُ أَلْ كَالْعَقَبَهْ
Dan terkadang menjadi Alam bil Ghalabah (khusus nama tertentu karena mengalahkan nama-nama lain yg serupa) yaitu Isim Mudhaf (Mudhaf lil Ghalabah, contoh Ibnu Abbas tertentu kepada Abdullah bin Abbas paman Rosulullah) dan Isim yang diberi AL (AL lil Ghalabah) seperti contoh Al-‘Aqabah (menjadi khusus nama jalan digunung Mina).Jika melalui pendekatan ilmu Arudl, lafadz والفاطمة lebih sesuai karena menyesuaikan bahar syiir. Dinukil dari kajian Ma'had Aly Ploso, Bahwa syaiir ini termasuk mengikuti wazan bahar Rojaz yaitu
مستفعلن مستفعلن مستفعلن x٢
Dalam bahar Rojaz wazan tam dengan wazan seperti yang diatas, sehingga ketika di taqti' (di-pas-kan notnya) tentunya lebih sesuai dengan memakai ال, yaitu والفاطمة.
Adapun وفاطمة tidak sesuai dengan bahar rojaz tam (مستفعلن x ٦), meskipun dibolehkan terjadi خبن & طي akan tetapi kurang bagus.
Dalam kitab Majmu' Aurod wa Ahzab At Thoriqoh An Naqsaybandiyah, karya Syaikh Baha'uddin (W. 791 H), halaman 333, di dalam kitabnya beliau meriwayatkan فاطمة dengan menggunakan ال.
Jadi sebagai yang mendapatkan riwayat seperti ini, alangkah baiknya khazanah penulisan ijazah syiir li Khomsatun tetap dipertahankan seperti guru-guru kita mengijazahkan, agar autentisitas riwayat ijazah terjaga. Wa Allahu a'lamu bis showab. [Azhar Janka Dausat, Syaif Wakhid, Sa'du Abu Syibli, Aang Sahili As Sakopi, Ahmad Khoirunnasik].
LINK ASAL :
www.fb.com/groups/piss.ktb/3211067195582733