PERTANYAAN
:
Assalamu'alaikum. Mau Tanya tafsir tentang ruh. [M̳̿a̳̿s̳̿t̳̿e̳̿r̳̿ R̳̿i̳̿d̳̿w̳̿a̳̿n̳̿ G̳̿u̳̿n̳̿a̳̿w̳̿a̳̿n̳̿]
JAWABAN :
Wa'alaikum salam. Tafsir Surat Al-Isra, ayat 85 :
Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah, "Roh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kalian diberi pengetahuan, melainkan sedikit.”
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Ibrahim, dari Alqamah, dari Abdullah ibnu Mas'ud r.a. yang mengatakan bahwa ketika ia sedang berjalan mengiringi Rasulullah Saw. di sebuah lahan pertanian di Madinah —yang saat itu Rasulullah Saw. berjalan dengan memakai pelepah kurma sebagai tongkatnya — maka bersualah beliau dengan sejumlah orang dari kalangan orang-orang Yahudi. Sebagian dari mereka mengatakan kepada sebagian yang lain, "Tanyailah dia oleh kalian tentang roh." Sedangkan sebagian lainnya mengatakan, "Janganlah kalian bertanya kepadanya." Akhirnya mereka bertanya kepada Nabi Saw. tentang roh. Untuk itu mereka berkata, "Hai Muhammad, apakah roh itu?" saat itu Nabi Saw. masih tetap bertopang pada pelepah kurmanya seraya berdiri. Ibnu Mas'ud merasa yakin bahwa saat itu Nabi Saw. sedang menerima wahyu. Setelah itu Nabi Saw. membacakan firman yang baru diturunkan itu, yakni: Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah, "Roh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kalian diberi pengetahuan melainkan sedikit.” (Al-Isra: 85) Maka berkatalah sebagian dari mereka kepada sebagian yang lain, "Telah kami katakan kepada kalian, janganlah kalian bertanya kepadanya."
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim melalui hadis Al-A'masy dengan sanad yang sama.
Menurut lafaz Imam Bukhari sehubungan dengan tafsir ayat ini, dari Abdullah ibnu Mas'ud r.a., disebutkan bahwa ketika kami sedang berjalan bersama dengan Rasulullah Saw. di sebuah lahan pertanian — saat itu Rasulullah Saw. berjalan dengan memegang pelepah kurma sebagai tongkatnya maka bersualah beliau dengan orang-orang Yahudi. Sebagian dari mereka mengatakan kepada sebagian yang lain, "Tanyailah dia tentang roh." Salah seorang dari mereka berkata, "Apa perlunya kalian dengan dia?" Sebagian yang lainnya mengatakan, "Jangan sampai dia menghadapi kalian dengan sesuatu yang kalian tidak menyukainya." Mereka berkata, "Tanyailah dia tentang roh." Akhirnya mereka menanyai Nabi Saw. tentang roh. Tetapi Nabi Saw. diam, tidak menjawab sepatah kata pun terhadap mereka. Ibnu Mas'ud mengatakan, "Saya menyadari bahwa beliau Saw. sedang menerima wahyu, maka saya diam di tempat." Setelah wahyu selesai, Nabi Saw. membacakannya, yaitu firman-Nya: Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah, "Roh itu termasuk urusan Tuhanku.” (Al-Isra: 85), hingga akhir ayat.
Konteks ayat ini jelas menunjukkan bahwa ayat ini diturunkan di Madinah, diturunkan ketika orang-orang Yahudi menanyakan kepadanya tentang roh, sekalipun surat ini adalah surat Makiyyah.
Sebagai jawabannya dapat dikatakan bahwa barangkali ayat ini diturunkan di Madinah untuk yang kedua kalinya, sebelumnya memang ayat ini pernah diturunkan di Mekah. Atau barangkali makna yang dimaksud dari hadis di atas bahwa Nabi Saw. menjawab pertanyaan mereka dengan membacakan ayat ini yang telah diturunkan sebelumnya, yaitu firman-Nya: Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. (Al-Isra: 85), hingga akhir ayat.
Dan yang menunjukkan bahwa ayat tersebut diturunkan kepada Nabi Saw. di Mekah, ialah apa yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam salah satu hadis yang diketengahkannya.
Ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Zakaria, dari Daud, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa orang-orang Quraisy pernah mengatakan kepada orang-orang Yahudi, "Berikanlah kepada kami sesuatu pertanyaan yang akan kami ajukan kepada lelaki ini." Orang-orang Yahudi menjawab, "Tanyailah dia tentang roh." Lalu orang-orang Quraisy bertanya kepada Nabi Saw. tentang masalah roh. Maka turunlah firman-Nya: Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah, "Roh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kalian diberi pengetahuan, melainkan sedikit.” (Al-Isra: 85) Orang-orang Yahudi berkata, "Kami telah diberi pengetahuan yang banyak, kami telah diberi kitab Taurat; dan barang siapa yang diberi kitab Taurat, sesungguhnya ia telah diberi kebaikan yang banyak." Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Katakanlah, "Seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu. (Al-Kahfi: 109), hingga akhir ayat.
Ibnu Jarir telah meriwayatkan dari Muhammad ibnul Musanna, dari Abdul A'la, dari Daud, dari Ikrimah yang mengatakan bahwa Ahli Kitab pernah bertanya kepada Nabi Saw. tentang roh, maka Allah menurunkan firman-Nya: Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. (Al-Isra: 85), hingga akhir ayat. Mereka mengatakan, "Kamu menduga bahwa tidaklah kami diberi pengetahuan kecuali sedikit, padahal kami telah diberi kitab Taurat, dan kitab Taurat itu adalah hikmah." Mereka bermaksud seperti apa yang disebutkan oleh firman-Nya: Dan barang siapa yang diberi hikmah, sungguh telah diberi kebajikan yang banyak. (Al-Baqarah: 269) Maka Allah menurunkan firman-Nya: Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta) ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi). (Luqman: 27), hingga akhir ayat. Selanjutnya Ikrimah mengatakan bahwa pengetahuan yang telah diberikan kepada kalian yang membuat kalian diselamatkan oleh Allah dari neraka berkat pengetahuan itu. Maka hal itu adalah pemberian yang banyak lagi baik, tetapi hal itu menurut pengetahuan Allah dianggap sedikit.
Muhammad Ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari salah seorang temannya, dari Ata ibnu Yasar yang mengatakan bahwa ayat berikut ini diturunkan di Mekah, yaitu firman-Nya: dan tidaklah kalian diberi pengetahuan melainkan sedikit. (Al- Isra: 85) Ketika Rasulullah Saw. hijrah ke Madinah, orang-orang alim Yahudi datang kepadanya dan bertanya, "Hai Muhammad, telah sampai kepada kami berita yang mengatakan bahwa engkau telah mengatakan: 'dan tidaklah kalian diberi pengetahuan melainkan sedikit.' (Al-Isra: 85) Apakah yang engkau maksudkan adalah kami, ataukah kaummu sendiri?" Rasulullah Saw. menjawab, "Saya bermaksud kepada semuanya." Mereka berkata, "Sesungguhnya engkau telah membaca tentang kami, bahwa kami telah diberi kitab Taurat yang di dalamnya terdapat penjelasan segala sesuatu." Maka Rasulullah Saw. menjawab: Hal itu menurut pengetahuan Allah dianggap sedikit, dan sesungguhnya Allah telah mendatangkan kepada kalian sesuatu yang jika kalian mengamalkannya, tentulah kalian beroleh manfaat (yang banyak). Dan Allah menurunkan firman-Nya: Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (Luqman: 27)
Para ulama berbeda pendapat tentang yang dimaksud dengan roh dalam ayat ini, seperti keterangan berikut:
Pertama, pendapat yang mengatakan bahwa makna yang dimaksud dengan roh ialah arwah Bani Adam.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. (Al-Isra: 85), hingga akhir ayat. Demikian itu terjadi ketika orang-orang Yahudi bertanya kepada Nabi Saw. tentang roh. Mereka mengatakan, "Ceritakanlah kepada kami tentang roh. Bagaimanakah roh yang ada di dalam jasad disiksa, padahal sesungguhnya roh itu berasal dari Allah?" Saat itu belum pernah ada suatu wahyu pun yang diturunkan kepada Nabi Saw. mengenainya, maka Nabi Saw. tidak menjawab sepatah kata pun. Kemudian datanglah Malaikat Jibril dan menyampaikan wahyu kepadanya, yaitu firman Allah Swt.: Katakanlah, "Roh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kalian diberi pengetahuan melainkan sedikit.” (Al-Isra: 85) Kemudian Nabi Saw. menyampaikan wahyu itu kepada mereka (orang-orang Yahudi), dan mereka mengatakan, "Siapakah yang menyampaikan hal itu kepadamu?" Nabi Saw. menjawab, "Jibril telah datang kepadaku menyampaikannya dari sisi Tuhanku." Mereka menjawab Nabi Saw., "Demi Allah, tiada yang mengatakannya kepadamu melainkan musuh kami." Maka Allah menurunkan firman-Nya: Katakanlah, "Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (Al-Qur'an) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya. (Al-Baqarah: 97)
Kedua, pendapat yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan roh dalam ayat ini ialah Malaikat Jibril. Demikianlah menurut Qatadah, dan Qatadah mengatakan bahwa Ibnu Abbas menyembunyikan makna yang dimaksud dari ayat ini.
Ketiga, pendapat yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan roh dalam ayat ini ialah malaikat yang sangat besar, yang besarnya sama dengan semua makhluk Allah.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. (Al-Isra: 85) bahwa yang dimaksud dengan roh dalam ayat ini ialah malaikat.
Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah ibnu Ars Al-Masri, telah menceritakan kepada kami Wahb ibnu Rauq ibnu Hubairah, telah menceritakan kepada kami Bisyr ibnu Bakar, telah menceritakan kepada kami Al-Auza'i, telah menceritakan kepada kami Ata, dari Abdullah ibnu Abbas yang mengatakan bahwa ia penah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya Allah mempunyai seorang malaikat, kalau sekiranya diperintahkan kepadanya, "Telanlah langit tujuh lapis dan bumi (tujuh lapis) dengan sekali telan, " tentulah ia dapat melakukannya (karena tubuhnya yang sangat besar). Bacaan tasbihnya ialah, "Mahasuci Engkau yang layak dengan kesucian-Mu.”
Hadis ini berpredikat garib, bahkan dapat dikatakan berpredikat munkar.
Abu Ja'far ibnu Jarir rahimahullah mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ali, telah menceritakan kepadaku Abdullah, telah menceritakan kepadaku Abu Marwan Yazid ibnu Samurah, dari orang yang menceritakan kepadanya, dari Ali ibnu Abu Talib r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. (Al-Isra: 85) Ali r.a. mengatakan bahwa roh adalah malaikat yang mempunyai tujuh puluh ribu muka, tiap-tiap muka mempunyai tujuh puluh ribu lisan, dan tiap-tiap lisan dapat mengucapkan seribu bahasa, Ia bertasbih kepada Allah dengan memakai semua bahasa itu. Allah menciptakan seorang malaikat dari tiap tasbih yang diucapkannya, lalu malaikat itu terbang bersama malaikat lainnya hingga hari kiamat. Asar ini garib lagi aneh.
As-Suhaili mengatakan, telah diriwayatkan dari Ali bahwa ia pernah mengatakan, "Roh adalah malaikat yang mempunyai seratus ribu kepala, tiap kepala mempunyai seratus ribu wajah, tiap wajah mempunyai seratus ribu mulut, dan setiap mulut mempunyai seratus ribu lisan; semuanya bertasbih menyucikan Allah dengan berbagai macam bahasa.
As- Suhaili mengatakan bahwa menurut pendapat lain, yang dimaksud dengan roh ialah segolongan malaikat yang rupanya seperti manusia. Menurut pendapat lainnya lagi, roh adalah segolongan malaikat yang dapat melihat malaikat lainnya, tetapi para malaikat tidak dapat melihat mereka. Mereka sama halnya dengan malaikat bagi manusia (yakni tidak terlihat).
Firman Allah Swt.:
Artinya, hanya Allah sajalah yang mengetahuinya; dan hal itu termasuk sesuatu yang sengaja hanya diketahui oleh-Nya, tidak untuk kalian. Untuk itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
Yakni apa yang diperlihatkan-Nya kepada kalian dari pengetahuan-Nya tiada lain hanyalah sedikit saja, karena sesungguhnya tiada seorang pun yang menguasai sesuatu dari pengetahuan-Nya melainkan menurut apa yang dikehendaki-Nya. Mahasuci lagi Mahatinggi Dia. Makna yang dimaksud ialah sesungguhnya pengetahuan kalian amatlah sedikit bila dibandingkan dengan pengetahuan Allah. Dan apa yang kalian tanyakan tentang roh, hal ini merupakan suatu perkara yang hanya diketahui oleh-Nya. Dia tidak memperlihatkannya kepada kalian, sebagaimana Dia tidak memperlihatkan kepada kalian dari sebagian pengetahuannya melainkan hanya sedikit saja.
Dalam kisah Musa dan Khidir akan disebutkan bahwa Khidir memandang ke arah seekor burung pipit yang hinggap di pinggir perahu yang dinaiki keduanya, lalu burung pipit itu minum seteguk air dari sungai (laut) itu dengan paruhnya. Maka Khidir berkata, "Hai Musa, tiadalah pengetahuanku dan pengetahuanmu serta pengetahuan semua makhluk bila dibandingkan dengan pengetahuan Allah, melainkan sama halnya dengan apa yang diambil oleh burung pipit ini dari laut itu dengan laut itu sendiri." Atau hal lainnya yang semakna. Karena itulah disebutkan pada akhir ayat ini oleh firman-Nya:
As-Suhaili mengatakan, sebagian ulama mengatakan bahwa Allah tidak menjawab pertanyaan mereka karena mereka mengajukan pertanyaannya dengan nada ingkar. Menurut pendapat yang lainnya lagi Allah Swt. menjawabnya.
As-Suhaili mengemukakan alasannya, bahwa makna yang dimaksud oleh firman-Nya: Katakanlah, "Roh itu termasuk urusan Tuhanku." (Al-Isra: 85) Yakni termasuk sebagian dari syariat-Nya. Dengan kata lain, masuklah kalian ke dalam agama-Nya, karena sesungguhnya kalian telah mengetahui bahwa tiada jalan untuk mengetahui masalah ini melalui keahlian ataupun filsafat. Sesungguhnya pengetahuan mengenainya hanya dapat diperoleh melalui syariat-Nya. Akan tetapi, alasan yang dikemukakan oleh As-Suhaili dan pandangannya ini masih perlu dipertimbangkan kebenarannya.
Kemudian As- suhaili mengatakan bahwa perbedaan pendapat di kalangan ulama terjadi pula sehubungan dengan definisi roh. Ada yang mengatakan bahwa roh itu adalah jiwa, ada pula yang mengatakan selain itu. Hanya As-Suhaili pada akhirnya menyimpulkan bahwa roh itu adalah suatu zat yang lembut seperti udara, ia beredar di seluruh tubuh bagaikan aliran air di dalam akar-akar pohon.
As-Suhaili menyimpulkan pula bahwa roh yang ditiupkan oleh malaikat ke dalam janin adalah jiwa, tetapi dengan syarat bahwa penggabungan roh tersebut dengan tubuh menimbulkan reaksi munculnya sifat-sifat yang terpuji atau sifat-sifat yang tercela. Oleh karena itu, jiwa itu ada yang diberi nama jiwa yang tenang (baik) atau jiwa yang labil yang selalu memerintahkan kepada keburukan.
As-Suhaili melanjutkan analisisnya, bahwa hal itu terjadi seperti halnya air yang menjadi kehidupan bagi pohon; kemudian setelah air itu menyatu dengan pohon, maka menghasilkan nama (istilah) tersendiri. Dengan kata lain, apabila air berada di dalam buah anggur, lalu diperas, maka air yang dihasilkan darinya dinamakan minuman perasan anggur atau dapat pula dijadikan sebagai khamr. Dalam keadaan seperti itu ia tidak dapat dikatakan sebagai air, melainkan dalam ungkapan kiasan.
Jiwa tidak dapat pula dikatakan sebagai roh, melainkan melalui ungkapan kiasan; sebagaimana tidak dapat pula dikatakan bahwa roh adalah jiwa, melainkan berdasarkan pertimbangan kausalitasnya.
Kesimpulan dari apa yang telah kami kemukakan ialah bahwa sesungguhnya roh itu adalah asal-usul jiwa. Jiwa adalah terbentuk akibat menyatunya roh dengan tubuh. Dengan demikian, istilah roh hanyalah dipandang dari salah satu aspeknya saja, bukan dari semua aspeknya.
Hal ini merupakan pendapat yang cukup baik.
Menurut kami, banyak kalangan ulama yang membahas masalah roh, yakni tentang hakikat roh dan ciri-ciri khasnya. Mereka menulis kitab-kitab yang menerangkan tentang masalah ini; diantaranya tulisan yang terbaik mengenai masalah ini dibuat oleh Al-Hafiz ibnu Mandah di dalam kitabnya yang berjudul Sami'nahu fir Ruhi. Wallahu a’lam [@santrialit]
- Tafsir Ibnu Katsir http://s.id/katsir
LINK ASAL :
Assalamu'alaikum. Mau Tanya tafsir tentang ruh. [M̳̿a̳̿s̳̿t̳̿e̳̿r̳̿ R̳̿i̳̿d̳̿w̳̿a̳̿n̳̿ G̳̿u̳̿n̳̿a̳̿w̳̿a̳̿n̳̿]
JAWABAN :
Wa'alaikum salam. Tafsir Surat Al-Isra, ayat 85 :
{وَيَسْأَلُونَكَ
عَنِ الرُّوحِ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ
إِلا قَلِيلا (85) }
Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah, "Roh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kalian diberi pengetahuan, melainkan sedikit.”
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Ibrahim, dari Alqamah, dari Abdullah ibnu Mas'ud r.a. yang mengatakan bahwa ketika ia sedang berjalan mengiringi Rasulullah Saw. di sebuah lahan pertanian di Madinah —yang saat itu Rasulullah Saw. berjalan dengan memakai pelepah kurma sebagai tongkatnya — maka bersualah beliau dengan sejumlah orang dari kalangan orang-orang Yahudi. Sebagian dari mereka mengatakan kepada sebagian yang lain, "Tanyailah dia oleh kalian tentang roh." Sedangkan sebagian lainnya mengatakan, "Janganlah kalian bertanya kepadanya." Akhirnya mereka bertanya kepada Nabi Saw. tentang roh. Untuk itu mereka berkata, "Hai Muhammad, apakah roh itu?" saat itu Nabi Saw. masih tetap bertopang pada pelepah kurmanya seraya berdiri. Ibnu Mas'ud merasa yakin bahwa saat itu Nabi Saw. sedang menerima wahyu. Setelah itu Nabi Saw. membacakan firman yang baru diturunkan itu, yakni: Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah, "Roh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kalian diberi pengetahuan melainkan sedikit.” (Al-Isra: 85) Maka berkatalah sebagian dari mereka kepada sebagian yang lain, "Telah kami katakan kepada kalian, janganlah kalian bertanya kepadanya."
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim melalui hadis Al-A'masy dengan sanad yang sama.
Menurut lafaz Imam Bukhari sehubungan dengan tafsir ayat ini, dari Abdullah ibnu Mas'ud r.a., disebutkan bahwa ketika kami sedang berjalan bersama dengan Rasulullah Saw. di sebuah lahan pertanian — saat itu Rasulullah Saw. berjalan dengan memegang pelepah kurma sebagai tongkatnya maka bersualah beliau dengan orang-orang Yahudi. Sebagian dari mereka mengatakan kepada sebagian yang lain, "Tanyailah dia tentang roh." Salah seorang dari mereka berkata, "Apa perlunya kalian dengan dia?" Sebagian yang lainnya mengatakan, "Jangan sampai dia menghadapi kalian dengan sesuatu yang kalian tidak menyukainya." Mereka berkata, "Tanyailah dia tentang roh." Akhirnya mereka menanyai Nabi Saw. tentang roh. Tetapi Nabi Saw. diam, tidak menjawab sepatah kata pun terhadap mereka. Ibnu Mas'ud mengatakan, "Saya menyadari bahwa beliau Saw. sedang menerima wahyu, maka saya diam di tempat." Setelah wahyu selesai, Nabi Saw. membacakannya, yaitu firman-Nya: Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah, "Roh itu termasuk urusan Tuhanku.” (Al-Isra: 85), hingga akhir ayat.
Konteks ayat ini jelas menunjukkan bahwa ayat ini diturunkan di Madinah, diturunkan ketika orang-orang Yahudi menanyakan kepadanya tentang roh, sekalipun surat ini adalah surat Makiyyah.
Sebagai jawabannya dapat dikatakan bahwa barangkali ayat ini diturunkan di Madinah untuk yang kedua kalinya, sebelumnya memang ayat ini pernah diturunkan di Mekah. Atau barangkali makna yang dimaksud dari hadis di atas bahwa Nabi Saw. menjawab pertanyaan mereka dengan membacakan ayat ini yang telah diturunkan sebelumnya, yaitu firman-Nya: Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. (Al-Isra: 85), hingga akhir ayat.
Dan yang menunjukkan bahwa ayat tersebut diturunkan kepada Nabi Saw. di Mekah, ialah apa yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam salah satu hadis yang diketengahkannya.
Ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Zakaria, dari Daud, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa orang-orang Quraisy pernah mengatakan kepada orang-orang Yahudi, "Berikanlah kepada kami sesuatu pertanyaan yang akan kami ajukan kepada lelaki ini." Orang-orang Yahudi menjawab, "Tanyailah dia tentang roh." Lalu orang-orang Quraisy bertanya kepada Nabi Saw. tentang masalah roh. Maka turunlah firman-Nya: Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah, "Roh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kalian diberi pengetahuan, melainkan sedikit.” (Al-Isra: 85) Orang-orang Yahudi berkata, "Kami telah diberi pengetahuan yang banyak, kami telah diberi kitab Taurat; dan barang siapa yang diberi kitab Taurat, sesungguhnya ia telah diberi kebaikan yang banyak." Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Katakanlah, "Seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu. (Al-Kahfi: 109), hingga akhir ayat.
Ibnu Jarir telah meriwayatkan dari Muhammad ibnul Musanna, dari Abdul A'la, dari Daud, dari Ikrimah yang mengatakan bahwa Ahli Kitab pernah bertanya kepada Nabi Saw. tentang roh, maka Allah menurunkan firman-Nya: Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. (Al-Isra: 85), hingga akhir ayat. Mereka mengatakan, "Kamu menduga bahwa tidaklah kami diberi pengetahuan kecuali sedikit, padahal kami telah diberi kitab Taurat, dan kitab Taurat itu adalah hikmah." Mereka bermaksud seperti apa yang disebutkan oleh firman-Nya: Dan barang siapa yang diberi hikmah, sungguh telah diberi kebajikan yang banyak. (Al-Baqarah: 269) Maka Allah menurunkan firman-Nya: Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta) ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi). (Luqman: 27), hingga akhir ayat. Selanjutnya Ikrimah mengatakan bahwa pengetahuan yang telah diberikan kepada kalian yang membuat kalian diselamatkan oleh Allah dari neraka berkat pengetahuan itu. Maka hal itu adalah pemberian yang banyak lagi baik, tetapi hal itu menurut pengetahuan Allah dianggap sedikit.
Muhammad Ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari salah seorang temannya, dari Ata ibnu Yasar yang mengatakan bahwa ayat berikut ini diturunkan di Mekah, yaitu firman-Nya: dan tidaklah kalian diberi pengetahuan melainkan sedikit. (Al- Isra: 85) Ketika Rasulullah Saw. hijrah ke Madinah, orang-orang alim Yahudi datang kepadanya dan bertanya, "Hai Muhammad, telah sampai kepada kami berita yang mengatakan bahwa engkau telah mengatakan: 'dan tidaklah kalian diberi pengetahuan melainkan sedikit.' (Al-Isra: 85) Apakah yang engkau maksudkan adalah kami, ataukah kaummu sendiri?" Rasulullah Saw. menjawab, "Saya bermaksud kepada semuanya." Mereka berkata, "Sesungguhnya engkau telah membaca tentang kami, bahwa kami telah diberi kitab Taurat yang di dalamnya terdapat penjelasan segala sesuatu." Maka Rasulullah Saw. menjawab: Hal itu menurut pengetahuan Allah dianggap sedikit, dan sesungguhnya Allah telah mendatangkan kepada kalian sesuatu yang jika kalian mengamalkannya, tentulah kalian beroleh manfaat (yang banyak). Dan Allah menurunkan firman-Nya: Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (Luqman: 27)
Para ulama berbeda pendapat tentang yang dimaksud dengan roh dalam ayat ini, seperti keterangan berikut:
Pertama, pendapat yang mengatakan bahwa makna yang dimaksud dengan roh ialah arwah Bani Adam.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. (Al-Isra: 85), hingga akhir ayat. Demikian itu terjadi ketika orang-orang Yahudi bertanya kepada Nabi Saw. tentang roh. Mereka mengatakan, "Ceritakanlah kepada kami tentang roh. Bagaimanakah roh yang ada di dalam jasad disiksa, padahal sesungguhnya roh itu berasal dari Allah?" Saat itu belum pernah ada suatu wahyu pun yang diturunkan kepada Nabi Saw. mengenainya, maka Nabi Saw. tidak menjawab sepatah kata pun. Kemudian datanglah Malaikat Jibril dan menyampaikan wahyu kepadanya, yaitu firman Allah Swt.: Katakanlah, "Roh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kalian diberi pengetahuan melainkan sedikit.” (Al-Isra: 85) Kemudian Nabi Saw. menyampaikan wahyu itu kepada mereka (orang-orang Yahudi), dan mereka mengatakan, "Siapakah yang menyampaikan hal itu kepadamu?" Nabi Saw. menjawab, "Jibril telah datang kepadaku menyampaikannya dari sisi Tuhanku." Mereka menjawab Nabi Saw., "Demi Allah, tiada yang mengatakannya kepadamu melainkan musuh kami." Maka Allah menurunkan firman-Nya: Katakanlah, "Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (Al-Qur'an) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya. (Al-Baqarah: 97)
Kedua, pendapat yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan roh dalam ayat ini ialah Malaikat Jibril. Demikianlah menurut Qatadah, dan Qatadah mengatakan bahwa Ibnu Abbas menyembunyikan makna yang dimaksud dari ayat ini.
Ketiga, pendapat yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan roh dalam ayat ini ialah malaikat yang sangat besar, yang besarnya sama dengan semua makhluk Allah.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. (Al-Isra: 85) bahwa yang dimaksud dengan roh dalam ayat ini ialah malaikat.
قَالَ
الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُرْس
الْمِصْرِيُّ، حَدَّثَنَا وَهْبُ بْنُ رِزْقٍ أَبُو هُرَيْرَةَ حَدَّثَنَا بِشْرُ
بْنُ بَكْرٍ، حَدَّثَنَا الْأَوْزَاعِيُّ، حَدَّثَنَا عَطَاءٍ، عَنْ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَقُولُ: "إِنَّ لِلَّهِ مَلَكًا، لَوْ قِيلَ لَهُ: الْتَقِمِ
السَّمَاوَاتِ السَّبْعَ وَالْأَرَضِينَ بِلَقْمَةٍ وَاحِدَةٍ، لَفَعَلَ،
تَسْبِيحُهُ: سُبْحَانَكَ حَيْثُ كُنْتَ"
Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah ibnu Ars Al-Masri, telah menceritakan kepada kami Wahb ibnu Rauq ibnu Hubairah, telah menceritakan kepada kami Bisyr ibnu Bakar, telah menceritakan kepada kami Al-Auza'i, telah menceritakan kepada kami Ata, dari Abdullah ibnu Abbas yang mengatakan bahwa ia penah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya Allah mempunyai seorang malaikat, kalau sekiranya diperintahkan kepadanya, "Telanlah langit tujuh lapis dan bumi (tujuh lapis) dengan sekali telan, " tentulah ia dapat melakukannya (karena tubuhnya yang sangat besar). Bacaan tasbihnya ialah, "Mahasuci Engkau yang layak dengan kesucian-Mu.”
Hadis ini berpredikat garib, bahkan dapat dikatakan berpredikat munkar.
Abu Ja'far ibnu Jarir rahimahullah mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ali, telah menceritakan kepadaku Abdullah, telah menceritakan kepadaku Abu Marwan Yazid ibnu Samurah, dari orang yang menceritakan kepadanya, dari Ali ibnu Abu Talib r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. (Al-Isra: 85) Ali r.a. mengatakan bahwa roh adalah malaikat yang mempunyai tujuh puluh ribu muka, tiap-tiap muka mempunyai tujuh puluh ribu lisan, dan tiap-tiap lisan dapat mengucapkan seribu bahasa, Ia bertasbih kepada Allah dengan memakai semua bahasa itu. Allah menciptakan seorang malaikat dari tiap tasbih yang diucapkannya, lalu malaikat itu terbang bersama malaikat lainnya hingga hari kiamat. Asar ini garib lagi aneh.
As-Suhaili mengatakan, telah diriwayatkan dari Ali bahwa ia pernah mengatakan, "Roh adalah malaikat yang mempunyai seratus ribu kepala, tiap kepala mempunyai seratus ribu wajah, tiap wajah mempunyai seratus ribu mulut, dan setiap mulut mempunyai seratus ribu lisan; semuanya bertasbih menyucikan Allah dengan berbagai macam bahasa.
As- Suhaili mengatakan bahwa menurut pendapat lain, yang dimaksud dengan roh ialah segolongan malaikat yang rupanya seperti manusia. Menurut pendapat lainnya lagi, roh adalah segolongan malaikat yang dapat melihat malaikat lainnya, tetapi para malaikat tidak dapat melihat mereka. Mereka sama halnya dengan malaikat bagi manusia (yakni tidak terlihat).
Firman Allah Swt.:
{قُلِ
الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي}
Katakanlah, "Roh itu
termasuk urusan Tuhanku." (Al-Isra: 85).Artinya, hanya Allah sajalah yang mengetahuinya; dan hal itu termasuk sesuatu yang sengaja hanya diketahui oleh-Nya, tidak untuk kalian. Untuk itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
{وَمَا
أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلا قَلِيلا}
dan tidaklah kalian diberi
pengetahuan melainkan sedikit. (Al-Isra: 85)Yakni apa yang diperlihatkan-Nya kepada kalian dari pengetahuan-Nya tiada lain hanyalah sedikit saja, karena sesungguhnya tiada seorang pun yang menguasai sesuatu dari pengetahuan-Nya melainkan menurut apa yang dikehendaki-Nya. Mahasuci lagi Mahatinggi Dia. Makna yang dimaksud ialah sesungguhnya pengetahuan kalian amatlah sedikit bila dibandingkan dengan pengetahuan Allah. Dan apa yang kalian tanyakan tentang roh, hal ini merupakan suatu perkara yang hanya diketahui oleh-Nya. Dia tidak memperlihatkannya kepada kalian, sebagaimana Dia tidak memperlihatkan kepada kalian dari sebagian pengetahuannya melainkan hanya sedikit saja.
Dalam kisah Musa dan Khidir akan disebutkan bahwa Khidir memandang ke arah seekor burung pipit yang hinggap di pinggir perahu yang dinaiki keduanya, lalu burung pipit itu minum seteguk air dari sungai (laut) itu dengan paruhnya. Maka Khidir berkata, "Hai Musa, tiadalah pengetahuanku dan pengetahuanmu serta pengetahuan semua makhluk bila dibandingkan dengan pengetahuan Allah, melainkan sama halnya dengan apa yang diambil oleh burung pipit ini dari laut itu dengan laut itu sendiri." Atau hal lainnya yang semakna. Karena itulah disebutkan pada akhir ayat ini oleh firman-Nya:
{وَمَا
أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلا قَلِيلا}
dan tidaklah kalian diberi
pengetahuan melainkan sedikit. (Al-Isra: 85)As-Suhaili mengatakan, sebagian ulama mengatakan bahwa Allah tidak menjawab pertanyaan mereka karena mereka mengajukan pertanyaannya dengan nada ingkar. Menurut pendapat yang lainnya lagi Allah Swt. menjawabnya.
As-Suhaili mengemukakan alasannya, bahwa makna yang dimaksud oleh firman-Nya: Katakanlah, "Roh itu termasuk urusan Tuhanku." (Al-Isra: 85) Yakni termasuk sebagian dari syariat-Nya. Dengan kata lain, masuklah kalian ke dalam agama-Nya, karena sesungguhnya kalian telah mengetahui bahwa tiada jalan untuk mengetahui masalah ini melalui keahlian ataupun filsafat. Sesungguhnya pengetahuan mengenainya hanya dapat diperoleh melalui syariat-Nya. Akan tetapi, alasan yang dikemukakan oleh As-Suhaili dan pandangannya ini masih perlu dipertimbangkan kebenarannya.
Kemudian As- suhaili mengatakan bahwa perbedaan pendapat di kalangan ulama terjadi pula sehubungan dengan definisi roh. Ada yang mengatakan bahwa roh itu adalah jiwa, ada pula yang mengatakan selain itu. Hanya As-Suhaili pada akhirnya menyimpulkan bahwa roh itu adalah suatu zat yang lembut seperti udara, ia beredar di seluruh tubuh bagaikan aliran air di dalam akar-akar pohon.
As-Suhaili menyimpulkan pula bahwa roh yang ditiupkan oleh malaikat ke dalam janin adalah jiwa, tetapi dengan syarat bahwa penggabungan roh tersebut dengan tubuh menimbulkan reaksi munculnya sifat-sifat yang terpuji atau sifat-sifat yang tercela. Oleh karena itu, jiwa itu ada yang diberi nama jiwa yang tenang (baik) atau jiwa yang labil yang selalu memerintahkan kepada keburukan.
As-Suhaili melanjutkan analisisnya, bahwa hal itu terjadi seperti halnya air yang menjadi kehidupan bagi pohon; kemudian setelah air itu menyatu dengan pohon, maka menghasilkan nama (istilah) tersendiri. Dengan kata lain, apabila air berada di dalam buah anggur, lalu diperas, maka air yang dihasilkan darinya dinamakan minuman perasan anggur atau dapat pula dijadikan sebagai khamr. Dalam keadaan seperti itu ia tidak dapat dikatakan sebagai air, melainkan dalam ungkapan kiasan.
Jiwa tidak dapat pula dikatakan sebagai roh, melainkan melalui ungkapan kiasan; sebagaimana tidak dapat pula dikatakan bahwa roh adalah jiwa, melainkan berdasarkan pertimbangan kausalitasnya.
Kesimpulan dari apa yang telah kami kemukakan ialah bahwa sesungguhnya roh itu adalah asal-usul jiwa. Jiwa adalah terbentuk akibat menyatunya roh dengan tubuh. Dengan demikian, istilah roh hanyalah dipandang dari salah satu aspeknya saja, bukan dari semua aspeknya.
Hal ini merupakan pendapat yang cukup baik.
Menurut kami, banyak kalangan ulama yang membahas masalah roh, yakni tentang hakikat roh dan ciri-ciri khasnya. Mereka menulis kitab-kitab yang menerangkan tentang masalah ini; diantaranya tulisan yang terbaik mengenai masalah ini dibuat oleh Al-Hafiz ibnu Mandah di dalam kitabnya yang berjudul Sami'nahu fir Ruhi. Wallahu a’lam [@santrialit]
- Tafsir Ibnu Katsir http://s.id/katsir
( ويسألونك عن الروح قل الروح من أمر ربي وما أوتيتم من العلم إلا قليلا ( 85 )
)
قال
الإمام أحمد : حدثنا وكيع ، حدثنا الأعمش ، عن إبراهيم ، عن علقمة ، عن عبد الله
- هو ابن مسعود رضي الله عنه - قال : كنت أمشي مع النبي صلى الله عليه وسلم في حرث
في المدينة ، وهو متوكئ على عسيب ، فمر بقوم من اليهود ، فقال بعضهم لبعض : سلوه
عن الروح . فقال بعضهم : لا تسألوه . قال : فسألوه عن الروح فقالوا يا محمد ، ما
الروح ؟ فما زال متوكئا على العسيب ، قال : فظننت أنه يوحى إليه ، فقال : (
ويسألونك عن الروح قل الروح من أمر ربي وما أوتيتم من العلم إلا قليلا ) [ ص: 114
]
فقال
بعضهم لبعض : قد قلنا لكم لا تسألوه . وهكذا رواه البخاري ومسلم من حديث الأعمش ،
به . ولفظ البخاري عند تفسير هذه الآية ، عن عبد الله بن مسعود قال : بينا أنا مع
النبي صلى الله عليه وسلم في حرث ، وهو متوكئ على عسيب ، إذ مر اليهود فقال بعضهم
لبعض : سلوه عن الروح ، فقال : ما رابكم إليه . وقال بعضهم : لا يستقبلنكم بشيء
تكرهونه . فقالوا سلوه فسألوه عن الروح ، فأمسك النبي صلى الله عليه وسلم فلم يرد
عليهم شيئا ، فعلمت أنه يوحى إليه ، فقمت مقامي ، فلما نزل الوحي قال : (
ويسألونك عن الروح قل الروح من أمر ربي ) الآية .
وهذا
السياق يقتضي فيما يظهر بادي الرأي أن هذه الآية مدنية ، وأنها إنما نزلت حين
سأله اليهود ، عن ذلك بالمدينة ، مع أن السورة كلها مكية . وقد يجاب عن هذا : بأنه
قد يكون نزلت عليه بالمدينة مرة ثانية كما نزلت عليه بمكة قبل ذلك ، أو أنه نزل
عليه الوحي بأنه يجيبهم عما سألوا بالآية المتقدم إنزالها عليه ، وهي هذه الآية :
( ويسألونك عن الروح ) ومما يدل على نزول هذه الآية بمكة ما قال الإمام أحمد
:
حدثنا
قتيبة ، حدثنا يحيى بن زكريا ، عن داود ، عن عكرمة ، عن ابن عباس قال : قالت قريش
ليهود : أعطونا شيئا نسأل عنه هذا الرجل . فقالوا : سلوه عن الروح . فسألوه ،
فنزلت : ( ويسألونك عن الروح قل الروح من أمر ربي وما أوتيتم من العلم إلا قليلا
) قالوا : أوتينا علما كثيرا ، أوتينا التوراة ، ومن أوتي التوراة فقد أوتي خيرا
كثيرا . قال : وأنزل الله : ( قل لو كان البحر مدادا لكلمات ربي لنفد البحر قبل أن
تنفد كلمات ربي ولو جئنا بمثله مددا ) [ الكهف : 109 ] .
وقد
روى ابن جرير ، عن محمد بن المثنى ، عن عبد الأعلى ، عن داود ، عن عكرمة قال :
سأل أهل الكتاب رسول الله صلى الله عليه وسلم عن الروح ، فأنزل الله : ( ويسألونك
عن الروح قل الروح من أمر ربي وما أوتيتم من العلم إلا قليلا ) فقالوا يزعم أنا لم
نؤت من العلم إلا قليلا وقد أوتينا التوراة ، وهي الحكمة ( ومن يؤت الحكمة فقد
أوتي خيرا كثيرا ) ؟ [ البقرة : 269 ] قال : فنزلت : ( ولو أنما في الأرض من شجرة
أقلام والبحر يمده من بعده سبعة أبحر ما نفدت كلمات الله ) [ لقمان : 27 ] . قال
: ما أوتيتم من علم ، فنجاكم الله به من النار ، فهو كثير طيب وهو في علم الله
قليل .
وقال
محمد بن إسحاق ، عن بعض أصحابه ، عن عطاء بن يسار قال : نزلت بمكة : ( وما أوتيتم
من العلم إلا قليلا ) فلما هاجر رسول الله صلى الله عليه وسلم إلى المدينة ، أتاه
أحبار يهود . وقالوا يا محمد ، ألم [ ص: 115 ] يبلغنا عنك أنك تقول : ( وما أوتيتم
من العلم إلا قليلا ) أفعنيتنا أم عنيت قومك ؟ فقال : " كلا قد عنيت " . قالوا :
إنك تتلو أنا أوتينا التوراة ، وفيها تبيان كل شيء ؟ فقال رسول الله صلى الله عليه
وسلم : " هي في علم الله قليل ، وقد آتاكم ما إن عملتم به استقمتم " ، وأنزل الله
: ( ولو أنما في الأرض من شجرة أقلام والبحر يمده من بعده سبعة أبحر ما نفدت كلمات
الله إن الله عزيز حكيم ) [ لقمان : 27 ] .
وقد
اختلف المفسرون في المراد بالروح هاهنا على أقوال :
أحدها
: أن المراد [ بالروح ] : أرواح بني آدم .
قال
العوفي ، عن ابن عباس في قوله : ( ويسألونك عن الروح ) الآية ، وذلك أن اليهود
قالوا للنبي صلى الله عليه وسلم : أخبرنا عن الروح ؟ وكيف تعذب الروح التي في
الجسد ، وإنما الروح من الله ؟ ولم يكن نزل عليه فيه شيء ، فلم يحر إليهم شيئا .
فأتاه جبريل فقال له : ( قل الروح من أمر ربي وما أوتيتم من العلم إلا قليلا )
فأخبرهم النبي صلى الله عليه وسلم بذلك ، فقالوا : من جاءك بهذا ؟ فقال : " جاءني
به جبريل من عند الله ؟ " فقالوا له : والله ما قاله لك إلا عدو لنا . فأنزل الله
: ( قل من كان عدوا لجبريل فإنه نزله على قلبك بإذن الله [ مصدقا لما بين يديه ] )
الآية [ البقرة : 97 ] .
وقيل
: المراد بالروح هاهنا : جبريل . قاله قتادة ، قال : وكان ابن عباس يكتمه
.
وقيل
: المراد به هاهنا : ملك عظيم بقدر المخلوقات كلها . قال علي بن أبي طلحة ، عن
ابن عباس قوله : ( ويسألونك عن الروح ) يقول : الروح : ملك .
وقال
الطبراني : حدثنا محمد بن عبد الله بن عرس المصري ، حدثنا وهب بن رزق أبو هريرة
حدثنا بشر بن بكر ، حدثنا الأوزاعي ، حدثنا عطاء ، عن عبد الله بن عباس قال : سمعت
رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : " إن لله ملكا ، لو قيل له : التقم السماوات
السبع والأرضين بلقمة واحدة ، لفعل ، تسبيحه : سبحانك حيث كنت " . وهذا حديث غريب
، بل منكر .
وقال
أبو جعفر بن جرير ، رحمه الله : حدثني علي ، حدثني عبد الله ، حدثني أبو نمران
يزيد بن سمرة صاحب قيسارية ، عمن حدثه عن علي بن أبي طالب - رضي الله عنه - أنه
قال في قوله : ( ويسألونك عن الروح ) قال : هو ملك من الملائكة ، له سبعون ألف وجه
، لكل وجه منها سبعون ألف لسان ، لكل لسان منها [ سبعون ] ألف لغة ، يسبح الله
تعالى بتلك اللغات كلها ، يخلق الله من كل تسبيحة ملكا يطير مع الملائكة إلى يوم
القيامة . [ ص: 116 ]
وهذا
أثر غريب عجيب ، والله أعلم .
وقال
السهيلي : روي عن علي أنه قال : هو ملك ، له مائة ألف رأس ، لكل رأس مائة ألف وجه
، في كل وجه مائة ألف فم ، في كل فم مائة ألف لسان ، يسبح الله تعالى بلغات مختلفة
.
قال
السهيلي : وقيل المراد بذلك : طائفة من الملائكة على صور بني آدم .
وقيل
: طائفة يرون الملائكة ولا تراهم فهم للملائكة كالملائكة لبني آدم .
وقوله
: ( قل الروح من أمر ربي ) أي : من شأنه ، ومما استأثر بعلمه دونكم ؛ ولهذا قال :
( وما أوتيتم من العلم إلا قليلا ) أي : وما أطلعكم من علمه إلا على القليل ، فإنه
لا يحيط أحد بشيء من علمه إلا بما شاء تبارك وتعالى .
والمعنى
: أن علمكم في علم الله قليل ، وهذا الذي تسألون عنه من أمر الروح مما استأثر به
تعالى ، ولم يطلعكم عليه ، كما أنه لم يطلعكم إلا على القليل من علمه تعالى .
وسيأتي إن شاء الله في قصة موسى والخضر : أن الخضر نظر إلى عصفور وقع على حافة
السفينة ، فنقر في البحر نقرة ، أي : شرب منه بمنقاره ، فقال : يا موسى ، ما علمي
وعلمك وعلم الخلائق في علم الله إلا كما أخذ هذا العصفور من هذا البحر . أو كما
قال صلوات الله وسلامه عليه ؛ ولهذا قال تبارك وتعالى : ( وما أوتيتم من العلم إلا
قليلا )
وقال
السهيلي : قال بعض الناس : لم يجبهم عما سألوا ؛ لأنهم سألوا على وجه التعنت .
وقيل : أجابهم ، وعول السهيلي على أن المراد بقوله : ( قل الروح من أمر ربي ) أي :
من شرعه ، أي : فادخلوا فيه ، وقد علمتم ذلك لأنه لا سبيل إلى معرفة هذا من طبع
ولا فلسفة ، وإنما ينال من جهة الشرع . وفي هذا المسلك الذي طرقه وسلكه نظر ،
والله أعلم
LINK ASAL :
www.fb.com/groups/piss.ktb/1577898302232972/