Karya : Al Habib Abdullah
Alwi Al Haddad
تِمَّةٌ
وَإِذا
أَردتَ -أيُّها المُريدُ-مِن شَيخِكَ أَمراً أَو بَدا لَكَ أَن تَسأَلَهُ عَن شَيءٍ
فَلا يَمنَعُكَ إِجلالِهِ وَالتَّأدُّبُ مَعَهُ عَن طَلَبِهِ مِنهُ وَسُؤَالِهِ
عَنهُ، وَتَسأَلُهُ المَرَّةَ وَالمرَّتينِ وَالثَّلاثَ، فَلَيسَ السُّكوتُ عَنِ
السُّؤاَلِ وَالطَّلبِ مِن حُسنِ الأَدَبِ، اللَّهُمَّ إِلاَّ أَن يُشيرَ عَليكَ
الشَّيخُ بِالسِّكوتِ وَيَأمُرَكَ بِتَركِ السُّؤالِ، فَعِندَ ذَلكَ يَجِبُ عَليكَ
اِمتِثالُهُ.
Wahai murid, ketika engkau
menghendaki suatu urusan dari gurumu atau engkau hendak menanyakan sesuatu maka
keagungan gurumu dan kewajiban beradab kepadanya jangan sampai menahanmu dari
mencari dan bertanya kepadanya. tanyakanlah kepada gurumu sekali, dua kali atau
tiga kali . diam tidak mau bertanya dan mencari bukanlah adab yg baik kecuali
jika gurumu memberikan isyarat untuk diam dan menyuruhmu untuk tidak bertanya,
maka saat itu wajib bagimu untuk mengikuti perintahnya.
وَإِذا
مَنعَكَ الشَّيخُ عَن أَمرٍ أَو قَدَّمَ عَليكَ أَحداً فَإِيَّاكَ أَن تَتَّهِمَهُ،
وَلْتَكُن مُعتَقِداً أَنَّهُ قَد فَعَلَ مَا هُوَ الأَنفَعُ وَالأَحسنُ لَكَ،
وَإذا وَقَع مِنكَ ذَنبٌ وَوَجدَ عَليكَ الشَّيخُ بِسَبَبِهِ فَبادِر بِالاِعتِذارِ
إِليهِ مِن ذَنبِكَ حَتَّى يَرضَى عَنكَ.
Ketika gurumu mencegahmu
dari suatu urusan atau mengajukan seseorang kepadamu maka janganlah
mencurigainya, yakinlah bahwa dia melakukan hal yang lebih bermanfa'at dan lebih
baik untukmu. Dan ketika engkau melakukan suatu dosa dan ternyata menurutmu yang
menyebabkan hal itu adalah gurumu maka bergegaslah utk meminta ma'af kepadanya
hingga dia meridloimu.
وَإِذا
أَنكَرتَ قَلبَ الشَّيخِ عَليكَ كَأَن فَقَدتَ مِنهُ بِشراً كُنتَ تَأَلَفُهُ أَو
نَحوَ ذَلكَ، فَحَدِّثهُ بِما وَقعَ لَكَ مِن تَخَوُّفِكَ تَغَيُّرَ قَلبِهِ عَليكَ
فَلَعلَّهُ تَغَيَّرَ عَليكَ لِشيءٍ أَحدَثتَهُ فَتَتُوبَ عَنهُ، أَو لَعَلَّ
الذِّي تَوَهَّمتَهُ لَم يَكُن عِندَ الشَّيخِ وَأَلقاهُ الشَّيطانُ إِليكَ
لِيَسُوءَكَ بِهِ، فَإِذا عَرَفتَ أَنَّ الشَّيخَ رَاضٍ عَنكَ سَكَنَ قَلبُكَ
بِخلافِ مَا إِذا لَم تُحَدِّثهُ وَسَكَتَّ بِمَعرِفةٍ منِكَ بِسلامةِ
جِهَتِكَ.
Jika engkau mengingkari
hati gurumu kepadamu, misalnya seperti hilangnya kegembiraan darinya atas
keramahanmu kepadanya atau hal yg semisalnya, maka berbicaralah kepadanya
tentang hal yg sedang terjadi kepadamu, yaitu perasaan khawatirmu atas
berubahnya hati gurmumu kepadamu. maka mungkin saja hati gurumu berubah kepadamu
karena suatu hal yg barusaja kau lakukan, jadi minta ma'aflah kepadanya, atau
mungkin saja yang engkau sangka itu tidaklah terjadi kepada gurumu, hanya saja
syetan yg menyebabkan hal itu agar engkau berprasangka buruk kepada gurumu, maka
setelah itu kamu bisa mengetahui bahwa gurumu ridlo kepadamu dan hatimu menjadi
tenang. Berbeda halnya jika engkau tidak membicaraknnya dengan gurumu dan engkau
malah memilih diam dengan pengetahuan bahwa menurut sudut pandangmu kamu selamat
darinya.
وَإِذا
رَأيتَ المُريدَ ممُتَلِئاً بِتَعظِيمِ شَيخِهِ، وَإِجلالِهِ ، مُجتَمِعاً
بِظاهِرِهِ وَبَاطِنهِ عَلى اِعتِقادِهِ، وَامتِثالِهِ ، وَالتَّأَدُّبِ بِآدابِهِ؛
فَلا بُدَّ أَن يَرِثَ سِرَّهُ ، أَو شَيئاً مِنهُ إِن بَقِيَ بَعدَهُ.
Ketika engkau melihat
seorang murid yang dipenuhi dengan pengagungan kepada gurunya, yakin dhohir dan
bathin kepada gurunya, melaksanakan perintah dan bertatakrama dengan tata krama
gurunya, maka sudah pasti kelak akan mewarisi Sirr dari gurunya, atau sebagian
Sirr dari gurunya itu jika ia masih hidup setelah gurunya. Wallohu a'lam. [Oleh
: Ust.Nur
Hamzah].
LINK ASAL :
www.fb.com/notes/1603271073029028/