Karya : Al Habib Abdullah
Alwi Al Haddad
وَاعلَم
أَنَّ الشَيخَ الكَامِلَ هُوَ الذِّي يُفِيدُهُ بِهِمَّتِهِ وَفِعلهِ وَقَولِهِ
وَيحَفَظُهُ في حُضورِهِ وَغَيبَتِهِ وَإِن كانَ المُريدُ بَعيداً عَن شَيخِهِ مِن
حَيثُ المَكانُ، فَليَطلُب مِنهُ إِشارَةً كُلِّيَةً فِيما يَأتي مِن أَمرِهِ
وَيترُكُ.
Ketahuilah bahwa Syaikh
yang kamil ialah seorang Syaikh yang selalu memberi faedah pada muridnya, dengan
penuh kesungguhan dalam perbuatannya dan perkataannya. Dia memelihara muridnya
sewaktu berada dihadapannya, dan juga dimasa murid berada jauh daripadanya.
Sekiranya sang murid jauh dari tempat Syaikh berada, maka Sang murid hendaklah
mencari darinya isyarat-isyarat yang menyeluruh tentang hal apa saja yang akan
dikerjakan si murid maupun yang ditinggalkannya.
وَأَضرُّ
شَيءٌ عَلى المُريدِ تَغَيُّرِ قَلبَ شَيخِهِ عَليهِ وَلَو اجتَمعَ علَى إصلاحِهِ
بَعدَ ذَلِكَ مَشايخُ المَشرِقِ وَالمَغرِبِ لمَ يَستَطيعُوهُ إِلاَّ أَن يَرضَى
عَنهُ شَيخُهُ.
Adapun perkara yang sangat
membahayakan sang Murid, apabila hati sang Syaikh berubah, dan tidak memandang
padanya. Dalam hal ini bila dikumpulkan seluruh Syaikh-Syaikh yang lain dari
timur sampai ke barat untuk memperbaikinya, Niscaya akan sia-sia dan tidak akan
berhasil, kecuali sang syekh sendiri yg meridloinya.
وَاعلَم
أَنَّهُ يَنبَغي لِلمُريدِ الذَّي يَطُلبُ شَيخاً أَن لا يُحَكِّمَ في نَفسِهِ
كُلَّ مَن يُذكَرُ بِالمَشيَخَةِ وَتَسلِيكِ المُريدينَ حَتَّى يَعرِفَ
أَهلِيَّتَهُ وَيَجتمِعَ عَليهِ قَلبُهُ، وَكذَلِكَ لا يَنبَغي للِشَيخِ إِذا جاءَ
المُريدُ يَطلُبُ الطَّرِيقَ أَن يَسمَحَ لَهُ بِها مِن قَبلِ أَن يَختَبِر صِدقَهُ
في طَلَبِهِ، وَشِدَّةِ تَعَطُّشِهِ إِلى مَن يَدُلُّهُ علَى رَبِّهِ.
Ketahuilah bahwa sebaiknya
sang murid yang sedang mencari Syaikh sejati untuk menuntut ilmu padanya, Tidak
boleh mengambil sembarang orang yang dapat diakui sebagai Syaikh, yang boleh
memimpin murid-murid ke jalan Allah Ta'ala, dan menjadi Syaikhnya, sehingga ia
harus menyelidiki terlebih dahulu, dan ia kenal benar-benar keahlian Syaikh
tersebut, dan hatinya menerima orang itu sebagai Syaikhnya.
Demikian sebaliknya seorang
Syaikh tidak boleh menerima sembarang murid yang datang padanya minta dituntun
ke jalan Allah, sebelum ia menguji kesungguhan si murid untuk menunjukkan
keinginannya yang sungguh-sungguh untuk mendapatkan seorang pemimpin yang akan
menunjukkan ke jalan Tuhannya.
وَهذَا
كُلُّهُ في شَيخِ التَّحكِيمِ، وَقَد شَرَطُوا عَلى المُريدِ أَن يَكونَ مَعهُ
كَالَمِّيتِ بَينَ يَدَيِّ الغَاسِلِ وَكالطِّفلِ مَعَ أُمَّهِ، وَلا يَجرِي هَذا
في شَيخِ التَّبَرُّكِ، وَمَهمَا كَانَ قَصدُ المُريدِ التَّبَرُّكَ دُونَ
التَّحكِيمِ فَكُلَّما أَكثَرَ مِن لِقاءِ المَشايِخِ وَزِيارَتِهم وَالتَّبرُّكَ
بِهم كَان أَحسَنَ.
Syarat-syarat ini harus
berlaku bagi murid-murid yang akan menuntut ilmu kepada Syaikh Tahkim (Syaikh
yang dalam tangannya terserah segala putusan). Murid yang menuntut ilmu pada
Syaikh Tahkim ini, harus menganggap dirinya seperti mayat yang sedang
dibersihkan oleh tangan-tangan yang memandikannya, atau laksana seorang bayi
yang berada dalam pemeliharaan ibunya, syarat-syarat serupa ini tidak berlaku
pada Syaikh Tabarruk (Syaikh yang biasa dimohon keberkatan
daripada-nya).
Apabila seorang murid
bermaksud untuk mendapatkan keberkatan seorang Syaikh, bukan tahkim-nya, maka
diperbolehkan menemui sebanyak mungkin Syaikh dan menziarahi mereka adalah lebih
baik dan utama untuk memperoleh barokah itu.
وَإذا
لَم يَجِدِ المُريدُ شَيخاً فَعَليهِ بِمُلازَمَةِ الجِدِّ وَالاجتِهادِ مَعَ
كَمالِ الصِّدقِ في الاِلتِجاءِ إِلى الله وَالاِفتِقارِ إِليهِ في أَن يُقَيِّضَ
لَهُ مَنْ يُرشِدُهُ، فَسَوفَ يُجِيبُهُ مَن يُجِيبُ المُضطَرَّ، وَيَسُوقُ إِليهِ
مَن يَأخُذُ بِيَدِهِ مِن عِبادِهِ.
Apabila murid belum
mendapatkan Syaikh, maka dia harus dengan tekun dan rajin menunjukkan harapan
dan keperluannya kepada Allah SWT, dengan kebenaran yang sempurna agar Dia
menunjukkan kepada seorang pemimpin yang boleh memimpinnya kejalan Allah SWT.
Jika ia bersungguh akan keinginannya pasti Allah akan mengabulkan permohonannya.
Sebagaimana Allah akan mengabulkan permohonan orang-orang yang terdesak (dipaksa
oleh keadaan), niscaya Allah akan memimpin dan mendorong pada salah seorang
diantara hamba-hamba-Nya.
وَقَد
يَحسِبُ بَعضُ المُريدينَ أَنَّهُ لا شَيخَ لَهُ فَتَجِدَهُ يَطلُبُ الشَّيخَ
وَلَهُ شَيخٌ لَم يَرَهُ، يُرَبِّيهِ بِنَظَرِهِ وَيُرَاعيهِ بِعَينِ عِنايَتِهِ
وَهُوَ لا يَشعُرُ، وَعِندَ التَناصُفِ مَا ذَهبَ إِلاَّ الصِّدقُ، وَإِلاَّ
فَالمَشايِخُ المُحَقِّقُونَ مَوجُودونَ، وَلكِن سُبحانَ مَن لَم يَجعلِ الدَّلِيلَ
عَلى أَولِيَائِه إِلاَّ مِن حَيثُ الدَّليِلُ عَليهِ وَلمَ يُوصِل إِليهِم إِلاَّ
مَن أَرادَ أَن يُوصِلَهُ إِليهِ.
Setengah murid menyangka
dirinya tiada mempunyai Syaikh, dan sepanjang masa ia berusaha mencari Syaikh,
padahal Allah telah mentakdirkan seorang Syaikh untuknya. Sedang ia tidak pernah
melihat Syaikh tersebut. Syaikh tersebut memelihara murid-murid dengan pandangan
bathinnya, dan menjaga dengan penuh perhatian sedang si murid tidak merasakan
semua sama sekali.
Jika murid yang mengatakan
tidak ada Syaikh pada jamannya, sebenarnya ia keliru. Atau mungkin Syaikh itu
tidak benar. Dan pada hakekatnya Syaikh-Syaikh agung memang banyak sekali, akan
tetapi maha suci Allah yang tidak menunjukkan bukti kepada para Auliya'Nya
kecuali menjadikan bukti untuk mengenal Zatnya dan Allah tidak akan menunjukkan
seorang murid pada Auliya'Nya kecuali kepada orang yang Allah kehendaki untuk
dipertemukan kepadanya. Wallohu a'lam. [Oleh : Ust. Nur
Hamzah].
LINK ASAL :
www.fb.com/notes/1603263553029780/