PERTANYAAN
:
Assalฤmu 'alaikum wr wb.
Pak ustadz, saya mau bertanya : Bagaimanakah tafsir Al-Qur'an surah An- Nลซr ayat
35 ? Soalnya masih banyak orang yang ngawur dalam memahaminya. Terimakasih.
Wassalฤmu 'alaikum wr wb. [Rocketz
Rockerz]
JAWABAN
:
Wa'alaikum salam
warohmatullahi wabarokatuh Surat An-Nur Ayat 35 :
۞
ุงَُّููู ُููุฑُ ุงูุณَّู
َุงَูุงุชِ َูุงْูุฃَุฑْุถِ ۚ ู
َุซَُู ُููุฑِِู َูู
ِุดَْูุงุฉٍ َِูููุง
ู
ِุตْุจَุงุญٌ ۖ ุงْูู
ِุตْุจَุงุญُ ِูู ุฒُุฌَุงุฌَุฉٍ ۖ ุงูุฒُّุฌَุงุฌَุฉُ َูุฃَََّููุง ََْูููุจٌ
ุฏُุฑٌِّّู َُูููุฏُ ู
ِْู ุดَุฌَุฑَุฉٍ ู
ُุจَุงุฑََูุฉٍ ุฒَْูุชَُููุฉٍ َูุง ุดَุฑَِّْููุฉٍ ََููุง
ุบَุฑْุจَِّูุฉٍ ََููุงุฏُ ุฒَْูุชَُูุง ُูุถِูุกُ ََْููู َูู
ْ ุชَู
ْุณَุณُْู َูุงุฑٌ ۚ ُููุฑٌ
ุนََٰูู ُููุฑٍ ۗ َْููุฏِู ุงَُّููู ُِูููุฑِِู ู
َْู َูุดَุงุกُ ۚ ََููุถْุฑِุจُ ุงَُّููู
ุงْูุฃَู
ْุซَุงَู َِّูููุงุณِ ۗ َูุงَُّููู ุจُِِّูู ุดَْูุกٍ ุนَِููู
ٌ
Allah (Pemberi) cahaya
(kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang
yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca
(dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang
dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang
tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya),
yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api.
Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa
yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia,
dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
- Tafsir Jalalain
:
(Allah cahaya langit dan
bumi) yakni pemberi cahaya langit dan bumi dengan matahari dan bulan.
(Perumpamaan cahaya Allah) sifat cahaya Allah di dalam kalbu orang Mukmin
(adalah seperti misykat yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam
kaca) yang dinamakan lampu lentera atau Qandil. Yang dimaksud Al Mishbah adalah
lampu atau sumbu yang dinyalakan. Sedangkan Al Misykaat artinya sebuah lubang
yang tidak tembus. Sedangkan pengertian pelita di dalam kaca, maksudnya lampu
tersebut berada di dalamnya (kaca itu seakan-akan) cahaya yang terpancar darinya
(bintang yang bercahaya seperti mutiara) kalau dibaca Diriyyun atau Duriyyun
berarti berasal dari kata Ad Dar'u yang artinya menolak atau menyingkirkan,
dikatakan demikian karena dapat mengusir kegelapan, maksudnya bercahaya. Jika
dibaca Durriyyun dengan mentasydidkan huruf Ra, berarti mutiara, maksudnya
cahayanya seperti mutiara (yang dinyalakan) kalau dibaca Tawaqqada dalam bentuk
Fi'il Madhi, artinya lampu itu menyala. Menurut suatu qiraat dibaca dalam bentuk
Fi'il Mudhari' yaitu Tuuqidu, menurut qiraat lainnya dibaca Yuuqadu, dan menurut
qiraat yang lainnya lagi dapat dibaca Tuuqadu, artinya kaca itu seolah-olah
dinyalakan (dengan) minyak (dari pohon yang banyak berkahnya, yaitu pohon zaitun
yang tumbuh tidak di sebelah Timur dan pula tidak di sebelah Barat) akan tetapi
tumbuh di antara keduanya, sehingga tidak terkena panas atau dingin yang dapat
merusaknya (yang minyaknya saja hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh
api) mengingat jernihnya minyak itu. (Cahaya) yang disebabkannya (di atas
cahaya) api dari pelita itu.
Makna yang dimaksud dengan
cahaya Allah adalah petunjuk-Nya kepada orang Mukmin, maksudnya hal itu adalah
cahaya di atas cahaya iman (Allah membimbing kepada cahaya-Nya) yaitu kepada
agama Islam (siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat) yakni menjelaskan
(perumpamaan-perumpamaan bagi manusia) supaya dapat dicerna oleh pemahaman
mereka, kemudian supaya mereka mengambil pelajaran daripadanya, sehingga mereka
mau beriman (dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu) antara lain ialah membuat
perumpamaan-perumpamaan ini. ‘Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan perkataan
‘Abdullah bin ‘Abbas tentang firman Allah : “Allah (Pemberi) cahaya (kepada)
langit dan bumi,” yakni, Allah pemberi petunjuk bagi penduduk langit dan bumi.
Ibnu Juraij berkata, Mujahid dan ‘Abdullah bin ‘Abbas berkata tentang firman
Allah : ‘Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi.’ Yaitu, yang mengatur
urusan di langit dan di bumi, mengatur bintang-bintang, matahari, dan
bulan.”
Ibnu Jarir meriwayatkan
dari Anas bin Malik , ia berkata: “Sesungguhnya Allah berfirman: ‘Cahaya-Ku
adalah petunjuk.’” Inilah pendapat yang dipilih oleh Ibnu Jarir. Abu Ja'far
ar-Razi meriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab tentang firman Allah : “Allah (Pemberi)
cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya.” Yaitu, orang Mukmin
yang Allah resapkan keimanan dan al-Qur-an ke dalam dadanya. Lalu Allah
menyebutkan permisalan tentangnya, Allah berfirman: “Allah (Pemberi) cahaya
(kepada) langit dan bumi,” Allah memulai dengan menyebutkan cahaya-Nya, kemudian
menyebutkan cahaya orang Mukmin: “Perumpamaan cahaya orang yang beriman
kepada-Nya.” Ubay membacanya: “Perumpamaan cahaya orang yang beriman
kepada-Nya,” yaitu seorang Mukmin yang Allah resapkan keimanan dan al-Qur-an ke
dalam dadanya. Demikianlah diriwayatkan oleh Sa’id bin Jubair dan Qais bin Sa’ad
dari ‘Abdullah bin ‘Abbas, bahwa beliau membacanya: “Perumpamaan cahaya orang
yang beriman kepada Allah.”
Sebagian qari’ membacanya:
“Allah Penerang langit dan bumi.” Adh-Dhahhak membacanya: “Allah yang menerangi
langit dan bumi.” Dalam menafsirkan ayat ini, as-Suddi berkata: “Dengan
cahaya-Nya langit dan bumi menjadi terang benderang.” Dalam kitab ash-Shahihain
diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Abbas , ia berkata: “Apabila Rasulullah bangun
di tengah malam, beliau berdo’a: “Ya Allah, segala puji bagi-Mu, Engkau adalah
cahaya langit dan bumi serta segala sesuatu yang ada di dalamnya. Segala puji
bagi-Mu, Engkau Yang Mengatur langit dan bumi serta segala sesuatu yang ada di
dalamnya.” (Al-Hadits).
Firman Allah : “Perumpamaan
cahaya-Nya,” ada dua pendapat berkaitan dengan dhamir (kata ganti orang ketiga)
dalam ayat ini: Dhamir tersebut kembali kepada Allah, yakni perumpamaan
petunjuk-Nya dalam hati seorang Mukmin seperti misykaah (lubang yang tak
tembus). Demikian dikatakan oleh ‘Abdullah bin ‘Abbas . Dhamir tersebut kembali
kepada orang-orang Mukmin yang disebutkan dalam konteks kalimat, yakni
perumpamaan cahaya seorang Mukmin yang ada dalam hatinya seperti misykaah. Hati
seorang Mukmin disamakan dengan fitrahnya, yaitu hidayah dan cahaya al-Qur-an
yang diterimanya yang sesuai dengan fitrahnya. Seperti disebutkan dalam ayat
lain: “Apakah (orang-orang kafir itu sama dengan) orang-orang yang mempunyai
bukti yang nyata (al-Qur-an) dari Rabbnya, dan diikuti pula oleh seorang saksi
(Muhammad) dari Allah.” (QS. Huud: 17).
Allah menyamakan kemurnian
hati seorang Mukmin dengan lentera dari kaca yang tipis dan mengkilat,
menyamakan hidayah al-Qur-an dan syari’at yang dimintanya dengan minyak zaitun
yang bagus lagi jernih, bercahaya dan tegak, tidak kotor dan tidak bengkok.
Firman Allah : “Seperti sebuah lubang yang tak tembus,” Ibnu ‘Abbas, Mujahid,
Muhammad bin Ka’ab, dan lainnya mengatakan: “Misykaah adalah tempat sumbu pada
lampu, itulah makna yang paling masyhur.” Firman Allah : “Yang di dalamnya ada
pelita besar,” yaitu cahaya yang terdapat di dalam lentera. Ubay bin Ka’ab
mengatakan: “Mishbaah adalah cahaya, yaitu al-Qur-an dan iman yang terdapat
dalam dada seorang Mukmin.”
Firman Allah : “Pelita itu
di dalam kaca,” cahaya tersebut memancar dalam kaca yang bening. Ubay bin Ka’ab
dan para ulama lainnya mengatakan: “Maksudnya adalah perumpamaan hati seorang
Mukmin.” Firman Allah : “(Dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya)
seperti mutiara,” sebagian qari[1] membacanya tanpa hamzah di akhir kata, yakni
seakan-akan bintang seperti mutiara. Sebagian lainnya membaca dan atau dengan
kasrah dan dhammah huruf daal dan dengan hamzah, diambil dari kata , artinya
lontaran. Karena bintang apabila dilontarkan akan lebih bercahaya daripada
kondisi-kondisi lainnya. Bangsa Arab menyebut bintang-bintang yang tidak
diketahui namanya dengan sebutan . Ubay bin Ka’ab mengatakan: “Yakni
bintang-bintang yang bercahaya.”
Firman Allah : “Yang
dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya,” yaitu berasal dari
minyak zaitun, pohon yang penuh berkah, yakni pohon zaitun. Dalam kalimat,
kedudukan kata adalah badal atau ‘athaf bayan. Firman Allah : Yang tumbuh tidak
di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya),” tempat
tumbuhnya bukan di sebelah timur hingga tidak terkena sinar matahari di awal
siang dan bukan pula di sebelah barat hingga tertutupi bayangan sebelum matahari
terbenam, namun letaknya di tengah, terus disinari matahari sejak pagi sampai
sore. Sehingga minyak yang dihasilkannya jernih, sedang dan
bercahaya.
Abu Ja’far ar-Razi
meriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab tentang firman Allah : “Pohon zaitun yang
tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya),”
beliau berkata: “Yakni pohon zaitun yang hijau dan segar yang tidak terkena
sinar matahari, bagaimanapun kondisinya, baik ketika matahari terbit maupun
matahari terbenam.” Beliau melanjutkan: “Demikianlah seorang Mukmin yang
terpelihara dari fitnah-fitnah. Adakalanya ia tertimpa fitnah, namun Allah
meneguhkannya, ia selalu berada dalam empat keadaan berikut: Jika berkata ia
jujur, jika menghukum ia berlaku adil, jika diberi cobaan ia bersabar dan jika
diberi, ia bersyukur. Keadaannya di antara manusia lainnya seperti seorang yang
hidup berjalan di tengah-tengah kubur orang-orang yang sudah mati. Zaid bin
Aslam mengatakan: “Maksud firman Allah : ‘Tidak di sebelah timur (sesuatu) dan
tidak pula di sebelah barat(nya),’ yaitu negeri Syam.”
Firman Allah : “(Yaitu),
yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh
api,”“Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis),” al-‘Aufi meriwayatkan dari
‘Abdullah bin ‘Abbas , bahwa maksudnya adalah iman seorang hamba dan amalnya.
Ubay bin Ka’ab berkata tentang firman Allah : ‘Abdurrahman bin Zaid bin Aslam
mengatakan: “Yakni, disebabkan kilauan minyak yang bercahaya. Firman Allah :
“Cahaya di atas cahaya,” yakni tidak lepas dari lima cahaya, perkataannya adalah
cahaya, amalnya adalah cahaya, tempat masuknya adalah cahaya, tempat keluarnya
adalah cahaya, tempat kembalinya adalah cahaya pada hari Kiamat, yakni Surga.
As-Suddi mengatakan: “Maksudnya adalah, cahaya api dan cahaya minyak, apabila
bersatu akan bersinar, keduanya tidak akan bersinar dengan sendirinya jika tidak
berpasangan. Demikian pula cahaya al-Qur-an dan cahaya iman manakala bersatu,
tidak akan bercahaya kecuali bila keduanya bersatu.”
Firman Allah : “Allah
membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki,” Allah membimbing kepada
hidayah bagi siapa yang Dia kehendaki, seperti yang disebutkan dalam hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dari ‘Abdullah bin ‘Amr , bahwa ia mendengar
Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk-Nya dalam
kegelapan, kemudian Allah memberi cahaya-Nya kepada mereka. Barang siapa
mendapat cahaya-Nya pada saat itu, berarti ia telah mendapat petunjuk dan barang
siapa tidak mendapatkannya berarti ia telah sesat. Oleh karena itu, aku katakan:
‘Al-Qur-an (penulis takdir) dari ilmu Allah telah kering.’”
Firman Allah : “Dan Allah
memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Mahamengetahui
segala sesuatu.” Setelah menyebutkan perumpamaan cahaya-Nya dan hidayah-Nya
dalam hati seorang Mukmin, Allah menutup ayat ini dengan firman-Nya: “Dan Allah
memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Mahamengetahui segala
sesuatu.” Yaitu, Dia Mahamengetahui siapa yang berhak mendapat hidayah dan siapa
yang berhak disesatkan.
-Tafsir Ibn Katsir
:
ูุงู
ุนูู ุจู ุฃุจู ุทูุญุฉ ، ุนู ุงุจู ุนุจุงุณ : ( ุงููู ููุฑ ุงูุณู
ุงูุงุช ูุงูุฃุฑุถ ) ูููู : ูุงุฏู ุฃูู
ุงูุณู
ุงูุงุช ูุงูุฃุฑุถ . ููุงู ุงุจู ุฌุฑูุฌ : ูุงู ู
ุฌุงูุฏ ูุงุจู ุนุจุงุณ ูู ูููู : ( ุงููู ููุฑ
ุงูุณู
ุงูุงุช ูุงูุฃุฑุถ ) ูุฏุจุฑ ุงูุฃู
ุฑ ูููู
ุง ، ูุฌูู
ูู
ุง ูุดู
ุณูู
ุง ููู
ุฑูู
ุง . ููุงู ุงุจู ุฌุฑูุฑ :
ุญุฏุซูุง ุณููู
ุงู ุจู ุนู
ุฑ ุจู ุฎุงูุฏ ุงูุฑูู ، ุญุฏุซูุง ููุจ ุจู ุฑุงุดุฏ ، ุนู ูุฑูุฏ ، ุนู ุฃูุณ ุจู ู
ุงูู
ูุงู : ุฅู ุฅููู ูููู : ููุฑู ูุฏุงู . ูุงุฎุชุงุฑ ูุฐุง ุงูููู ุงุจู ุฌุฑูุฑ ، ุฑุญู
ู ุงููู . ููุงู
ุฃุจู ุฌุนูุฑ ุงูุฑุงุฒู ، ุนู ุงูุฑุจูุน ุจู ุฃูุณ ، ุนู ุฃุจู ุงูุนุงููุฉ ، ุนู ุฃุจู ุจู ูุนุจ ูู ููู ุงููู
ุชุนุงูู : ( ุงููู ููุฑ ุงูุณู
ุงูุงุช ูุงูุฃุฑุถ ) ูุงู : ูู ุงูู
ุคู
ู ุงูุฐู ุฌุนู [ ุงููู ] ุงูุฅูู
ุงู
ูุงููุฑุขู ูู ุตุฏุฑู ، ูุถุฑุจ ุงููู ู
ุซูู ููุงู : ( ุงููู ููุฑ ุงูุณู
ุงูุงุช ูุงูุฃุฑุถ ) ูุจุฏุฃ ุจููุฑ
ููุณู ، ุซู
ุฐูุฑ ููุฑ ุงูู
ุคู
ู ููุงู : ู
ุซู ููุฑ ู
ู ุขู
ู ุจู . ูุงู : ููุงู ุฃุจู ุจู ูุนุจ ููุฑุคูุง
: " ู
ุซู ููุฑ ู
ู ุขู
ู ุจู ููู ุงูู
ุคู
ู ุฌุนู ุงูุฅูู
ุงู ูุงููุฑุขู ูู ุตุฏุฑู . ูููุฐุง ูุงู ุณุนูุฏ ุจู
ุฌุจูุฑ ، ูููุณ ุจู ุณุนุฏ ، ุนู ุงุจู ุนุจุงุณ ุฃูู ูุฑุฃูุง ูุฐูู : " ููุฑ ู
ู ุขู
ู ุจุงููู " . ููุฑุฃ
ุจุนุถูู
: " ุงููู ููุฑ ุงูุณู
ุงูุงุช ูุงูุฃุฑุถ " " . ูุนู ุงูุถุญุงู : " ุงููู ููุฑ ุงูุณู
ุงูุงุช ูุงูุฃุฑุถ
" . ููุงู ุงูุณุฏู ูู ูููู : ( ุงููู ููุฑ ุงูุณู
ุงูุงุช ูุงูุฃุฑุถ ) : ูุจููุฑู ุฃุถุงุกุช ุงูุณู
ุงูุงุช
ูุงูุฃุฑุถ . ููู ุงูุญุฏูุซ ุงูุฐู ุฑูุงู ู
ุญู
ุฏ ุจู ุฅุณุญุงู ูู ุงูุณูุฑุฉ ، ุนู ุฑุณูู ุงููู ุตูู ุงููู
ุนููู ูุณูู
ุฃูู ูุงู ูู ุฏุนุงุฆู ููู
ุขุฐุงู ุฃูู ุงูุทุงุฆู : " ุฃุนูุฐ ุจููุฑ ูุฌูู ุงูุฐู ุฃุดุฑูุช ูู
ุงูุธูู
ุงุช ، ูุตูุญ ุนููู ุฃู
ุฑ ุงูุฏููุง ูุงูุขุฎุฑุฉ ، ุฃู ูุญู ุจู ุบุถุจู ุฃู ููุฒู ุจู ุณุฎุทู ، ูู
ุงูุนุชุจู ุญุชู ุชุฑุถู ، ููุง ุญูู ููุง ููุฉ ุฅูุง ุจู " . ููู ุงูุตุญูุญูู ، ุนู ุงุจู ุนุจุงุณ : ูุงู
ุฑุณูู ุงููู ุตูู ุงููู ุนููู ุณูู
ุฅุฐุง ูุงู
ู
ู ุงูููู ูููู : " ุงูููู
ูู ุงูุญู
ุฏ ، ุฃูุช ููู
ุงูุณู
ุงูุงุช ูุงูุฃุฑุถ ูู
ู ูููู ، ููู ุงูุญู
ุฏ ، ุฃูุช ููุฑ ุงูุณู
ุงูุงุช ูุงูุฃุฑุถ ูู
ู ูููู " ุงูุญุฏูุซ
. ูุนู ุงุจู ู
ุณุนูุฏ ، ุฑุถู ุงููู ุนูู ، ูุงู : ุฅู ุฑุจูู
ููุณ ุนูุฏู ููู ููุง ููุงุฑ ، ููุฑ ุงูุนุฑุด
ู
ู ููุฑ ูุฌูู . ููููู : ( ู
ุซู ููุฑู ) ูู ูุฐุง ุงูุถู
ูุฑ ูููุงู : ุฃุญุฏูู
ุง : ุฃูู ุนุงุฆุฏ ุฅูู
ุงููู ، ุนุฒ ูุฌู ، ุฃู : ู
ุซู ูุฏุงู ูู ููุจ ุงูู
ุคู
ู ، ูุงูู ุงุจู ุนุจุงุณ ( ูู
ุดูุงุฉ ) . ูุงูุซุงูู
: ุฃู ุงูุถู
ูุฑ ุนุงุฆุฏ ุฅูู ุงูู
ุคู
ู ุงูุฐู ุฏู ุนููู ุณูุงู ุงูููุงู
: ุชูุฏูุฑู : ู
ุซู ููุฑ ุงูู
ุคู
ู
ุงูุฐู ูู ููุจู ، ูู
ุดูุงุฉ . ูุดุจู ููุจ ุงูู
ุคู
ู ูู
ุง ูู ู
ูุทูุฑ ุนููู ู
ู ุงููุฏู ، ูู
ุง ูุชููุงู
ู
ู ุงููุฑุขู ุงูู
ุทุงุจู ูู
ุง ูู ู
ูุทูุฑ ุนููู ، ูู
ุง ูุงู ุชุนุงูู : ( ุฃูู
ู ูุงู ุนูู ุจููุฉ ู
ู ุฑุจู
ููุชููู ุดุงูุฏ ู
ูู ) [ ููุฏ : 17 ] ، ูุดุจู ููุจ ุงูู
ุคู
ู ูู ุตูุงุฆู ูู ููุณู ุจุงูููุฏูู ู
ู
ุงูุฒุฌุงุฌ ุงูุดูุงู ุงูุฌููุฑู ، ูู
ุง ูุณุชูุฏูู ู
ู ุงููุฑุขู ูุงูุดุฑุน ุจุงูุฒูุช ุงูุฌูุฏ ุงูุตุงูู ุงูู
ุดุฑู
ุงูู
ุนุชุฏู ، ุงูุฐู ูุง ูุฏุฑ ููู ููุง ุงูุญุฑุงู . ููููู : ( ูู
ุดูุงุฉ ) : ูุงู ุงุจู ุนุจุงุณ ،
ูู
ุฌุงูุฏ ، ูู
ุญู
ุฏ ุจู ูุนุจ ، ูุบูุฑ ูุงุญุฏ : ูู ู
ูุถุน ุงููุชููุฉ ู
ู ุงูููุฏูู . ูุฐุง ูู ุงูู
ุดููุฑ;
ูููุฐุง ูุงู ุจุนุฏู : ( ูููุง ู
ุตุจุงุญ ) ، ููู ุงูุฐุจุงูุฉ ุงูุชู ุชุถูุก . ููุงู ุงูุนููู ، ุนู ุงุจู
ุนุจุงุณ [ ูู ] ูููู : ( ุงููู ููุฑ ุงูุณู
ุงูุงุช ูุงูุฃุฑุถ ู
ุซู ููุฑู ูู
ุดูุงุฉ ูููุง ู
ุตุจุงุญ ) :
ูุฐูู ุฃู ุงููููุฏ ูุงููุง ูู
ุญู
ุฏ ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู
: ููู ูุฎูุต ููุฑ ุงููู ู
ู ุฏูู ุงูุณู
ุงุก؟
ูุถุฑุจ ุงููู ู
ุซู ุฐูู ูููุฑู ، ููุงู : ( ุงููู ููุฑ ุงูุณู
ุงูุงุช ูุงูุฃุฑุถ ู
ุซู ููุฑู ) .
ูุงูู
ุดูุงุฉ : ููุฉ ูู ุงูุจูุช - ูุงู : ููู ู
ุซู ุถุฑุจู ุงููู ูุทุงุนุชู . ูุณู
ู ุงููู ุทุงุนุชู ููุฑุง
، ุซู
ุณู
ุงูุง ุฃููุงุนุง ุดุชู .
Dan seterusnya...
http://library.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?idfrom=1271&idto=1271&bk_no=49&ID=1297
Wallahu a’lam.
[Santrialit]
LINK ASAL :
www.fb.com/notes/1307764845912987
www.fb.com/groups/piss.ktb/1253823284640477/