PERTANYAAN
:
Assalamualaikum Wr Wb. Apakah pernikahannya orang yang mati suri itu tercerai/putus. Syukron. [Ibnu Bangkalan].
JAWABAN :
Wa'alaikumsalam warohmatullohi wabarokaatuh. Orang yang benar-benar sudah mati kemudian benar-benar hidup lagi maka hidupnya yang kedua adalah hidup yang baru, dan apapun yang dimilikinya tidak bisa dikembalikan. Ketika orang tersebut mati dengan nyata, maka istri dan peninggalannya sudah bukan menjadi miliknya lagi. Sehingga jika ia ingin kembali bersama istrinya semasa hidup yang pertama, maka ia (orang yang hidup kembali) harus menikahinya lagi.
Apabila seseorang mati dengan mati yang haqiqi, kemudian dirawat jenazahnya dan ia kemudian hidup lagi dengan kehidupan yang haqiqi lantas ia mati lagi, maka wajib untuk mengurus jenazahnya lagi. Dalam Fatawi Haditsiyah dijelaskan bahwa orang yang hidup lagi setelah ia benar-benar mati dengan khabar orang yang ma'shum hal ini menetapkan hukum orang yang mati sesungguhnya, seperti hartanya boleh diwaritsi, istrinya boleh menikah lagi dan lain-lain. Sedangkan hidup yang kedua tidak dianggap dan bila ia mati lagi setelah hidup yang kedua maka tidak wajib dimandikan dan disholati, namun hanya wajib dikuburkan. Namun bila mati yang pertama belum jelas maka ia dihukumi belum mati tetapi dianggap sebagaimana orang yang pingsan (pernikahannya belum putus dan hartanya belum boleh diwaris). [Kang Dul, Akhbib Maulana]
REFERENSI :
- Kitab I’anah At Thalibin :
- Kitab Nihayatuzzain :
LINK ASAL :
www.fb.com/notes/1154451147911025
Assalamualaikum Wr Wb. Apakah pernikahannya orang yang mati suri itu tercerai/putus. Syukron. [Ibnu Bangkalan].
JAWABAN :
Wa'alaikumsalam warohmatullohi wabarokaatuh. Orang yang benar-benar sudah mati kemudian benar-benar hidup lagi maka hidupnya yang kedua adalah hidup yang baru, dan apapun yang dimilikinya tidak bisa dikembalikan. Ketika orang tersebut mati dengan nyata, maka istri dan peninggalannya sudah bukan menjadi miliknya lagi. Sehingga jika ia ingin kembali bersama istrinya semasa hidup yang pertama, maka ia (orang yang hidup kembali) harus menikahinya lagi.
Apabila seseorang mati dengan mati yang haqiqi, kemudian dirawat jenazahnya dan ia kemudian hidup lagi dengan kehidupan yang haqiqi lantas ia mati lagi, maka wajib untuk mengurus jenazahnya lagi. Dalam Fatawi Haditsiyah dijelaskan bahwa orang yang hidup lagi setelah ia benar-benar mati dengan khabar orang yang ma'shum hal ini menetapkan hukum orang yang mati sesungguhnya, seperti hartanya boleh diwaritsi, istrinya boleh menikah lagi dan lain-lain. Sedangkan hidup yang kedua tidak dianggap dan bila ia mati lagi setelah hidup yang kedua maka tidak wajib dimandikan dan disholati, namun hanya wajib dikuburkan. Namun bila mati yang pertama belum jelas maka ia dihukumi belum mati tetapi dianggap sebagaimana orang yang pingsan (pernikahannya belum putus dan hartanya belum boleh diwaris). [Kang Dul, Akhbib Maulana]
REFERENSI :
- Kitab I’anah At Thalibin :
(
فَرْعٌ آخَرُ ) لَوْ مَاتَ إنْسَانٌ مَوْتًا حَقِيقِيًّا وَجُهِّزَ ثُمَّ أُحْيِيَ
حَيَاةً حَقِيقِيَّةً ثُمَّ مَاتَ فَالْوَجْهُ الَّذِي لَا شَكَّ فِيهِ أَنَّهُ
يَجِبُ لَهُ تَجْهِيزٌ آخَرُ خِلَافًا لِمَنْ تَوَهَّمَهُ اهـ وَفِيْ ع ش مَا
نَصُّهُ: وَفِي فَتَاوَى ابْنِ حَجّ الْحَدِيثِيَّةِ مَا حَاصِلُهُ أَنَّ مَنْ
أُحْيِيَ بَعْدَ الْمَوْتِ الْحَقِيقِيِّ بِأَنْ أَخْبَرَ بِهِ مَعْصُومٌ ثَبَتَ
لَهُ جَمِيعُ أَحْكَامِ الْمَوْتَى مِنْ قِسْمَةِ تَرِكَتِهِ وَنِكَاحِ زَوْجَتِهِ
وَنَحْوِ ذَلِكَ وَأَنَّ الْحَيَاةَ الثَّانِيَةَ لَا يُعَوَّلُ عَلَيْهَا لِأَنَّ
ذَلِكَ تَشْرِيعٌ لِمَا لَمْ يَرِدْ هُوَ وَلَا نَظِيرُهُ وَلَا مَا يُقَارِبُهُ
وَتَشْرِيعُ مَا هُوَ كَذَلِكَ مُمْتَنِعٌ بِلَا شَكٍّ انْتَهَى أَيْ وَعَلَيْهِ
فَمَنْ مَاتَ بَعْدَ الْحَيَاةِ الثَّانِيَةِ لَا يُغَسَّلُ وَلَا يُصَلَّى
عَلَيْهِ وَإِنَّمَا يَجِبُ مُوَارَاتُهُ فَقَطْ وَأَمَّا إذَا لَمْ يَتَحَقَّقْ
مَوْتُهُ حَكَمْنَا بِأَنَّهُ إنَّمَا كَانَ بِهِ غَشْيٌ أَوْ نَحْوُهُ ا
هـ
- Kitab Nihayatuzzain :
نهاية
الزين ١٤٩
و
لو مات موتا حقيقيا ثم جهز ثم احي حياة حقيقة ثم مات وجب تجهيز اخر
- Hasyiyah Bujairomiy 'alal
Khotib :
حاشية
البجيرمي على الخطيب ج3 ص 260
(بعد
موت مورثه) وقع السؤال عمن عاش بعد موته معجنزة لنبي أو كرامة لولي لم يعد ملكه
اليه انتهى ق ل على المحلي.وقال بعضهم:بالعود لتبين بقاء ملكه لتركته ,وهو محمول
على أنه بالإحياء تبين عدم موته:لكنه خلاف الفرض فى السؤال إذ لاتوجد المعجزة إلا
بعد تحقق الموت وعند تحققه ينتقل الملك لورثة بالإجماع,فإذا وجد الإحياء كانت هذه
حياة جديدة مبتدأة بلا تبين عود ملك,ويلزمه أن نسائه لو تزوجن أن يعدن له,وليس
كذالك بل يبقي نكاهن الثاني.والحاصل أن زوال الملك والعصمة محقق وعوده مشكوك فيه
فيستصحب زوالهما حتى يثبت ما يدل على العود ,ولم يثبت فيه شئ فوجب البقاء مع
الأصل.
fokus:
ويلزمه
أن نسائه لو تزوجن أن يعدن له,وليس كذالك بل يبقي نكاهن الثاني.
LINK ASAL :
www.fb.com/notes/1154451147911025
www.fb.com/groups/piss.ktb/1141245442564929/