PERTANYAAN
:
Assalamu alaikum wr wb. Mohon bimbingannya. Apa benar puasa bulan a'syuro itu tradisi jahiliyah? Karena tidak bertentangan dengan syariat islam terus di lestarikan oleh Rosulullah. Atas jawabanya syukron. [Maulidia Dia].
JAWABAN :
Wa'alaikum salam, itu tidak benar.
PASAL TENTANG PUASA SUNAT. Dan yang ke dua adalah puasa ‘ASYURO, yaitu hari ke sepuluh bulan Muharrom. Rosululloh SAW. Pernah ditanya perihal itu, dan beliau menjawab: “(puasa ‘asyuro) menjadi kifarat (dosa) satu tahun yang telah lalu”.
Adapun puasa ‘arofah (9 dzulhijjah) mengkifarati (dosa) untuk dua tahun (satu tahun ke belakang dan satu tahun ke depan), sementara puasa ‘asyuro mengkifarati untuk satu tahun kebelakang saja, itu karena puasa ‘arofah adalah hari Nabi kita Muhammad SAW., sementara puasa ‘asyuro adalah hari para Nabi AS. selain Nabi Muhammad SAW. Dimana Nabi kita Muhammad SAW. adalah afdlolul anbiya, (dengan keunggulan itu) maka harinya (‘arofah) sebanding untuk dua tahun. (dan juga kenapa puasa ‘arofah punya nilai lebih daripada puasa ‘asyuro yang notabene puasa ‘asyuro memiliki beberapa kelebihan menyangkut kisah para Nabi) karena kelebihan (pada diri para Nabi) tidak menuntut (berimplikasi) kepada kefadilahan (yang bisa mengalahkan kefadhilahan Nabi Muhammad SAW). Wallaahu a'lam.
Sumber : www.piss-ktb.com/2012/02/757-puasa-puasa-asyura.html
Dari ‘Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata :
“Nabi shallallalhu ‘alaihi wa salam tiba di Madinah, maka beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa hari ‘Asyura. Beliau bertanya kepada mereka: “Ada apa ini?” Mereka menjawab, “Ini adalah hari yang baik. Pada hari ini Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuh mereka. Maka Nabi Musa berpuasa pada hari ini.” Nabi shallallalhu ‘alaihi wa salam bersabda, “Saya lebih layak dengan nabi Musa dibandingkan kalian.”Maka beliau berpuasa ‘Asyura dan memerintahkan para shahabat untuk berpuasa ‘Asyura.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Dari Aisyah radiyallahu ‘anha berkata :
“Kaum musyrik Quraisy
mengerjakan puasa pada hari ‘Asyura sejak zaman jahiliyah. Demikian pula
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam mengerjakan puasa ‘Asyura.Ketika beliau
tiba di Madinah, maka beliau berpuasa ‘Asyura dan memerintahkan para sahabat
untuk berpuasa. Kemudian ketika puasa Ramadhan diwajibkan, beliau meninggalkan
puasa hari ‘Asyura. Maka barangsiapa ingin, ia boleh berpuasa ‘Asyura. Dan
barangsiapa ingin, ia boleh tidak berpuasa.” (HR. Bukhari dan
Muslim).
- kitab Fathul Bary syarah shoheh Bukhory :
Al-Qurtuby berkata : " mungkin orang-orang qurays dulu menyandarkan puasanya kpada syare'at nabi terdahulu seperti Nabi Ibrahim sedangkan puasanya Rasululloh shollallohu alaihi wasallam bisa jadi karena kecocokan kepada mereka sebagaimana dalam masalah haji, atau karena Allah mengizini beliau untuk berpuasa karena itu termasuk pekerjaan yang baik, ketika beliau hijrah dan menemukan orang-orang yahudi berpuasa asyuro' kemudian beliau bertanya dan memerintahkan untuk berpuasa maka bisa jadi hal tsb tujuannya untuk meluluhkan hatinya orang-orang yahudi sebagaimana Nabi meluluhkan hati mereka dalam masalah kiblat mereka, dan bisa jadi karena hal lainnya.intinya, Nabi shollallohu alaihi wasallam berpuasa hari asyuro' BUKAN sebab dimulai oleh yahudi dan quraisy, karna sebelumnya nabi sudah berpuasa asyuro dan waktu itu adalah waktu disukainya mencocoki ahlul kitab dalam hal-hal yang tidak dilarang". Walohu a'lam. [Pencari Ilmu, Ghufron Bkl, Mas Hamzah].
http://library.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?idfrom=4038&idto=4039&bk_no=14&ID=2653
LINK ASAL :
www.fb.com/groups/piss.ktb/977629745593167/
Assalamu alaikum wr wb. Mohon bimbingannya. Apa benar puasa bulan a'syuro itu tradisi jahiliyah? Karena tidak bertentangan dengan syariat islam terus di lestarikan oleh Rosulullah. Atas jawabanya syukron. [Maulidia Dia].
JAWABAN :
Wa'alaikum salam, itu tidak benar.
فصل
فِي صَوْم التَّطَوُّع (و) الثَّانِي صَوْم يَوْم (عَاشُورَاء) وَهُوَ عَاشر
الْمحرم لِأَنَّهُ صلى الله عَلَيْهِ وَسلم سُئِلَ عَنهُ فَقَالَ يكفر السّنة
الْمَاضِيَةوَإِنَّمَا كَانَ صَوْم عَرَفَة بِسنتَيْنِ وعاشوراء بِسنة لِأَن الأول
يَوْم نَبينَا صلى الله عَلَيْهِ وَسلم وَالثَّانِي يَوْم غَيره من الْأَنْبِيَاء
وَنَبِينَا صلى الله عَلَيْهِ وَسلم أفضل الْأَنْبِيَاء فَكَانَ يَوْمه بِسنتَيْنِ
وَلِأَن المزية لَا تَقْتَضِي الْفَضِيلَة
PASAL TENTANG PUASA SUNAT. Dan yang ke dua adalah puasa ‘ASYURO, yaitu hari ke sepuluh bulan Muharrom. Rosululloh SAW. Pernah ditanya perihal itu, dan beliau menjawab: “(puasa ‘asyuro) menjadi kifarat (dosa) satu tahun yang telah lalu”.
Adapun puasa ‘arofah (9 dzulhijjah) mengkifarati (dosa) untuk dua tahun (satu tahun ke belakang dan satu tahun ke depan), sementara puasa ‘asyuro mengkifarati untuk satu tahun kebelakang saja, itu karena puasa ‘arofah adalah hari Nabi kita Muhammad SAW., sementara puasa ‘asyuro adalah hari para Nabi AS. selain Nabi Muhammad SAW. Dimana Nabi kita Muhammad SAW. adalah afdlolul anbiya, (dengan keunggulan itu) maka harinya (‘arofah) sebanding untuk dua tahun. (dan juga kenapa puasa ‘arofah punya nilai lebih daripada puasa ‘asyuro yang notabene puasa ‘asyuro memiliki beberapa kelebihan menyangkut kisah para Nabi) karena kelebihan (pada diri para Nabi) tidak menuntut (berimplikasi) kepada kefadilahan (yang bisa mengalahkan kefadhilahan Nabi Muhammad SAW). Wallaahu a'lam.
Sumber : www.piss-ktb.com/2012/02/757-puasa-puasa-asyura.html
Dari ‘Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata :
قَدِمَ
النَّبِيُّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ المَدِينَةَ فَرَأَى اليَهُودَ تَصُومُ
يَوْمَ عَاشُورَاءَ، فَقَالَ: مَا هَذَا؟، قَالُوا: هَذَا يَوْمٌ صَالِحٌ هَذَا
يَوْمٌ نَجَّى الله بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ عَدُوِّهِمْ، فَصَامَهُ مُوسَى، قَالَ:
«فَأَنَا أَحَقُّ بِمُوسَى مِنْكُمْ»، فَصَامَهُ، وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ
“Nabi shallallalhu ‘alaihi wa salam tiba di Madinah, maka beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa hari ‘Asyura. Beliau bertanya kepada mereka: “Ada apa ini?” Mereka menjawab, “Ini adalah hari yang baik. Pada hari ini Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuh mereka. Maka Nabi Musa berpuasa pada hari ini.” Nabi shallallalhu ‘alaihi wa salam bersabda, “Saya lebih layak dengan nabi Musa dibandingkan kalian.”Maka beliau berpuasa ‘Asyura dan memerintahkan para shahabat untuk berpuasa ‘Asyura.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Dari Aisyah radiyallahu ‘anha berkata :
كَانَ
يَوْمُ عَاشُورَاءَ تَصُومُهُ قُرَيْشٌ فِي الجَاهِلِيَّةِ، وَكَانَ رَسُولُ الله
صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُهُ، فَلَمَّا قَدِمَ المَدِينَةَ صَامَهُ،
وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ، فَلَمَّا فُرِضَ رَمَضَانُ تَرَكَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ،
فَمَنْ شَاءَ صَامَهُ، وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ
- kitab Fathul Bary syarah shoheh Bukhory :
قال
القرطبي : لعل قريشا كانوا يستندون في صومه إلى شرع من مضى كإبراهيم ، وصوم رسول
الله - صلى الله عليه وسلم - يحتمل أن يكون بحكم الموافقة لهم كما في الحج ، أو أذن
الله له في صيامه على أنه فعل خير ، فلما هاجر ووجد اليهود يصومونه وسألهم وصامه
وأمر بصيامه احتمل ذلك أن يكون ذلك استئلافا لليهود كما استألفهم باستقبال قبلتهم ،
ويحتمل غير ذلك . وعلى كل حال فلم يصمه اقتداء بهما ، فإنه كان يصومه قبل ذلك ،
وكان ذلك في الوقت الذي يحب فيه موافقة أهل الكتاب فيما لم ينه عنه .
Al-Qurtuby berkata : " mungkin orang-orang qurays dulu menyandarkan puasanya kpada syare'at nabi terdahulu seperti Nabi Ibrahim sedangkan puasanya Rasululloh shollallohu alaihi wasallam bisa jadi karena kecocokan kepada mereka sebagaimana dalam masalah haji, atau karena Allah mengizini beliau untuk berpuasa karena itu termasuk pekerjaan yang baik, ketika beliau hijrah dan menemukan orang-orang yahudi berpuasa asyuro' kemudian beliau bertanya dan memerintahkan untuk berpuasa maka bisa jadi hal tsb tujuannya untuk meluluhkan hatinya orang-orang yahudi sebagaimana Nabi meluluhkan hati mereka dalam masalah kiblat mereka, dan bisa jadi karena hal lainnya.intinya, Nabi shollallohu alaihi wasallam berpuasa hari asyuro' BUKAN sebab dimulai oleh yahudi dan quraisy, karna sebelumnya nabi sudah berpuasa asyuro dan waktu itu adalah waktu disukainya mencocoki ahlul kitab dalam hal-hal yang tidak dilarang". Walohu a'lam. [Pencari Ilmu, Ghufron Bkl, Mas Hamzah].
وعن
عائشة قالت : { كان يوم عاشوراء يوما تصومه قريش في الجاهلية ، فلما جاء الإسلام
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : من شاء صام ومن شاء تركه } رواه مسلم ( وأما )
الجواب عن الأحاديث فهو أنها محمولة على تأكد الاستحباب جمعا بين الأحاديث ، وقوله
: " فلما فرض رمضان ترك " أي ترك تأكد الاستحباب وكذا قوله : { فمن شاء صام ومن شاء
أفطر } .
http://library.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?idfrom=4038&idto=4039&bk_no=14&ID=2653
LINK ASAL :
www.fb.com/groups/piss.ktb/977629745593167/
www.fb.com/notes/984952098194265