PERTANYAAN
:
Bagaimanakah hukumnya seorang yang sholat di pesawat ? [Anna Miy].
JAWABAN :
Hukum sholat di pesawat ditafshil :
Lihat Taqrirotus sadidah hal. 201, Muallif : Hasan bin Ahmad bin Muhammad bin Salim Al-Kaf :
1. Pada keadaan sangat genting / mengkhawatirkan / hal yang ditakuti.
2. Pada sholat sunnah dalam keadaan bepergian yang mubah (tidak haram) baik perjalanan jauh atau dekat
Adakalanya bepergian dengan berjalan kaki, adakalanya bepergian dengam naik kendaraan;
Ketika bepergian dengan berjalan kaki maka wajib untuk menghadap kiblat dalam empat (4) rukun (sholat) :
Ketika bepergian dengan berkendara maka wajib untuk menghadap kiblat pada waktu takbirotul ihrom jika mudah melakukannya, dan jika tidak mudah / kesulitan maka tidak wajib menghadap kiblat secara mutlak.
Perjalanan dekat yaitu perjalanan yang kurang dari dua (2) marhalah (82 km), minimal: seseorang bepergian ke suatu tempat yang tidak dapat terdengar panggilan / adzan jum'at. menurut pendapat lain: menggunakan 1 mil.
Kiblat itu menjadi tujuan / sasarannya, maka tidak diperbolehkan seseorang menyimpang / berpaling dari arah kiblat melainkan harus menghadap kiblat, apabila berpaling dengan sengaja dan mengerti maka sholatnya batal.
Jika seseorang sholat di perahu, kereta api, dan seperti halnya sekeduk, tempat tidur / pembaringan dan lain-lain maka orang yang sholat wajib menyempurnakan ruku' dan sujudnya jika mudah, dan wajib pula menghadap kiblat dalam keseluruhan sholat jika mudah baginya, dan jika tidak mudah maka tidak wajib.
Begitu pula seperti halnya orang yang sholat di pesawat terbang, maka boleh baginya dan juga sah untuk sholat sunnah. Adapun untuk sholat fardlu jika menjadi wajib / tertentu untuk dilaksanakan di tengah menempuh perjalanan, dan perjalanan yang ditempuh itu jauh, sekiranya seseorang tidak mampu untuk melaksanakan sholat tepat pada waktunya sebelum naik ke pesawat atau berangkatnya pesawat (take off) atau setelah mendaratnya pesawat (landing), meskipun (sholatnya dikerjakan) dengan jama' taqdim atau ta'khir, maka dalam keadaan ini wajib bagi seseorang untuk sholat lihurmatil waqti beserta menghadap kiblat, dan dalam hal ini ada dua (2) keadaan :
Jika sholat dengan menyempurnakan ruku' dan sujud maka dalam hukum kewajiban mengqodlo' terdapat perbedaan pendapat, karena tidak menetapnya pesawat di tanah, dan pendapat yang mu'tamad (yang kuat dibuat pedoman) adalah wajib mengqodlo'.
Dan jika sholat tanpa menyempurnakan ruku' dan sujud, atau tanpa menghadap kiblat serta dapat menyempurnakan (ruku' dan sujud), maka wajib mengqodlo' tanpa ada silang pendapat dari para ulama'.
- Bujairimi 'Alal Khothib I / 460 - 461 :
- Syarh Al-Yaqut An-nafis halaman 146 :
Barangsiapa masuk waktu sholat sedang dia berada dalam pesawat, jika dia bisa mengetahui arah kiblat maka wajib baginya sholat dengan menghadap kiblat (ketika takbirotul ihrom:ed), namun jika tidak mampu maka diperbolehkan baginya sholat dengan cara yang dia mampu untuk menghormati wakyu sholat, kemudian setelah mendarat wajib baginya mengulang sholatnya. Wallaahu A'lam. [Nyuprih Restu, Kang Dul, Ibnu Al-Ihsany, Ghufron Bkl].
Link Diskusi :
www.fb.com/groups/piss.ktb/946457095377099
Bagaimanakah hukumnya seorang yang sholat di pesawat ? [Anna Miy].
JAWABAN :
Hukum sholat di pesawat ditafshil :
1.Bila mampu menghadap kiblat
saat takbirotul ihrom maka wajib menghadap kiblat, namun tidak mampu ruku' dan
sujud dengan sempurna maka wajib qodlo / i'adah, sedangkan bila mampu ruku' dan
sujud dengan sempurna, maka terdapat dua qoul, menurut qoul mu'tamad dalam kitab
Taqrirotus Sadidah wajib qodlo / i'adah
2.Bila tidak mampu menghadap
kiblat dan atau tidak mampu sholat dengan sempurna maka sholat dengan semampunya
yang dia bisa untuk hormat waktu sholat (lihurmatil wakti) dan menurut ijma'
ulama wajib i'adah / qodlo
Lihat Taqrirotus sadidah hal. 201, Muallif : Hasan bin Ahmad bin Muhammad bin Salim Al-Kaf :
يجوز
ترك استقبال القبلة في حالتين ؛ ١ - في صلاة شدة الخوف ٢- في نافلة السفر المباح
سواء أكان سفرا طويلا أم قصيرا وتارة يكون ماشيا وتارة يكون راكبا ؛
Diperbolehkan meninggalkan
/ tidak menghadap kiblat dalam dua (2) keadaan : 1. Pada keadaan sangat genting / mengkhawatirkan / hal yang ditakuti.
2. Pada sholat sunnah dalam keadaan bepergian yang mubah (tidak haram) baik perjalanan jauh atau dekat
Adakalanya bepergian dengan berjalan kaki, adakalanya bepergian dengam naik kendaraan;
فإذا
كان ماشيا : يجب استقبال القبلة في أربعة أركان : عند الإحرام والركوع والسجود
والجلوس بين السجدتين
Ketika bepergian dengan berjalan kaki maka wajib untuk menghadap kiblat dalam empat (4) rukun (sholat) :
(1) Ketika Takbirotul
Ihrom,
(2) Ruku',
(3) Sujud,
(4) Duduk di antara dua
sujud.
وإذا
كان راكبا : يجب استقبال القبلة في الإحرام إن سهل عليه ، وإلا فلا يجب الاستقبال
مطلقا
Ketika bepergian dengan berkendara maka wajib untuk menghadap kiblat pada waktu takbirotul ihrom jika mudah melakukannya, dan jika tidak mudah / kesulitan maka tidak wajib menghadap kiblat secara mutlak.
السفر
القصير هو الذي يكوة من مرحلتين ( ٨٢ كيلو ) ، وأقله : أن يسافر إلى محل لا يسمع
فيه نداء الجمعة ، وقيل : ميل 1
Perjalanan dekat yaitu perjalanan yang kurang dari dua (2) marhalah (82 km), minimal: seseorang bepergian ke suatu tempat yang tidak dapat terdengar panggilan / adzan jum'at. menurut pendapat lain: menggunakan 1 mil.
وتكون
قبلته مقصده ، فلا يجوز أن ينحرف عنها إلا لجهة القبلة ، فإ انحرف عامدا عالما بطلت
صلاته
Kiblat itu menjadi tujuan / sasarannya, maka tidak diperbolehkan seseorang menyimpang / berpaling dari arah kiblat melainkan harus menghadap kiblat, apabila berpaling dengan sengaja dan mengerti maka sholatnya batal.
وإذا
كان يصلي في سفينة أو قطار ومثله الهودج والمرقد ونحو ذلك فيجد عليه أن يتم ركوعه
وسجوده إن سهل ، ويجب عليه استقبال القبلة في جميع الصلاة إن سهل عليه كذلك ، وإلا
فلا يجب
Jika seseorang sholat di perahu, kereta api, dan seperti halnya sekeduk, tempat tidur / pembaringan dan lain-lain maka orang yang sholat wajib menyempurnakan ruku' dan sujudnya jika mudah, dan wajib pula menghadap kiblat dalam keseluruhan sholat jika mudah baginya, dan jika tidak mudah maka tidak wajib.
ومثل
ذلك : الصلاة في الطائرة ، فتجوز مع الصحة صلاة النفل ، وأما صلاة الفرض إن تعينت
عليه أثناء الرحلة ، وكانت الرحلة طويلة ، بأن لم يستطع الصلاة قبل صعودها أو
انطلاقها أو بعد هبوطها في الوقت ، ولو تقديما أو تأخيرا ، ففي هذ الحالة يجب عليه
أن يصلي لحرمة الوقت مع استقبال القبلة ، وفيها حالتان ؛
Begitu pula seperti halnya orang yang sholat di pesawat terbang, maka boleh baginya dan juga sah untuk sholat sunnah. Adapun untuk sholat fardlu jika menjadi wajib / tertentu untuk dilaksanakan di tengah menempuh perjalanan, dan perjalanan yang ditempuh itu jauh, sekiranya seseorang tidak mampu untuk melaksanakan sholat tepat pada waktunya sebelum naik ke pesawat atau berangkatnya pesawat (take off) atau setelah mendaratnya pesawat (landing), meskipun (sholatnya dikerjakan) dengan jama' taqdim atau ta'khir, maka dalam keadaan ini wajib bagi seseorang untuk sholat lihurmatil waqti beserta menghadap kiblat, dan dalam hal ini ada dua (2) keadaan :
إن
صلى بإتمام الركوع والسجود : ففي وجوب القضاء عليه خلاف ، لعدم استقرار الطائرة في
الأرض ، المعتمد أن عليه القضاء
Jika sholat dengan menyempurnakan ruku' dan sujud maka dalam hukum kewajiban mengqodlo' terdapat perbedaan pendapat, karena tidak menetapnya pesawat di tanah, dan pendapat yang mu'tamad (yang kuat dibuat pedoman) adalah wajib mengqodlo'.
وإن
صلى بدون إتمام الركوع والسجود ، أو بدون استقبال القبلة مع الإتمام ؛ فيجب عليه
القضاء بلا خلاف
Dan jika sholat tanpa menyempurnakan ruku' dan sujud, atau tanpa menghadap kiblat serta dapat menyempurnakan (ruku' dan sujud), maka wajib mengqodlo' tanpa ada silang pendapat dari para ulama'.
- Bujairimi 'Alal Khothib I / 460 - 461 :
ـ
(وَيَجُوزُ) لِلْمُصَلِّي (تَرْكُ) اسْتِقْبَالِ (الْقِبْلَةِ فِي حَالَتَيْنِ)
الْحَالَةُ الْأُولَى (فِي) صَلَاةِ (شِدَّةِ الْخَوْفِ) فِيمَا يُبَاحُ مِنْ
قِتَالٍ أَوْ غَيْرِهِ فَرْضًا كَانَتْ أَوْ نَفْلًا, فَلَيْسَ التَّوَجُّهُ
بِشَرْطٍ فِيهَا لِقَوْلِهِ تَعَالَى: فَإِنْ خِفْتُمْ فَرِجَالًا أَوْ رُكْبَانًا
. قَالَ ابْنُ عُمَرَ: " مُسْتَقْبِلِي الْقِبْلَةِ وَغَيْرَ مُسْتَقْبِلِيهَا "
رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ فِي التَّفْسِيرِ. قَالَ فِي الْكِفَايَةِ: نَعَمْ إنْ
قَدَرَ أَنْ يُصَلِّيَ قَائِمًا إلَى غَيْرِ الْقِبْلَةِ وَرَاكِبًا إلَى
الْقِبْلَةِ وَجَبَ الِاسْتِقْبَالُ رَاكِبًا ; لِأَنَّهُ آكَدُ مِنْ الْقِيَامِ ;
لِأَنَّ الْقِيَامَ يَسْقُطُ فِي النَّافِلَةِ بِغَيْرِ عُذْرٍ بِخِلَافِ
الِاسْتِقْبَالِ.
ـ
(وَ) الْحَالَةُ الثَّانِيَةُ فِي (النَّافِلَةِ فِي السَّفَرِ) الْمُبَاحِ
لِقَاصِدِ مَحَلٍّ مُعَيَّنٍ ; لِأَنَّ النَّفَلَ يُتَوَسَّعُ فِيهِ كَجَوَازِهِ
قَاعِدًا لِلْقَادِرِ فَلِلْمُسَافِرِ الْمَذْكُورِ التَّنَفُّلُ مَاشِيًا, وَكَذَا
(عَلَى الرَّاحِلَةِ) لِحَدِيثِ جَابِرٍ: " كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي عَلَى رَاحِلَتِهِ حَيْثُ تَوَجَّهَتْ بِهِ . أَيْ:
فِي جِهَةِ مَقْصِدِهِ فَإِذَا أَرَادَ الْفَرِيضَةَ نَزَلَ فَاسْتَقْبَلَ
الْقِبْلَةَ رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَجَازَ لِلْمَاشِي قِيَاسًا عَلَى الرَّاكِبِ
بَلْ أَوْلَى. وَالْحِكْمَةُ فِي التَّخْفِيفِ فِي ذَلِكَ عَلَى الْمُسَافِرِ أَنَّ
النَّاس مُحْتَاجُونَ إلَى الْأَسْفَارِ, فَلَوْ شَرْطَ فِيهَا الِاسْتِقْبَالَ
لِلنَّفْلِ لَأَدَّى إلَى تَرْكِ أَوْرَادِهِمْ أَوْ مَصَالِحِ مَعَايِشِهِمْ,
فَخَرَجَ بِذَلِكَ النَّفَلُ فِي الْحَضَرِ فَلَا يَجُوزُ وَإِنْ اُحْتِيجَ
لِلتَّرَدُّدِ كَمَا فِي السَّفَرِ لِعَدَمِ وُرُودِهِ.
- Syarh Al-Yaqut An-nafis halaman 146 :
ومن
أدركته الصلاة وهو طائرة إن أمكنه معرفة القبلة وجب عليه الاتجاه نحوها وإلا صلى
على أي هيئة استطاع لحرمة الوقت ثم أعاد
Barangsiapa masuk waktu sholat sedang dia berada dalam pesawat, jika dia bisa mengetahui arah kiblat maka wajib baginya sholat dengan menghadap kiblat (ketika takbirotul ihrom:ed), namun jika tidak mampu maka diperbolehkan baginya sholat dengan cara yang dia mampu untuk menghormati wakyu sholat, kemudian setelah mendarat wajib baginya mengulang sholatnya. Wallaahu A'lam. [Nyuprih Restu, Kang Dul, Ibnu Al-Ihsany, Ghufron Bkl].
فتاوى
الشيخ عبدالله بن عقيل ج ١ ص ١١٦
هل
تصح الصلاة في الطائرة والسيارة حال سيرهاسائل يسأل هل تصح الصلاة في الطائرة وهي
محلقة في الجو، وكذلك في السيارة إذا طلبت من السائق إيقافها لأداء الصلاة فامتنع،
وخشيت خروج الوقت، فهل أصلي بالسيارة وهي تمشي ؟ وهل يجوز للمسافر أن يقصر ويفطر،
مع أنه يقطع المسافة في مدة قليلة ؟الإجابة: الحمد لله وحده. نعم، تصح الصلاة على
الطائرة وهي تطير في الجو، كما تصح الصلاة على الباخرة، والسفينة، ونحوها، كالقطار،
وهذا أشبه بحال الضرورة؛ لأنه لا يستطيع إيقافها ولا النزول لأداء الصلاة، ولا يجوز
تأخير الصلاة عن وقتها بحال. كما تصح الصلاة في السيارة إذا جدّ به السير، ولم
يتمكن الراكب من إلزام السائق بإيقاف السيارة، وخشي خروج الوقت، فإنه يصلي قبل خروج
الوقت، ويفعل ما يستطيع عليه، ولا حرج، وصلاته صحيحة. ثم إذا صلى الإنسان في
الطائرة ونحوها، فإن استطاع أن يصلي قائما ويركع ويسجد لزمه ذلك في الفريضة، وإلا
صلى على حَسَبِ حاله، وأتى ما يقدر عليه من ذلك. كما يلزمه استقبال القبلة حسب
استطاعته، وكلما دارت انحرف إلى القبلة إذا كانت الصلاة فرضا.التقريرات السديدة فى
المسائل المفيدة (واذا كان راكيا يجب استقبال القبلة فى الاحرام ان سهل عليه، والا
فلا يجب الاستقبال مطلقا) واذا يصلى فى سفينة او قطار ومثله الهودج والموقد ونحو
ذلك فيجب عليه ان يتم ركوعه وسجوده ان سهل، ويجب عليه استقبال القبلة فى جميع
الصلاة ان سهل عليه ذلك والا فلا يجب، ومثل ذلك: الصلاة فى الطائرة، فتجوز مع الصحة
صلاة النفل، واما صلاة الفرض ان تعينت عليه اثناء الرحلة وكانت الرحلة طويلة بان لم
يستطع الصلاة قبل صعودها او انطلاقها او بعد هبوطها فى الوقت ولو تقديما او تأخيرا،
ففى هذه الحالة يجب عليه ان يصلى لحرمة الوقت مع استقبال القبلة، وفيها حالتان ؛ ان
صلى باتمام الركوع والسجود ففى وجوب القضاء عليه خلاف، لعدم استقرار الطائرة فى
الارض، والمعتمد عليه القضاء وان صلى بدون اتمام الركوع والسجود او بدون استقبال
القبلة مع الاتمام فيجب عليه القضاء بلا خلاف
Link Diskusi :
www.fb.com/groups/piss.ktb/946457095377099
www.fb.com/notes/984844588205016