Kisah teladan berikut ini di nukil dari kitab Syarah 'Uqudullujain Fi Bayani Huquqi az-Zaujain
(وَ)
حُكي أنه (كَانَتْ رَابِعَةُ) بنتُإسماعيل (الشَّامِيَّةُ) نسبةٌ إلى
الشام (امْرَأَةُ) أبي الحسين (أَحْمَدَ بْنِأَبِيْ الحَوَارِي) من أهل
دِمَشْقَ. وكان الجنيد يقول: أحمد بن أبي الحواريرَيحانةُ الشام
(تُطْعِمُهُ الطَعَامَ الطَّيِّبَ) أي المستلذ (وَتُطَيِّبُهُ) أيتضمخه
بالطيب (وَتَقُوْلُ لَهُ) أي للشيخ أحمد (اذْهَبْ بِنَشَاطِكَ) أي
بخفتكوإسراعك (وَقُوَّتِكَ إِلَى أَهْلِكَ) وزوجاتك (وَكَانَ لَهُ
امْرَأَةٌ غَيْرُهَا)أي رابعة أي كان له ثلاث نسوة غيرها. وكانت رابعة هذه
تشبه في أهل الشام رابعةالعدوية بالبصرة (وَكَانَتْ) أي رابعة هذه إذا كان
بعد صلاة العشاء (تَطَيَّبَتْ)أي استعملت الطيب (وَلَبِسَتْ ثِيَابَهَا) أي
التي للمباشرة (وَأَتَتْ إِلَىفِرَاشِهِ) أي الشيخ أحمد (فَقَالَتْ:
"أَلَكَ حَاجَةٌ ؟") في نفسيبالمباشرة أم لا (فَإِنْ كَانَتْ لَهُ حَاجَةٌ
كَانَتْ مَعَهُ) إلى أن يرضى عنها(وَإِلاَّ) تكن له حاجة (نَزَعَتْ
ثِيَابَهَا) التي كانت عليها، وهي أفخر الثياب،ولبست ثيابا أُخر للعبادة
(وَانْتَصَبَتْ) أي ثبتت (فِيْ مُصَلاَّهَا حَتَّىتُصْبِحَ) أي تدخل في
الصباح.
(وَكَانَتْ هِيَ) أي رابعة بنت
إسماعيل(دَعَتْ ابْنَ أَبِي الحَوَارِي إِلَى التَزَوُّجِ بِهَا، لأَنَّهُ)
أي الشأن(كَانَ لَهَا) أي رابعة (زَوْجٌ قَبْلَهُ) أي أحمد بن أبي الحواري
(فَمَاتَ) أيالزوج الأول (عَنْهَا) أي رابعة (وَوَرِثَتْ مِنْهُ) أي الزوج
(مَالاً) جزيلا(فَأَرَادَتْ) أي رابعة (مِنْ ابْنِ أَبِيْ الحَوَارِي أَنْ
يَتَصَدَّى) أي يتوجه(لإِنْفَاقِ ذَلِكَ المَالِ عَلَى أَهْلِ الدِيْنِ وَ
الخَيْرِ فِيْ إِطْعَامٍوَنَحْوِهِ، لأَنَّ الرَجُلَ أَوْفَقُ) أي أصلح
(لِذَلِكَ) أي الإنفاق(والمَرْأَةُ أَقْوَمُ) أي أعدل (بِهِ) أي بذلك
الإنفاق (فَلِذَلِكَ) أي الغرضالمذكور (دَعَتْهُ بِأَنْ يَتَزَوَّجَ بِهَا
رَحْمَةُ اللهِ عَلَيْهِمَا) وكانأحمد أوّلاً كره التزوج لما خطبته رابعة
لما كان فيه من العبادة، وقال لها:"والله مالي همة في النساء لشغلي بحالي".
فقالت: " إني لأشغل بحاليمنكَ، ومالي شهوة، ولكن ورثتُ مالا جزيلا من
زوجي، فأردت أن تنفقه على إخوانك،وأعرف بك الصالحين، فيكون لي طريق إلى
الله تعالى. فقال: "حتى أستأذنأستاذي". فرجع إلى أبي سليمان الداراني. قال:
"وكان ينهاني عن التزوج، ويقول:ما تزوج أحد من أصحابه إلا تعير". فلما سمع
أبو سليمان كلامها قال لابن أبيالحواري: تزوج بها، فإنها ولية.
Sufi
wanita yang satu ini adalah sufi wanita yang dapat di jadikan contoh
oleh para muslimah tentang bagaimana menjadi seorang istri sholihah bagi
suaminya. Ia pernah berkata kepada suaminya yang sedang diliputi
perasaan duka dan sedih dengan perkataan yang menghibur, “Kalau yang
kamu sedihkan berhubungan dengan urusan akhirat, sesungguhnya hal itu
sangat menguntungkan bagimu, tetapi jika yang kau sedihkan berhubungan
dengan urusan dunia, sama sekali aku tidak membebanimu dengan perkara
yang berat”.
Tidak sampai disini teladan yang baik
sebagai istri yang sholihah diperlihatkannya. Dalam kisah yang lain, di
sebutkan bahwa Abu Husain Ahmad bin Abu Hawari mempunyai istri lain
selain Rabi’ah binti Ismail As-Syamiyah. Suatu ketika Rabi’ah memasak
makanan yang enak. Masakan itu di beri campuran aroma yang harum.
Setelah masak dan menyantap makanan itu, Rabi’ah berkata pada suaminya:
“Pergilah kamu ke istri yang lain dengan tenaga yang baru”.
Rabi’ah
yang satu ini memang mirip dengan Rabi’ah al Adawiyah yang berdomisili
di bashrah. Rabi’ah Asy Syamiyah ini setelah menunaikan shalat ‘Isya ia
berdandan lengkap dengan busananya. Setelah itu baru mendekati tempat
tidur suaminya. Ia tawarkan pada suaminya, “Apakah malam ini kamu
membutuhkan kehadiranku atau tidak”.
Jika suaminya
sedang berhasrat untuk menggaulinya, maka ia melayaninya hingga puas.
Kalau malam itu suaminya sedang tidak berminat menggaulinya, maka ia
menukar pakaian yang ia kenakan tadi dan berganti dengan pakaian lain
yang digunakan untuk beribadah. Malam itu ia tenggelam di tempat
shalatnya hingga subuh. Rabi’ah binti Isma’il Asy Syamiyah bersuamikan
Ahmad bin Abu Huwari itu memang dikehendaki Rabi’ah sendiri. Ia pula
yang pertama-tama melamar syeikh Ahmad supaya berkenan memperistri
dirinya.
Kisahnya bermula dari kematian suami Rabi’ah
binti Ismail Asy-Syamiyah yang meninggalkan harta warisan yang sangat
besar. Ia kesulitan menafkahkan harta itu,mengingat ia seorang wanita
yang terbatas gerakannya. Maka ia bermaksud melamar syeikh Ahmad, dengan
tujuan agar dapat menasarufkan (menghibahkan) hartanya demi kepentingan
Islam dan diberikan kepada orang orang yang membutuhkan. Yang demikian
itu karena Rabi’ah binti Ismail memandang syeikh Ahmad sebagai orang
yang dapat menjalankan amanat, sedang Rabi’ah sendiri seorang yang adil.
Ketika mendapat lamaran dari Rabi’ah.
Syeikh
Ahmad berkata, “Demi Allah, sesungguhnya aku tidak berminat lagi untuk
menikah. Sebab aku ingin berkonsentrasi untuk beribadah”.
Rabi’ah
menjawab, “Syeikh Ahmad, sesungguhnya konsentrasiku dalam beribadah
adalah lebih tinggi dari pada kamu. Aku sendiri sudah memutuskan untuk
tidak menikah lagi. Tetapi tujuanku menikah kali ini tidak lain adalah
agar dapat menasarufkan harta kekayaan yang kumiliki kepada
saudara-saudara yang muslim dan untuk kepentingan Islam sendiri. Akupun
mengerti bahwa engkau itu orang yang shalih, tapi justru dengan begitu
aku akan memperoleh keridhaan dari Allah”.
Syeikh Ahmad
berkata, “Baiklah, tapi aku minta waktu, Aku hendak meminta izin dari
Guruku”. Lalu syeikh Ahmad menghadap gurunya, yakni Syeikh Abu Sulaiman
Ad Darani. Sebab gurunya itu dulu pernah melarang dirinya untuk menikah
lagi. Katanya: “Setiap orang yang menikah, sedikit atau banyak pasti
akan terjadi perubahan atas dirinya”. Tetapi setelah Abu Sulaiman
mendapat penjelasan dari muridnya mengenai rencana Rabi’ah, ia berkata:
“Kalau begitu nikahilah Ia. Karena perempuan itu seorang wali”.
Rabi’ah
binti Ismail Asy-Syamiyyah adalah sufi wanita yang berjaga sepanjang
malam untuk beribadah dan berpuasa pada siang harinya. Ketika ia
mendengar panggilan untuk beribadah shalat, ia menyamakan panggilan itu
dengan tiupan terompet malaikat Isrofil tanda kiamat besar terjadi. Bila
cuaca sedang panas, maka ia menyamakannya dengan panasnya neraka.
Suaminya
ibn Abi Al-Hawari termasuk sebagai suami yang pengertian. Dia
memberitahukan padanya bahwa dia mencintainya sebagaimana ia mencintai
saudara laki-lakinya. Ini bermakna bahwa dia tidak memerlukan kebutuhan
yang bersifat fisik dari suaminya. Dia juga mengatakan bahwa seseorang
yang tenggelam dalam beribadah, Allah akan membuka tabir kesalahannya
sebelumnya dan ketika seseorang mengetahuinya maka ia tidak memiliki
perhatian terhadap masalah yang lain.
Dia merasa heran bahwa ia dapat melihat jin dan bidadari yang seseorang tidak dapat melihatnya dalam keadaan normal.
Cinta Dan Rasa Takut Robi’ah as Syamiyah
Ahmad
bin Abu Hawari mengatakan bahwa istrinya adalah seorang wanita yang
pikirannya saling mengalahkan antara dua hal. Terkadang dia tampak
dipengaruhi oleh cinta sementara di suatu waktu dia dipengaruhi oleh
ketakutan.
Ketika dipengaruhi cinta, dia akan
membacakan puisi cinta seperti :”Dia adalah teman yang tiada
bandingannya, Kasih-Nya menempati seluruh hatiku. Teman yang membuka
penglihatanku tetapi tidak pernah hilang dari hati dan pikiranku. “
Ketika
dia berada dalam pengaruh kasih sayang, dia akan bergumam sendiri :”Aku
telah membuatmu tersangkut dalam hatiku dan berbicara sendiri dalam
pergaulanku. Aku sendiri adalah untuk hidupku dan hati adalah tempat
bagi teman yang sesungguhnya. “
Ketika dalam pengaruh
ketakutan, dia akan berkata :”Aku memiliki ketentuan atas perjalananan
yang kurang dari cukup. Haruskan aku mencoba lebih sedikit atau lebih
banyak mengatur perjalanan. Akankah aku akan dibakar oleh api nerakaMu,
manakah yang paling aku suka. Kemudian dimanakan akan aku letakkan rasa
harap dan takut ?”.
Ahmad bercerita bahwa dia berkata
pada istrinya : “Aku tidak pernah melihat orang yang berdoa yang seperti
itu dan shalat tahajjud sepanjang malam".
”Kemuliaan hanya untuk
Allah. Seseorang yang berkata sebagaimana kamu berbicara. Aku bangkit
untuk beribadah diakhir malam ketika aku di panggil.“ Jawab Robi'ah as
syamiyah.
Lebih lanjut, Ahmad berkata, “Suatu hari, aku
akan makan pada saat melakukan ibadah ketika dia mulai menasehatiku.
Aku berkata, “Biarkan aku makan terlebih dahulu. Dia berkata bahwa
berbicara tentang akhirat seharusnya tidak mengganggu orang-orang
seperti kita. Kemudian ia berkata bahwa setelah dia melihatku sebagai
saudara bukan sebagai seorang suami, segera melayaniku secara khusus
untuk mempersiapkan piring.
Dia pernah berkata bahwa ia dapat melihat jin dan bidadari.
Wallohu A'lam
LINK ASAL