PERTANYAAN
:
Assalamu'alaikum wr wb. Mau tanya pak ustadz ? anak semuanya tanggung jawab orang tuanya. Nah pertanyaan saya. Saya punya anak masih umur 4 tahun terus di jalan aku ketemu sama orang. Terus orang tadi memberi roti, nih roti buat anakmu. Apakah boleh aku makan roti tadi...? mau minta ke anak, anakku masih kecil belum tahu apa-apa. Mohon ibarotnya pak ustadz..? wassalam. [Ifas Irama]
JAWABAN :
Waalaikum salam wr wb. Melihat kasus yang ditanyakan dan melihat berbagai pendapat ulama' tentang hukum orang tua mengambil harta anaknya, maka anda boleh memakan roti yang diberikan orang lain ke anak anda tersebut. Hukumnya khilaf, ada 3 pendapat :
Ulama ahli fiqih berbeda pendapat tentang hukum orang tua mengambil harta anaknya dalam 3 pendapat :
Ada sebuah hadis riwayat Abu Dawud :
Dari Aisyah dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Anak seseorang itu termasuk jerih payah orang tersebut bahkan termasuk jerih payahnya yang paling bernilai, maka makanlah sebagian harta anak.” (HR. Abu Daud)
- kitab aunul ma'bud syarah sunan Abu Dawud :
- Almughniy :
Ada sebuah riwayat hadits :
Mereka berpendapat; Sesungguhnya tangan orang tua meliputi harta anaknya, ia boleh mengambil yang ia kehendaki. Namun sebagian mereka berpendapat; Tidak boleh mengambil dari hartanya kecuali ketika membutuhkannya. (HR. Tirmidzi No.1278). Wallohu A'lam. (Mumu Bsa, Mas Hamzah, Wong Gendeng ).
LINK ASAL :
www.fb.com/groups/piss.ktb/904752739547535/
Assalamu'alaikum wr wb. Mau tanya pak ustadz ? anak semuanya tanggung jawab orang tuanya. Nah pertanyaan saya. Saya punya anak masih umur 4 tahun terus di jalan aku ketemu sama orang. Terus orang tadi memberi roti, nih roti buat anakmu. Apakah boleh aku makan roti tadi...? mau minta ke anak, anakku masih kecil belum tahu apa-apa. Mohon ibarotnya pak ustadz..? wassalam. [Ifas Irama]
JAWABAN :
Waalaikum salam wr wb. Melihat kasus yang ditanyakan dan melihat berbagai pendapat ulama' tentang hukum orang tua mengambil harta anaknya, maka anda boleh memakan roti yang diberikan orang lain ke anak anda tersebut. Hukumnya khilaf, ada 3 pendapat :
ﺍﺧﺘﻠﻒ ﺍﻟﻔﻘﻬﺎﺀ ﻓﻲ ﺣﻜﻢ ﺃﺧﺬ ﺍﻟﻮﺍﻟﺪ
ﻣﺎﻝ ﻭﻟﺪﻩ ﻋﻠﻰ ﺛﻼﺛﺔ ﺃﻗﻮﺍﻝ : - ﺍﻷﻭﻝ : ﻟﻴﺲ ﻟﻸﺏ ﺃﻥ ﻳﺘﻤﻠﻚ ﻣﻦ ﻣﺎﻝ ﻭﻟﺪﻩ ﺇﻻ ﻓﻴﻤﺎ ﺍﺣﺘﺎﺝ
ﺇﻟﻴﻪ ﻣﻦ ﻧﻔﻘﺘﻪ . ﻭﺑﻪ ﻗﺎﻝ ﺟﻤﻬﻮﺭ ﺍﻟﻔﻘﻬﺎﺀ ﻣﻦ ﺍﻟﺤﻨﻔﻴﺔ ﻭﺍﻟﻤﺎﻟﻜﻴﺔ ﻭﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻴﺔ ﻭﺭﻭﺍﻳﺔ ﻋﻦ
ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺃﺣﻤﺪ . - ﺍﻟﺜﺎﻧﻲ : ﺃﻥ ﻟﻸﺏ ﺃﻥ ﻳﺘﻤﻠﻚ ﻣﻦ ﻣﺎﻝ ﻭﻟﺪﻩ ﻣﺎ ﺷﺎﺀ ﻣﻄﻠﻘًﺎ . ﻭﺑﻪ ﻗﺎﻝ ﻓﺮﻳﻖ
ﻣﻦ ﺍﻟﺼﺤﺎﺑﺔ ﻛﻌﻤﺮ ﻭﻋﻠﻲ ﻭﺍﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﻢ . - ﺍﻟﺜﺎﻟﺚ : ﺃﻥ ﻟﻸﺏ ﺃﻥ ﻳﺘﻤﻠﻚ ﻣﻦ ﻣﺎﻝ
ﻭﻟﺪﻩ ﺑﺸﺮﻭﻁ ﺃﻫﻤﻬﺎ ﻋﺪﻡ ﺍﻹﺿﺮﺍﺭ ﺑﻪ . ﻭﻫﻮ ﺍﻟﻤﻌﺘﻤﺪ ﻓﻲ ﺍﻟﻔﺘﻮﻯ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﺤﻨﺎﺑﻠﺔ
Ulama ahli fiqih berbeda pendapat tentang hukum orang tua mengambil harta anaknya dalam 3 pendapat :
1.Ayah tidak boleh memiliki
harta anaknya kecuali yang dibutuhkan untuk menafkahi dirinya. Ini pendapat
jumhur Fuqoha' Hanafiyah, Malikiyah, Syafi'iyyah dan satu riwayat dari Imam
Ahmad.
2.Ayah boleh memiliki harta
anaknya berapapun secara mutlak. Ini pendapat segolongan shahabat seperti Umar
bin Khothob, 'Ali bin Abi Thalib, Ibnu 'Abbas Radhiyallohu 'anhum.
3.Ayah boleh memiliki harta
anaknya dengan beberapa syarat, syarat yang terpenting tidak membuat kerusakan
dengan harta tersebut. Ini pendapat mu'tamad fatwa madzhab Hambali.
Ada sebuah hadis riwayat Abu Dawud :
عن عائشة عن النبي صلى الله
عليه و سلم أنه قال " ولد الرجل من كسبه من أطيب كسبه فكلوا من أموالهم
"
Dari Aisyah dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Anak seseorang itu termasuk jerih payah orang tersebut bahkan termasuk jerih payahnya yang paling bernilai, maka makanlah sebagian harta anak.” (HR. Abu Daud)
- kitab aunul ma'bud syarah sunan Abu Dawud :
(
ولد الرجل من كسبه ) : قال الطيبي : تسمية الولد بالكسب مجاز ( حماد بن أبي سليمان
) : في روايته عن الحكم بن عتيبة عن عمارة بن عمير (زاد فيه ) : أي بعد قوله :
فكلوا من أموالهم ( إذا احتجتم ) : أي إلى أموالهم . قال الطيبي : نفقة الوالدين
على الولد واجبة إذا كانا محتاجين عاجزين عن السعي عند الشافعي وغيره لا يشترط ذلك
قال
المنذري : وقد أخرجه النسائي وابن ماجه من حديث إبراهيم النخعي عن الأسود بن زيد عن
عائشة ، وهو حديث حسن .
- Almughniy :
في
المغني ج 6 ص 320
للأب
أن يأخذ من مال ولده ما شاء، ويتملكه مع حاجة الأب إلى ما يأخذه، ومع عدمها، صغيراً
كان الولد أو كبيراً، بشرطين:
أحدهما:
أن لا يجحف بالابن، ولا يضر به، ولا يأخذ شيئاً تعلقت به حاجته.الثاني: أن لا يأخذ
من مال ولد فيعطيه الآخر
وقال
أبو حنيفة ومالك والشافعي : ليس له أن يأخذ من مال ولده إلا بقدر حاجته
Ada sebuah riwayat hadits :
قَالُوا
إِنَّ يَدَ الْوَالِدِ مَبْسُوطَةٌ فِي مَالِ وَلَدِهِ يَأْخُذُ مَا شَاءَ وَقَالَ
بَعْضُهُمْ لَا يَأْخُذُ مِنْ مَالِهِ إِلَّا عِنْدَ الْحَاجَةِ
إِلَيْهِ
Mereka berpendapat; Sesungguhnya tangan orang tua meliputi harta anaknya, ia boleh mengambil yang ia kehendaki. Namun sebagian mereka berpendapat; Tidak boleh mengambil dari hartanya kecuali ketika membutuhkannya. (HR. Tirmidzi No.1278). Wallohu A'lam. (Mumu Bsa, Mas Hamzah, Wong Gendeng ).
LINK ASAL :
www.fb.com/groups/piss.ktb/904752739547535/
www.fb.com/notes/928326580523484