PERTANYAAN
:
Assalamu'alaikum, para ustadz dan ustadzah, ma'af saya mau tanya, semisal di hutan ada para pekerja ada 60 orang, islam, laki-laki, baligh, berakal dan merdeka. Pertanyaanya, bolehkah mereka mendirikan sholat jum'at ? Terimakasih. [Al Qais].
JAWABAN :
Wa'alaikumsalam. Kalau mereka tidak menempat di hutan itu selamanya maka jumatan mereka tidak sah menurut pendapat semua ulama.
Seandainya penghuni kemah bertempat di padang pasir untuk selamanya, dalam hal mereka tidak mendengar seruan adzan dari tempat berlangsungnya shalat Jum’at, maka mereka tidak wajib shalat Jum’at dan shalat Jum’at mereka tidak sah, menurut pendapat yang lebih kuat, karena mereka dipandang sebagai kalangan nomaden (yang selalu hidup berpindah-pindah), dan mereka tidak memiliki bangunan tetap sebagai tempat tinggal, dan karena Qabilah-qabilah Arab saat itu juga menempat disekitar kota Madinah, mereka juga tidak mengerjakan shalat jumat dan Baginda Nabi Saw juga tidak memerintahkannya. [ al-Iqnaa’ I/165, Mughni al-Muhtaaj I.281 ].
Sedang menurut pendapat yang kedua bila mereka menempati kemah tersebut selamanya maka wajib menunaikan shalat jumat tapi bila mereka tidak menempatinya selamanya seperti saat musim hujan atau lainnya mereka berpindah tempat maka menurut pendapat semua ulama mereka tidak wajib shalat jumat. [ Hasyiyah Qolyuby IV/29 ].
Menurut kita (Syafi'iyah) Shalat Jum'at di tempat padang pasir tidak sah kecuali dalam bangunan menetap ini juga Qoul Imam Malik dan lainnya.
Referensi :
Pendapat Imam Hanabilah SAH shalat Jum'at di padang tapi dengan syarat tempat tersbut dekat sama bangunan . Walaupun tidak udzur. Apabila tempat padang trsebut jauh dari bangunan maka tidak SAH shalat jum'at-Nya .
Referensi :
Pekerja di hutan tersebut tidak wajib shalat jum'at. Lalu bolehkah / sahkah jum'atan yang didirikan oleh ke 60 orang tersebut ? Dalam madzhab Syafi'i tidak sah.
Inti jawaban tidak wajib jum'atan karena tidak memenuhi syarat, sehingga bila mengadakan jum'atan maka tidak sah, karena yang mengesahkan sholat jum'at itu mustautin, atau orang yang berdomisili di situ dan tidak ada niatan pindah. dan ada dalam daerah yang berbangunan rumah permanen. Wallaahu A'lamu Bis Showaab. [Masaji Antoro, Yai Gendeng, Ghufron Bkl, Amien Rowie].
Ibaroh tambahan :
LINK ASAL :
www.fb.com/groups/piss.ktb/906038139418995/
Assalamu'alaikum, para ustadz dan ustadzah, ma'af saya mau tanya, semisal di hutan ada para pekerja ada 60 orang, islam, laki-laki, baligh, berakal dan merdeka. Pertanyaanya, bolehkah mereka mendirikan sholat jum'at ? Terimakasih. [Al Qais].
JAWABAN :
Wa'alaikumsalam. Kalau mereka tidak menempat di hutan itu selamanya maka jumatan mereka tidak sah menurut pendapat semua ulama.
ولو
لازم أهل الخيام موضعا من الصحراء ولم يبلغهم النداء من محل الجمعة فلا جمعة عليهم
ولا تصح منهم لانهم على هيئة المستوفزين وليس لهم أبنية المستوطنين، ولان قبائل
العرب كانوا مقيمين حول المدينة وما كانوا يصلونها وما أمرهم (ص) بها.
Seandainya penghuni kemah bertempat di padang pasir untuk selamanya, dalam hal mereka tidak mendengar seruan adzan dari tempat berlangsungnya shalat Jum’at, maka mereka tidak wajib shalat Jum’at dan shalat Jum’at mereka tidak sah, menurut pendapat yang lebih kuat, karena mereka dipandang sebagai kalangan nomaden (yang selalu hidup berpindah-pindah), dan mereka tidak memiliki bangunan tetap sebagai tempat tinggal, dan karena Qabilah-qabilah Arab saat itu juga menempat disekitar kota Madinah, mereka juga tidak mengerjakan shalat jumat dan Baginda Nabi Saw juga tidak memerintahkannya. [ al-Iqnaa’ I/165, Mughni al-Muhtaaj I.281 ].
وَالثَّانِي
: تَلْزَمُهُمْ الْجُمُعَةُ فِي مَوْضِعِهِمْ لِأَنَّهُمْ اسْتَوْطَنُوهُ وَلَوْ
لَمْ يُلَازِمُوهُ أَبَدًا بِأَنْ انْتَقَلُوا عَنْهُ فِي الشِّتَاءِ أَوْ غَيْرِهِ
فَلَا جُمُعَةَ عَلَيْهِمْ جَزْمًا .
Sedang menurut pendapat yang kedua bila mereka menempati kemah tersebut selamanya maka wajib menunaikan shalat jumat tapi bila mereka tidak menempatinya selamanya seperti saat musim hujan atau lainnya mereka berpindah tempat maka menurut pendapat semua ulama mereka tidak wajib shalat jumat. [ Hasyiyah Qolyuby IV/29 ].
Menurut kita (Syafi'iyah) Shalat Jum'at di tempat padang pasir tidak sah kecuali dalam bangunan menetap ini juga Qoul Imam Malik dan lainnya.
Referensi :
المجموع
شرح المهذب ج 4 ص 373
فرع
) لا تصح الجمعة عندنا إلا في أبنية يستوطنها من تنعقد بهم الجمعة ، ولا تصح في
الصحراء ، وبه قال مالك وآخرون ، وقال أبو حنيفة وأحمد : يجوز إقامتها لأهل المصر
في الصحراء كالعيد
Pendapat Imam Hanabilah SAH shalat Jum'at di padang tapi dengan syarat tempat tersbut dekat sama bangunan . Walaupun tidak udzur. Apabila tempat padang trsebut jauh dari bangunan maka tidak SAH shalat jum'at-Nya .
Referensi :
قال
في كشاف القناع
وتصح
الجمعة في ما قارب البنيان من الصحراء، ولو بلا عذر، فلا يشترط لها البنيان... إلى
أن قال: ولا تصح الجمعة في ما بعد عن البنيان اهـ
Pekerja di hutan tersebut tidak wajib shalat jum'at. Lalu bolehkah / sahkah jum'atan yang didirikan oleh ke 60 orang tersebut ? Dalam madzhab Syafi'i tidak sah.
روضة
الطالبين :
الشرط
الثاني : دار الإقامة ، فيشترط لصحة الجمعة دار الإقامة ، وهي الأبنية التي
يستوطنها العدد الذين يصلون الجمعة ، سواء فيه البلاد ، والقرى ، والأسراب التي
يتخذها وطنا ، وسواء فيه البناء من حجر ، أو طين ، أو خشب . وأما أهل الخيام
النازلون في الصحراء ، ويتنقلون في الشتاء وغيره ، فلا تصح جمعتهم فيها ، فإن كانوا
لا يفارقونها شتاء ولا صيفا ، فالأظهر أنها لا تصح . والثاني : تصح وتجب . ولو
انهدمت أبنية القرية ، أو البلد ، فأقام أهلها على العمارة ، لزمهم الجمعة فيها ،
سواء كانوا في مظال ، أو غيرها ، لأنه محل الاستيطان . ولا يشترط إقامتها في مسجد ،
ولا في كن ، بل يجوز في فضاء معدود من خطة البلد ، فأما الموضع الخارج عن البلد
الذي إذا انتهى إليه الخارج للسفر قصر ، فلا يجوز إقامة الجمعة فيه .
Inti jawaban tidak wajib jum'atan karena tidak memenuhi syarat, sehingga bila mengadakan jum'atan maka tidak sah, karena yang mengesahkan sholat jum'at itu mustautin, atau orang yang berdomisili di situ dan tidak ada niatan pindah. dan ada dalam daerah yang berbangunan rumah permanen. Wallaahu A'lamu Bis Showaab. [Masaji Antoro, Yai Gendeng, Ghufron Bkl, Amien Rowie].
Ibaroh tambahan :
حاشية
الجمل الجزء الأول صحـ : 385 مكتبة دار الفكر العربي وَخَامِسُهَا أَنْ تَقَعَ
بِأَرْبَعِينَ وَلَوْ مَرْضَى أَوْ مِنْهُمُ اْلإِمَامُ مُكَلَّفًا حُرًّا ذَكَرًا
اتِّبَاعًا لِلسَّلَفِ وَالْخَلَفِ مُتَوَطِّنًا بِمَحَلِّهَا أَيْ لاَ يَظْعَنُ
عَنْهُ شِتَاءً وَلاَ صَيْفًا إِلاَّ لِحَاجَةٍ (قَوْلُهُ مُتَوَطِّنًا
بِمَحَلِّهَا) فَلاَ تَنْعَقِدُ بِغَيْرِ الْمُسْتَوْطِنِ كَمَنْ أَقَامَ عَلَى
عَزْمِ عَوْدِهِ إِلَى وَطَنِهِ بَعْدَ مُدَّةٍ وَلَوْ طَوِيلَةً
كَالْمُتَفَقِّهَةِ وَالتُّجَّارِ لِعَدَمِ التَّوَطُّنِ وَلاَ
بِالْمُتَوَطَّنِيْنَ خَارِجَ مَحَلِّ الْجُمُعَةِ وَإِنْ سَمِعُوْا نِدَاءَهَا
لِفَقْدِ إقَامَتِهِمْ بِمَحَلِّهَا
LINK ASAL :
www.fb.com/groups/piss.ktb/906038139418995/
www.fb.com/notes/912726325416843