PERTANYAAN
:
Assalamu'alaikum wr wb.
Numpang nanya : Saat sholat dzuhur di masjid saya melihat muslimah Afrika sholat
namun ada sebagian aurat yang tidak tertutupi, namun dikarenakan keterbatasannya
bahasa obrolan kami pun tidak bisa secara detail. Petanyaan saya :
1. Sah kah sholatnya
?
2. Adakah dalil, hadits atau Madzhab yang membolehkan / mensahkan?. Jazakumullah khoiron katsir.
[Ayatul
Husna].
JAWABAN
:
Wa'alaykumussalaam. wr.wb.
Salah satu syarat sahnya shalat adalah menutup aurat. Sedangkan aurat wanita
merdeka (bukan budak) ketika menunaikan shalat adalah seluruh tubuhnya, selain
wajah dan telapak tangan. Telapak kaki, bagian dalam maupun luar merupakan
aurat. Jadi jika auratnya terbuka dengan sengaja, menurut pendapat yang kuat
para ulama Madzhab Syâfi'î, Mâlikî dan Hambâlî, shalat wanita tersebut batal.
Sedangkan jika auratnya terbuka (tersingkap) tanpa sengaja, semisal karena
terpaan angin dan ia segera (langsung) menutupnya kembali, maka shalatnya tidak
batal. Akan tetapi jika ia tidak segera (langsung) menutupnya, maka shalatnya
batal.
1. Lihat Ahmad bin 'Umar
Asy-Syâthirî, Nailur Rajâ`, Dârul Minhâj, hal.129.
2. Lihat fatwa Haib 'Umar
di www.alhabibomar.com
Mungkin keterangan berikut
bisa sedikit membantu menjelaskan aurat dalam madzhab empat :
1.
Mahdzab Maliki
* Az Zarqaani
berkata:
وعورة
الحرة مع رجل أجنبي مسلم غير الوجه والكفين من جميع جسدها ، حتى دلاليها وقصَّتها .
وأما الوجه والكفان ظاهرهما وباطنهما ، فله رؤيتهما مكشوفين ولو شابة بلا عذر من
شهادة أو طب ، إلا لخوف فتنة أو قصد لذة فيحرم ، كنظر لأمرد ، كما للفاكهاني
والقلشاني
“Aurat wanita di depan
lelaki muslim ajnabi adalah seluruh tubuh selain wajah dan telapak tangan.
Bahkan suara indahnya juga aurat. Sedangkan wajah, telapak tangan luar dan
dalam, boleh dinampakkan dan dilihat oleh laki-laki walaupun wanita tersebut
masih muda baik sekedar melihat ataupun untuk tujuan pengobatan. Kecuali jika
khawatir timbul fitnah atau lelaki melihat wanita untuk berlezat-lezat, maka
hukumnya haram, sebagaimana haramnya melihat amraad. Hal ini juga diungkapkan
oleh Al Faakihaani dan Al Qalsyaani” (Syarh Mukhtashar Khalil, 176).
* Ibnul Arabi
berkata:
والمرأة
كلها عورة ، بدنها ، وصوتها ، فلا يجوز كشف ذلك إلا لضرورة ، أو لحاجة ، كالشهادة
عليها ، أو داء يكون ببدنها ، أو سؤالها عما يَعنُّ ويعرض عندها
“Wanita itu seluruhnya
adalah aurat. Baik badannya maupun suaranya. Tidak boleh menampakkan wajahnya
kecuali darurat atau ada kebutuhan mendesak seperti persaksian atau pengobatan
pada badannya, atau kita dipertanyakan apakah ia adalah orang yang dimaksud
(dalam sebuah persoalan)” (Ahkaamul Qur’an, 3/1579).
* Al Qurthubi
berkata:
قال
ابن خُويز منداد ــ وهو من كبار علماء المالكية ـ : إن المرأة اذا كانت جميلة وخيف
من وجهها وكفيها الفتنة ، فعليها ستر ذلك ؛ وإن كانت عجوزًا أو مقبحة جاز أن تكشف
وجهها وكفيها
“Ibnu Juwaiz Mandad – ia
adalah ulama besar Maliki – berkata: Jika seorang wanita itu cantik dan khawatir
wajahnya dan telapak tangannya menimbulkan fitnah, hendaknya ia menutup
wajahnya. Jika ia wanita tua atau wajahnya jelek, boleh baginya menampakkan
wajahnya” (Tafsir Al Qurthubi, 12/229).
* Al Hathab
berkata:
واعلم
أنه إن خُشي من المرأة الفتنة يجب عليها ستر الوجه والكفين . قاله القاضي عبد
الوهاب ، ونقله عنه الشيخ أحمد زرّوق في شرح الرسالة ، وهو ظاهر التوضيح
“Ketahuilah, jika
dikhawatirkan terjadi fitnah maka wanita wajib menutup wajah dan telapak
tangannya. Ini dikatakan oleh Al Qadhi Abdul Wahhab, juga dinukil oleh Syaikh
Ahmad Zarruq dalam Syarhur Risaalah. Dan inilah pendapat yang lebih tepat”
(Mawahib Jaliil, 499).
* Al Allamah Al Banaani,
menjelaskan pendapat Az Zarqani di atas:
وهو
الذي لابن مرزوق في اغتنام الفرصة قائلًا : إنه مشهور المذهب ، ونقل الحطاب أيضًا
الوجوب عن القاضي عبد الوهاب ، أو لا يجب عليها ذلك ، وإنما على الرجل غض بصره ،
وهو مقتضى نقل مَوَّاق عن عياض . وفصَّل الشيخ زروق في شرح الوغليسية بين الجميلة
فيجب عليها ، وغيرها فيُستحب
“Pendapat tersebut juga
dikatakan oleh Ibnu Marzuuq dalam kitab Ightimamul Furshah, ia berkata: ‘Inilah
pendapat yang masyhur dalam madzhab Maliki’. Al Hathab juga menukil perkataan Al
Qadhi Abdul Wahhab bahwa hukumnya wajib. Sebagian ulama Maliki menyebutkan
pendapat bahwa hukumnya tidak wajib namun laki-laki wajib menundukkan
pandangannya. Pendapat ini dinukil Mawwaq dari Iyadh. Syaikh Zarruq dalam kitab
Syarhul Waghlisiyyah merinci, jika cantik maka wajib, jika tidak cantik maka
sunnah”. (Hasyiyah ‘Ala Syarh Az Zarqaani, 176).
2.
Madzhab Syafi’i
Pendapat madzhab Syafi’i,
aurat wanita di depan lelaki ajnabi (bukan mahram) adalah seluruh
tubuh.
* Asy Syarwani
berkata:
إن
لها ثلاث عورات : عورة في الصلاة ، وهو ما تقدم ـ أي كل بدنها ما سوى الوجه والكفين
. وعورة بالنسبة لنظر الأجانب إليها : جميع بدنها حتى الوجه والكفين على المعتمد
وعورة في الخلوة وعند المحارم : كعورة الرجل »اهـ ـ أي ما بين السرة والركبة
ـ
“Wanita memiliki tiga jenis
aurat,
(1) aurat dalam shalat
-sebagaimana telah dijelaskan- yaitu seluruh badan kecuali wajah dan telapak
tangan,
(2) aurat terhadap
pandangan lelaki ajnabi, yaitu seluruh tubuh termasuk wajah dan telapak tangan,
menurut pendapat yang mu’tamad,
(3) aurat ketika berdua
bersama yang mahram, sama seperti laki-laki, yaitu antara pusar dan paha”.
(Hasyiah Asy Syarwani ‘Ala Tuhfatul Muhtaaj, 2/112).
* Syaikh Sulaiman Al Jamal
berkata:
غير
وجه وكفين : وهذه عورتها في الصلاة . وأما عورتها عند النساء المسلمات مطلقًا وعند
الرجال المحارم ، فما بين السرة والركبة . وأما عند الرجال الأجانب فجميع
البدن
“Maksud perkataan An Nawawi
‘aurat wanita adalah selain wajah dan telapak tangan’, ini adalah aurat di dalam
shalat. Adapun aurat wanita muslimah secara mutlak di hadapan lelaki yang masih
mahram adalah antara pusar hingga paha. Sedangkan di hadapan lelaki yang bukan
mahram adalah seluruh badan”. (Hasyiatul Jamal Ala’ Syarh Al Minhaj,
411).
* Syaikh Muhammad bin
Qaasim Al Ghazzi, penulis Fathul Qaarib, berkata:
وجميع
بدن المرأة الحرة عورة إلا وجهها وكفيها ، وهذه عورتها في الصلاة ، أما خارج الصلاة
فعورتها جميع بدنها
“Seluruh badan wanita
selain wajah dan telapak tangan adalah aurat. Ini aurat di dalam shalat. Adapun
di luar shalat, aurat wanita adalah seluruh badan” (Fathul Qaarib,
19).
* Ibnu Qaasim Al Abadi
berkata:
فيجب
ما ستر من الأنثى ولو رقيقة ما عدا الوجه والكفين . ووجوب سترهما في الحياة ليس
لكونهما عورة ، بل لخوف الفتنة غالبًا
“Wajib bagi wanita menutup
seluruh tubuh selain wajah telapak tangan, walaupun penutupnya tipis. Dan wajib
pula menutup wajah dan telapak tangan, bukan karena keduanya adalah aurat, namun
karena secara umum keduanya cenderung menimbulkan fitnah” (Hasyiah Ibnu Qaasim
‘Ala Tuhfatul Muhtaaj, 3/115).
* Taqiyuddin Al Hushni,
penulis Kifaayatul Akhyaar, berkata:
ويُكره
أن يصلي في ثوب فيه صورة وتمثيل ، والمرأة متنقّبة إلا أن تكون في مسجد وهناك أجانب
لا يحترزون عن النظر ، فإن خيف من النظر إليها ما يجر إلى الفساد حرم عليها رفع
النقاب
“Makruh hukumnya shalat
dengan memakai pakaian yang bergambar atau lukisan. Makruh pula wanita memakai
niqab (cadar) ketika shalat. Kecuali jika di masjid kondisinya sulit terjaga
dari pandnagan lelaki ajnabi. Jika wanita khawatir dipandang oleh lelaki ajnabi
sehingga menimbulkan kerusakan, haram hukumnya melepaskan niqab (cadar)”
(Kifaayatul Akhyaar, 181)
3.
Madzhab Hanafi
* Asy Syaranbalali
berkata:
وجميع
بدن الحرة عورة إلا وجهها وكفيها باطنهما وظاهرهما في الأصح ، وهو
المختار
“Seluruh tubuh wanita
adalah aurat kecuali wajah dan telapak tangan dalam serta telapak tangan luar,
ini pendapat yang lebih shahih dan merupakan pilihan madzhab kami“ (Matan Nuurul
Iidhah).
* Al Imam Muhammad
‘Alaa-uddin berkata:
وجميع
بدن الحرة عورة إلا وجهها وكفيها ، وقدميها في رواية ، وكذا صوتها، وليس بعورة على
الأشبه ، وإنما يؤدي إلى الفتنة ، ولذا تمنع من كشف وجهها بين الرجال
للفتنة
“Seluruh badan wanita
adalah aurat kecuali wajah dan telapak tangan dalam. Dalam suatu riwayat, juga
telapak tangan luar. Demikian juga suaranya. Namun bukan aurat jika dihadapan
sesama wanita. Jika cenderung menimbulkan fitnah, dilarang menampakkan wajahnya
di hadapan para lelaki” (Ad Durr Al Muntaqa, 81).
* Al Allamah Al Hashkafi
berkata:
والمرأة
كالرجل ، لكنها تكشف وجهها لا رأسها ، ولو سَدَلَت شيئًا عليه وَجَافَتهُ جاز ، بل
يندب
“Aurat wanita dalam shalat
itu seperti aurat lelaki. Namun wajah wanita itu dibuka sedangkan kepalanya
tidak. Andai seorang wanita memakai sesuatu di wajahnya atau menutupnya, boleh,
bahkan dianjurkan” (Ad Durr Al Mukhtar, 2/189).
* Al Allamah Ibnu Abidin
berkata:
تُمنَعُ
من الكشف لخوف أن يرى الرجال وجهها فتقع الفتنة ، لأنه مع الكشف قد يقع النظر إليها
بشهوة
“Terlarang bagi wanita
menampakan wajahnya karena khawatir akan dilihat oleh para lelaki, kemudian
timbullah fitnah. Karena jika wajah dinampakkan, terkadang lelaki melihatnya
dengan syahwat”. (Hasyiah ‘Alad Durr Al Mukhtaar, 3/188-189).
* Al Allamah Ibnu Najiim
berkata:
قال
مشايخنا : تمنع المرأة الشابة من كشف وجهها بين الرجال في زماننا للفتنة
“Para ulama madzhab kami
berkata bahwa terlarang bagi wanita muda untuk menampakkan wajahnya di hadapan
para lelaki di zaman kita ini, karena dikhawatirkan menimbulkan fitnah”. (Al
Bahr Ar Raaiq, 284).
* Al Allamah Al Hashkafi
berkata:
والمرأة
كالرجل ، لكنها تكشف وجهها لا رأسها ، ولو سَدَلَت شيئًا عليه وَجَافَتهُ جاز ، بل
يندب
“Aurat wanita dalam shalat
itu seperti aurat lelaki. Namun wajah wanita itu dibuka sedangkan kepalanya
tidak. Andai seorang wanita memakai sesuatu di wajahnya atau menutupnya, boleh,
bahkan dianjurkan”. (Ad Durr Al Mukhtar, 2/189).
وكذا
الرجل له ثلاث عورات : عورة في الصلاة وقد تقدمت وهي أيضاً عورته عند الرجال
ومحارمه من النساء ، وعورة النظر وهي جميع بدنه بالنسبة للأجنبية ، وعورة الخلوة
السوأتان فقط على المعتمد زي
Seorang pria, baginya
memiliki tiga aurat :
1. AURAT SHALAT
Ialah aurat yang wajib
ditutupinya saat menjalani shalat yakni anggauta tubuhnya antara pusat dan lutut
dan ini juga auratnya saat bersama sesama pria dan wanita-wanita
mahramnya
2. AURAT NADHRAH
Ialah aurat yang harus ia
tutupi dari pandangan wanita lain yakni keseluruhan tubuhnya dinisbatkan pada
wanita lain (bukan mahramnya)
3. AURAT KHALWAH
Ialah auratnya saat ia
sendirian yakni dua anggauta cabulnya (kemaluan dan dubur) menurut pendapat
mu’tamad (yang bisa dijadikan pegangan). Tuhfah al-Habiib II/184
4.
Madzhab Hambali
* Imam Ahmad bin Hambal
berkata:
كل
شيء منها ــ أي من المرأة الحرة ــ عورة حتى الظفر
“Setiap bagian tubuh wanita
adalah aurat, termasuk pula kukunya”. (Dinukil dalam Zaadul Masiir,
6/31).
* Syaikh Abdullah bin Abdil
Aziz Al ‘Anqaari, penulis Raudhul Murbi’, berkata:
«
وكل الحرة البالغة عورة حتى ذوائبها ، صرح به في الرعاية . اهـ إلا وجهها فليس عورة
في الصلاة . وأما خارجها فكلها عورة حتى وجهها بالنسبة إلى الرجل والخنثى وبالنسبة
إلى مثلها عورتها ما بين السرة إلى الركبة
“Setiap bagian tubuh wanita
yang baligh adalah aurat, termasuk pula sudut kepalanya. Pendapat ini telah
dijelaskan dalam kitab Ar Ri’ayah… kecuali wajah, karena wajah bukanlah aurat di
dalam shalat. Adapun di luar shalat, semua bagian tubuh adalah aurat, termasuk
pula wajahnya jika di hadapan lelaki atau di hadapan banci. Jika di hadapan
sesama wanita, auratnya antara pusar hingga paha”. (Raudhul Murbi’,
140)
* Ibnu Muflih
berkata:
«
قال أحمد : ولا تبدي زينتها إلا لمن في الآية ونقل أبو طالب :ظفرها عورة ، فإذا
خرجت فلا تبين شيئًا ، ولا خُفَّها ، فإنه يصف القدم ، وأحبُّ إليَّ أن تجعل
لكـمّها زرًا عند يدها
“Imam Ahmad berkata:
‘Maksud ayat tersebut adalah, janganlah mereka (wanita) menampakkan perhiasan
mereka kecuali kepada orang yang disebutkan di dalam ayat‘. Abu Thalib menukil
penjelasan dari beliau (Imam Ahmad): ‘Kuku wanita termasuk aurat. Jika mereka
keluar, tidak boleh menampakkan apapun bahkan khuf (semacam kaus kaki), karena
khuf itu masih menampakkan lekuk kaki. Dan aku lebih suka jika mereka membuat
semacam kancing tekan di bagian tangan’”. (Al Furu’, 601-602).
* Syaikh Manshur bin Yunus
bin Idris Al Bahuti, ketika menjelaskan matan Al Iqna’ , ia berkata:
«
وهما » أي : الكفان . « والوجه » من الحرة البالغة « عورة خارجها » أي الصلاة «
باعتبار النظر كبقية بدنها »
“’Keduanya, yaitu dua
telapak tangan dan wajah adalah aurat di luar shalat karena adanya pandangan,
sama seperti anggota badan lainnya”. (Kasyful Qanaa’, 309). Wallohu a'lam.
[Nimas].
LINK ASAL :
www.fb.com/groups/piss.ktb/814062878616522/