PERTANYAAN
:
Assalamualaikum. Maaf Pak. Mau Tanya Pak. Ada hadits yang menjelaskan tata cara mensucikan madzi; Dari Shal
bin Hunaif RA, ia berkata : “Dahulu aku biasa mendapati kesulitan dan kepayahan
karena madzi sehingga aku sering mandi karena nya. Lalu aku utarakan hal
tersebut kepada Rasulullah, maka Beliau SAW bersabda : “Sesungguhnya cukuplah
bagimu hanya dengan berwudhu” Kemudian aku bertanya : “Wahai Rasulullah,
bagaimana dengan madzi yang mengenai pakaian ku?” Maka Beliau SAW menjawab :
“Cukuplah bagimu mengambil setelapak tangan air lalu tuangkanlah pada pakaian mu
(yang terkena madzi tersebut) sampai kamu lihat air itu membasahinya.” [Hadits
ini Hasan (baik) : Diriwayatkan oleh Ibnu Majah, At-Tirmidzi].
Apakah hadits tersebut bisa
langsung dipraktekkan; dalam arti tidak ada penjelasan/syarah/kaifiyat tambahan
lagi dari para ulama ? Matur Suwun. [Aef
Sutrisna].
JAWABAN
:
Wa'alaikum salam Wr Wb.
Hendaknya dan alangkah baiknya carilah dulu syarah dari hadits tersebut oleh
ulama ahli hadits, banyak ulama ahli hadits dan atau madzhab, baru kita boleh
mengamalkan. Kalau kita langsung mengambil dari hadits, sedangkan kita sama
sekali bukan ahli hadits, bahkan hapalpun tidak, itu sangat beresiko kepada
kesalahan dalam pemahaman, sebab Nabi menggunakan bahasa Arab, tentunya yang
tahu betul adalah salah satunya yang juga ahli bahasa arab, dismping ada
beberapa cabang ilmu lain yang harus dikuasai untuk menterjemahkan sebuah
hadits.
Sedangkan hadits yang anda
copas di atas, yang sudah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia, itu hanya
pengalihan bahasa, sering kali penterjemah keliru dalam menerjemahkannya. Dan
juga terkadang jauh dari kandungan / isi yang sebenarnya. Salam
Dalam kitab Mukhtashorul
Ahkam disebutkan :
(حديث
مرفوع) نا يَعْقُوبُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الدَّوْرَقِيُّ ، قَالَ : نا ابْنُ
عُلَيَّةَ ، قَالَ : نا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ ، قَالَ : أرنا سَعِيدُ بْنُ
عُبَيْدِ بْنِ السَّبَّاقِ ، عَنْ أَبِيهِ ، عَنْ سَهْلِ بْنِ حُنَيْفٍ , قَالَ : “
كُنْتُ أَلْقَى مِنَ الْمَذْيِ شِدَّةً فَأَكْثَرْتُ الاغْتِسَالَ مِنْهُ
فَسَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ ذَلِكَ ؟ قَالَ
: إِنَّمَا يُجْزِئُ مِنْهُ الْوُضُوءُ ، قُلْتُ : فَكَيْفَ بِمَا يُصِيبُ ثَوْبِي
مِنْهُ ؟ قَالَ : يَكْفِيكَ أَنْ تَأْخُذَ كَفًّا مِنْ مَاءٍ فَتْنَضَحَ بِهَا فِي
ثَوْبِكَ حَيْثُ مَا تَرَى أَنَّهُ أَصَابَ “ . يُقَالُ : هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ
صَحِيحٌ ، وَلا نَعْرِفُهُ إِلا مِنْ حَدِيثِ مُحَمَّدِ بْنِ إِسْحَاقَ فِي
الْمَذْيِ . .
Apa itu madzi dan hukum
serta hal-hal lain yang terkait dengannya? Berikut beberapa poin penting seputar
Madzi :
- Madzi adalah cairan
bening, tidak terlalu kental, dan tidak berbau yang keluar dari kemaluan ketika
terangsang atau sebelum keluarnya mani.
- Pada sebagian orang,
madzi juga bisa keluar meski tidak dalam kondisi terangsang.
- Keluarnya madzi
menyebabkan batalnya wudhu (hadats kecil)
عَنْ
عَلِىٍّ قَالَ كُنْتُ رَجُلاً مَذَّاءً فَأَمَرْتُ الْمِقْدَادَ أَنْ يَسْأَلَ
النَّبِىَّ - صلى الله عليه وسلم - فَسَأَلَهُ فَقَالَ فِيهِ الْوُضُوءُ
Dari Ali bin Abu Thalib
radhiyallahu ‘anhu ia berkata, aku adalah laki-laki yang banyak mengeluarkan
madzi. Lalu aku menyuruh seorang kawan untuk menanyakannya kepada Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka beliau menjawab, “Berwudhulah (jika keluar
madzi)” (HR. Bukhari)
- Madzi adalah najis
mutawasithoh (najis yang menengah). Jika terkena anggota badan wajib dicuci.
Jika terkena pakaian bisa dicuci.
عَنْ
سَهْلِ بْنِ حُنَيْفٍ قَالَ كُنْتُ أَلْقَى مِنَ الْمَذْىِ شِدَّةً وَكُنْتُ
أُكْثِرُ مِنْهُ الاِغْتِسَالَ فَسَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-
عَنْ ذَلِكَ فَقَالَ إِنَّمَا يُجْزِيكَ مِنْ ذَلِكَ الْوُضُوءُ . قُلْتُ يَا
رَسُولَ اللَّهِ فَكَيْفَ بِمَا يُصِيبُ ثَوْبِى مِنْهُ قَالَ يَكْفِيكَ بِأَنْ
تَأْخُذَ كَفًّا مِنْ مَاءٍ فَتَنْضَحَ بِهَا مِنْ ثَوْبِكَ حَيْثُ تُرَى أَنَّهُ
أَصَابَهُ
Dari Suhail bin Hunaif
radhiyallahu ‘anhu ia berkata, aku menghadapi kesulitan karena seringnya mandi
akibat keluar madzi. Akhirnya aku ceritakan kesulitan itu kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau bersabda, "Cukuplah kamu berwudhu." Aku
bertanya lagi, "Ya Rasulullah, bagaimana jika ia mengenai pakaianku?" Nabi SAW
menjawab, "Cukup engkau mengambil semangkuk air kemudian percikkan ke pakaianmu
hingga jelas bahwa air itu mengenainya." (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah dan
Tirmidzi. Tirmidzi mengatakan "hasan shahih")
- Allah Maha Baik kepada
hambaNya. Salah satu fungsi madzi adalah sebagai pelumas ketika suami istri
berhubungan. Karenanya, hendaknya suami memberikan pendahuluan/pemanasan hingga
istrinya basah sebelum ke intinya.
- Dalam kaitannya dengan
fungsi sebagai pelumas, umumnya kaum wanita lebih banyak mengeluarkan madzi
daripada pria. Jika daerah intim istri Anda basah saat foreplay, ketahuilah
bahwa itu adalah madzi.
- Karena merupakan najis,
maka haram menjilat atau menelannya. Inilah salah satu alasan sebagian ulama
mengharamkan oral seks. Adapun ulama yang membolehkannya, mereka mengingatkan
agar madzi ini tidak sampai terjilat atau tertelan.
- Perbedaan utama antara
madzi dan mani adalah, jika mani ia keluar secara memancar disertai rasa nikmat
yang sangat, membuat lemas, dan baunya khas.
- Madzi juga bisa keluar
saat tidur. Untuk membedakan apakah yang keluar saat tidur itu madzi atau mani,
maka jika ia mimpi ‘basah’ maka hal itu adalah mani dan wajib mandi. Sebaliknya,
jika ia tidak bermimpi dan kainnya hanya basah sedikit, maka itu adalah
madzi.
- Sunanul Kubro
:
(حديث
مرفوع) أَخْبَرَنَا أَبُو عَلِيٍّ الرُّوذْبَارِيُّ ، ثنا أَبُو بَكْرِ بْنُ
دَاسَةَ ، ثنا أَبُو دَاوُدَ ، ثنا قُتَيْبَةُ ، ثنا عُبَيْدَةُ بْنُ حُمَيْدٍ
الْحَذَّاءُ ، عَنِ الرُّكَيْنِ بْنِ الرَّبِيعِ ، عَنْ حُصَيْنِ بْنِ قَبِيصَةَ ،
عَنْ عَلِيٍّ ، قَالَ : كُنْتُ رَجُلا مَذَّاءً فَجَعَلْتُ أَغْتَسِلُ حَتَّى
تَشَقَّقَ ظَهْرِي ، قَالَ : فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، أَوْ ذُكِرَ لَهُ ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " لا تَفْعَلْ إِذَا رَأَيْتَ الْمَذْيَ فَاغْسِلْ ذَكَرَكَ ،
وَتَوَضَّأْ وُضُوءَكَ لِلصَّلاةِ ، فَإِذَا نَضَحْتَ الْمَاءَ فَاغْتَسِلْ
"
Syarahnya bisa di lihat
dalam :
- Al Majmu' Syarah
Muhadzab. Ini sebagian ibaroh dalam Majmu' :
(
وأما حكم المسألة ) فأجمع المسلمون على أن المذي والودي لا يوجبان الغسل ، وقد سبق
بيان هذا وبيان حقيقة المذي والودي ولغتهما قريبا ، وأشار المصنف بقوله : ( لأن
الإيجاب بالشرع ) إلى مذهب أهل الحق أن الأحكام إنما تثبت بالشرع ، وأن العقل لا
يوجب شيئا ولا يحسنه ولا يقبحه . والله أعلم .
(
فرع ) في حديث علي رضي الله عنه هذا فوائد : منها : أن المذي لا يوجب الغسل ، وأنه
نجس ، وأنه يجب غسل النجاسة ، وأن الخارج من السبيل إذا كان نادرا لا يكفي في
الاستنجاء منه الحجر ، بل يتعين الماء ، وأنه يجب الغسل من المني ، وأن المذي وغيره
من النادرات يوجب الوضوء ، وأنه يجوز الاستنابة في الاستفتاء ، وأنه يجوز العمل
بالظن وهو خبر الواحد هنا ، مع القدرة على اليقين بالمشافهة ، وأنه يستحب مجاملة
الأصهار والتأدب معهم بترك الكلام فيما يتعلق بمعاشرة النساء أو يتضمنه ; وأنه
يستحب الاحتياط في استيفاء المقصود ، ولهذا أمر بغسل الذكر ، والواجب منه موضع
النجاسة فقط ، هذا مذهبنا ومذهب الجمهور ، وعن مالك وأحمد رواية أنه يجب غسل كل
الذكر ، وعن أحمد رواية أنه يجب غسل الذكر والأنثيين . دليلنا ما روى سهل بن حنيف
رضي الله عنه قال : " { كنت ألقى من المذي شدة وعناء فكنت أكثر من الغسل ، فذكرت
ذلك للنبي صلى الله عليه وسلم فقال : إنما يجزئك من ذلك الوضوء } " رواه أبو داود
والترمذي وقال : حديث حسن صحيح . وعن علي رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم
قال : " { من المذي الوضوء } " قال الترمذي : حديث حسن صحيح . وأما الأمر بغسل
الذكر في حديث المقداد فعلى الاستحباب . أو أن المراد بعض الذكر ، وهو ما أصابه
المذي . وأما حديث عبد الله بن سعد الأنصاري [ ص: 165 ] رضي الله عنه قال : " {
سألت رسول الله صلى الله عليه وسلم عما يوجب الغسل ، وعن الماء يكون بعد الماء ،
فقال : ذلك المذي ، وكل فحل يمذي ، فتغسل من ذلك فرجك وأنثييك وتوضأ وضوءك للصلاة }
" رواه أبو داود وغيره بإسناد صحيح ; فمحمول على ما إذا أصاب الذكر والأنثيين ، أو
على الاستحباب لاحتمال إصابة ذلك ، والله أعلم
Lihat juga di 'Aunul
Ma'bud. Wallohu a'lam. [Imam
Tontowi, Ical Rizaldysantrialit].
LINK ASAL :
www.fb.com/groups/piss.ktb/805321696157307/