PERTANYAAN
:
Adakah pendapat ulama yang
mengatakan, boleh mengakhirkan tajhiz mayit karena masih menunggu famili /
kerabatnya ? [Aby
Yazuma].
JAWABAN
:
Bila mayit itu sudah
diyakini matinya maka wajib segera dirawat (tajhiz) dan harom mengakhirkannya
dengan tanpa sebab :
نزهة
المتقين شرح رياض الصالحين ١/٧١٠
ذكر
الإمام النووي هذا الحديث تحت باب تعجيل قضاء الدين عن الميت والمبادرة إلى تجهيزه
إلا أن يموت فجأة فيترك حتى يتيقن موته ومن ذلك علم إفادة الحديث وجوب الشروع
بتجهيز الميت بعد تيقن وفاته ويحرم تأخيره بغير سبب.
Dalam Kitab Tuhfatul
Muhtaj, maktabah syamilah:
1. Juz 10 halaman
395:
وَيُبَادَرُ
) بِفَتْحِ الدَّالِ ( بِغَسْلِهِ إذَا تُيُقِّنَ مَوْتُهُ ) نَدْبًا إنْ لَمْ
يُخْشَ مِنْ التَّأْخِيرِ وَإِلَّا فَوُجُوبًا كَمَا هُوَ ظَاهِرٌ وَذَلِكَ
لِأَمْرِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالتَّعْجِيلِ بِالْمَيِّتِ
وَعَلَّلَهُ بِأَنَّهُ { لَا يَنْبَغِي لِجِيفَةِ مُؤْمِنٍ أَنْ تُحْبَسَ بَيْنَ
ظَهْرَانَيْ أَهْلِهِ } رَوَاهُ أَبُو دَاوُد
2. Juz 11 halaman
363:
وَلَا
تُؤَخَّرُ ) أَيْ لَا يُنْدَبُ التَّأْخِيرُ ( لِزِيَادَةِ مُصَلِّينَ ) أَيْ
كَثْرَتِهِمْ وَإِنْ نَازَعَ فِيهِ السُّبْكِيُّ وَاخْتَارَهُ وَتَبِعَهُ
الْأَذْرَعِيُّ وَالزَّرْكَشِيُّ وَغَيْرُهُمَا أَنَّهُ إذَا لَمْ يُخْشَ
تَغَيُّرُهُ يَنْبَغِي انْتِظَارُ مِائَةٍ أَوْ أَرْبَعِينَ رُجِيَ حُضُورُهُمْ
قَرِيبًا لِلْحَدِيثِ أَوْ لِجَمَاعَةٍ آخَرِينَ لَمْ يَلْحَقُوا وَذَلِكَ
لِلْأَمْرِ السَّابِقِ بِالْإِسْرَاعِ بِهَا نَعَمْ تُؤَخَّرُ لِحُضُورِ الْوَلِيِّ
إنْ لَمْ يُخْشَ تَغَيُّرٌ
Keterangan:
1.Disunnahkan bersegera
memandikan mayit ketika yakin sudah meninggal, jika memang tidak khawatir
'taghayyur' (cepat membusuk), jika khawatir maka wajib segera
dimandikan.
2.Boleh mengakhirkan
menshalati mayit karena menunggu kedatangan wali, jika memang tidak khawatir
'taghayyur'.
Muhammad Khatib as-Syirbini
dalam Mughni al-Muhtaj ilaMa’rifah Alfazh al-Minhaj berpendapat:
(وَلَاتُؤَخَّرُ)
الصَّلَاةُ (لِزِيَادَةِ مُصَلِّينَ) لِلْخَبَرِ الصَّحِيحِ أَسْرِعُوا
بِالْجِنَازَةِ وَلَا بَأْسَ بِانْتِظَارِ الْوَلِيِّ عَنْ قُرْبٍ مَا لَمْ يُخْشَ
تَغَيُّرُ الْمَيِّتِ تَنْبِيهٌ شَمِلَ كَلَامُهُ صُورَتَيْنِ إحْدَاهُمَا
إذَاحَضَرَ جَمْعٌ قَلِيلٌ قَبْلَ الصَّلَاةِ لَا يُنْتَظَرُ غَيْرُهُمْ
لِيَكْثُرُوانَعَمْ قَالَ الزَّرْكَشِيُّ وَغَيْرُهُ إذَا كَانُوا دُونَ
أَرْبَعِينَ فَيُنْتَظَرُ كَمَالُهُمْ عَنْ قُرْبٍ لِأَنَّ هَذَا الْعَدَدَ
مَطْلُوبٌ فِيهَاوَفِي مُسْلِمٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ يُؤَخِّرُ الصَّلَاةَ
لِلْأَرْبَعِينَ قِيلَ وَحِكْمَتُهُ أَنَّهُ لَمْ يَجْتَمِعْ أَرْبَعُونَ إلَّا
كَانَ للهِ فِيهِمْ وَلِيٌّ وَحُكْمُ الْمِائَةِ كَالْأَرْبَعِينَ كَمَا يُؤْخَذُ
مِنْ الْحَدِيثِ الْمُتَقَدِّمِ
(Dan tidak ditunda)
pelaksanaan shalat jenazah (karena memperbanyak orangyang menyolatinya)
berdasarkan hadits shahih: “Bersegeralah kalian dengan urusan jenazah.” Dan
boleh menanti walinya sebentar selama tidak dikhawatirkan perubahan kondisinya.
Peringatan. Ungkapan al-Nawawi tersebut meliputi dua kasus. Pertama, ketika
sebelum shalat jenazah telah hadir beberapa orang, maka yang belum hadir tidak
perlu ditunggu. Meskipun demikian, al-Zarkasi danulama selainnya berpendapat:
“Bila mereka belum mencapai 40 orang, maka ditunggu sebentar agar mencapai
jumlah tersebut. Sebab, jumlah jamaah 40 orang ini dianjurkan dalam menyolati
jenazah. Dalam kitab Shahih Muslim, terdapat riwayat dari Ibn Abbas, bahwa
sungguh beliau menunda shalat jenazah karena menanti jumlah jamaah 40 orang.
Disebutkan hikmahnya adalah tiada berkumpul 40 orang jamaah melainkan salah
seorangnya adalah wali Allah. Dan hukum 100 orang sama dengan 40 orang, seperti
kesimpulan yang diambil dari hadits tadi. Wallahu A'lam. [Yai
Ghufron Bkl, Yai Abdullah Afif, Dewi Rosita].
LINK ASAL :
www.fb.com/groups/piss.ktb/717350534954424
www.fb.com/notes/784646151558195