PERTANYAAN
:
Assalamu'alaykum Warohmah, saya mau tanya : Apakah melamun atau ngantuk pada waktu Sujud (sholat) Itu Dapat dikategorikan seperti orang mabuk karena orang tersbut tidak sadar apa yang diucapkannya ? atas jawabannya terimakasih. [Titik NUr Hidayatulloh].
JAWABAN :
Wa'alaikumussalam. Mengantuk tidak membatal wudhu, sehingga shalat tak batal saat kita mengantuk. Ngantuk adalah angin yang halus yang datang dari belakang otak dan menutupi mata dan tidak menyambung pada hati, kalau menyambung pada hati maka disebut tidur. Kalau masih mendengarkan suara-suara tidak disebut tidur.
Ngantuk tidak membatalkan wudlu karena ngantuk lebih ringan dari pada tidur karena yang menyebabkan tidur adalah angin yang datang dari arah otak sehingga menutupi hati, namun jika angin tersebut tidak sampai ke hati namun hanya menyebabkan mata tertutup saja maka ini disebut mengantuk (النعاس), untuk lebih mudah diketahui lagi apakah tidur atau ngantuk maka dengan melihat dari tanda-tandanya, tanda dari pada tidur adalah mimpi, sedang tanda-tanda dari pada ngantuk adalah mendengar suara di sekitarnya namun tidak dapat di fahami, oleh karena itu jika di ketahui seseorang bermimpi maka hal itu dapat di pastikan bahwa ia tidur, sedang jika ragu-ragu apakah tidur atau hanya mengantuk saja maka hal itu tidak membatalkan wudlu.
Kalau hanya dikategorikan seperti orang mabuk boleh-boleh saja, tetapi tidak dalam hukum syar'i yang dibebankan, sebab orang yang mabuk tidak diperkenankan salat sebagaimana dawuh Allah :
Sedangkan ia sedang dalam menghadap Allah, jika ada orang yang demikian, berarti hatinya tidak hudlur dan khudlu' sehingga ia lalai. bagi orang tasawuf, salat yang demikian sudah diwarning dengan dawuh Allah ;
Apalagi jika hal tersebut dilakukan saat sujud dalam shalat, saat kedekatan antara kawula dan Allah, karena itu, ada hadits yang menjelaskan bahwa ketika sedang ngantuk berat boleh mengakhirkan salat agar saat menghadap dan berkomunikasi atau dialog dengan pengeran hatinya bisa hudlur, bagaimana seseorang berdialog dengan kekasihnya tapi hatinya mblayang ke mana-mana atau bahkan ditinggal ngantuk. [Rampak Naung, Nabilah Az-Zahrah, Sunde Pati, Ahmed Machfudh].
LINK ASAL :
Assalamu'alaykum Warohmah, saya mau tanya : Apakah melamun atau ngantuk pada waktu Sujud (sholat) Itu Dapat dikategorikan seperti orang mabuk karena orang tersbut tidak sadar apa yang diucapkannya ? atas jawabannya terimakasih. [Titik NUr Hidayatulloh].
JAWABAN :
Wa'alaikumussalam. Mengantuk tidak membatal wudhu, sehingga shalat tak batal saat kita mengantuk. Ngantuk adalah angin yang halus yang datang dari belakang otak dan menutupi mata dan tidak menyambung pada hati, kalau menyambung pada hati maka disebut tidur. Kalau masih mendengarkan suara-suara tidak disebut tidur.
اعانة
الطالبين 1 /20
وخرج
بزوال العقل النعاس وهو ريح لطيفة تأت قبل الدماغ فتغطى العين ولا تصل الى القلب
فإن وصلت اليه كان نوما
Ngantuk tidak membatalkan wudlu karena ngantuk lebih ringan dari pada tidur karena yang menyebabkan tidur adalah angin yang datang dari arah otak sehingga menutupi hati, namun jika angin tersebut tidak sampai ke hati namun hanya menyebabkan mata tertutup saja maka ini disebut mengantuk (النعاس), untuk lebih mudah diketahui lagi apakah tidur atau ngantuk maka dengan melihat dari tanda-tandanya, tanda dari pada tidur adalah mimpi, sedang tanda-tanda dari pada ngantuk adalah mendengar suara di sekitarnya namun tidak dapat di fahami, oleh karena itu jika di ketahui seseorang bermimpi maka hal itu dapat di pastikan bahwa ia tidur, sedang jika ragu-ragu apakah tidur atau hanya mengantuk saja maka hal itu tidak membatalkan wudlu.
النهاية
الزين ص 26
ولا
ينقض النعاس لأنه أخف من النوم لأن سبب النوم ريح تأتي من قبل الدماغ فتغطي القلب
فإن لم تصل إلى القلب بل غطت العين فقط كان نعاساً. ومن علامات النوم الرؤيا، ومن
علامات النعاس سماع كلام الحاضرين مع عدم فهمه، فلو رأى رؤيا علم أن ذلك نوم ولو شك
هل نام أو نعس وأن الذي خطر بباله رؤيا، أو حديث نفس فلا نقض.
منهاج
القويم ص 16
(الثاني:
زوال العقل) أي التمييز إما بارتفاعه (بجنون أو) انغماره بنحو صرع أو سكر أو
(إغماء) ولو مُمَكِّناً، (أو) استتاره بسبب (نوم) لخبر («فمن نام فليتوضأ» ) وخرج
بذلك النعاس ، ومن علاماته سماع كلام لا يفهمه، وأوائل نشوة السكر لبقاء الشعور
معهما.
Menngantuk, ngobrol sendiri
dalam hati (membatin) dan permulaan sukacita mabuk tidak membatalkan
shalat.
أسنى
المطالب في شرح روض الطالب (1/ 56)
وَخَرَجَ
بِزَوَالِ الْعَقْلِ النُّعَاسُ وَحَدِيثُ النَّفْسِ وَأَوَائِلُ نَشْوَةِ
الشُّكْرِ فَلَا نَقْضَ بها
Kalau hanya dikategorikan seperti orang mabuk boleh-boleh saja, tetapi tidak dalam hukum syar'i yang dibebankan, sebab orang yang mabuk tidak diperkenankan salat sebagaimana dawuh Allah :
ولا
تقربوا الصلاة وانتم سكارى
Sedangkan ia sedang dalam menghadap Allah, jika ada orang yang demikian, berarti hatinya tidak hudlur dan khudlu' sehingga ia lalai. bagi orang tasawuf, salat yang demikian sudah diwarning dengan dawuh Allah ;
فويل
للمصلين الذين هم عن صلاتهم ساهون
Apalagi jika hal tersebut dilakukan saat sujud dalam shalat, saat kedekatan antara kawula dan Allah, karena itu, ada hadits yang menjelaskan bahwa ketika sedang ngantuk berat boleh mengakhirkan salat agar saat menghadap dan berkomunikasi atau dialog dengan pengeran hatinya bisa hudlur, bagaimana seseorang berdialog dengan kekasihnya tapi hatinya mblayang ke mana-mana atau bahkan ditinggal ngantuk. [Rampak Naung, Nabilah Az-Zahrah, Sunde Pati, Ahmed Machfudh].
LINK ASAL :
www.fb.com/groups/piss.ktb/569793076376838/