PERTANYAAN
:
Assalamu alaikum. Tiap anggota hayawan darat yang belum disembelih dengan secara syar'i yang terpisah dari badannya adala najis termasuk bulu bulunya. Pertanyaannya bagaimana dengan sayap kupu-kupu madura (madura : ruk kuruk, jawa : laron, slunglun, silaru ) yang biasanya menyebar di tempat sholat seperti di masjid / musollah. Apakah termasuk najis yang tidak dima'fu / dimaafkan ? Trims. [Ustdz Fathur Rozi].
JAWABAN :
Wa'alaikum salam. Yang dimaksud si penanya itu bukan kupu, tapi ruk kuruk ( laron ) yaitu hewan yang asal-mulanya dari rayap, biasanya musiman. Dan keluarnya waktu malam dan hewan tersebut sukanya sama lampu yang terang, kalau lagi musim. Bulu, rambut, kuku, tulang dari bangkai selain manusia, ikan dan belalang adalah najis meskipun dari lalat. Najis tersebut dihukumi tidak dima'fu, bila semisal terdapat kulit, bulu atau sayap dari binatang semisal laron atau kupu dibawa dalam sholat, maka sholatnya batal. Hanya saja ada yang berpendapat dima'fu dengan catatan : tidak diketahui dan merupakan bala' (ujian). Hukum sayap semisal kupu-kupu yang terputus adalah tidak dima'fu, karena kema'fuan hewan yang darahnya tidak mengalir hanya dalam masalah air saja. Itupun dengan syarat dan ketentuan. Kecuali jika merupakan bala dimana ia tidak bisa menjaganya, maka dima'fu menurut sebagian ulama.
Jika pada musim hujan, di aula musholla terdapat sayap-sayap laron yang bertebaran hampir di seluruh permukaan musholla, ini hukumnya najis. Sholat di atas sayap-sayap laron tersebut tetap sah, kalau memang sangat banyak sehingga sulit untuk menjaganya / menghindarinya (I’anatuttholibin).
Mengenai bulu-bulu hewan yang terlepas di masa hidup atau matinya adalah najis namun ada pendapat yang tidak menajiskan karena dalam bulu itu tidak ada kehidupan yaitu tidak merasa dan tidak sakit ketika dicabut. Anggota tubuh yang terpisah / putus ketika masih hidup itu hukumnya sebagaimana bangkainya hewan tersebut, jika saat jadi bangkai dihukumi suci seperti manusia, ikan dan belalang maka hukumnya potongan tubuh tersebut tetap suci dan jika saat jadi bangkai dihukumi najis maka hukumnya najis. Adapun mengenai bulu, rambut, sayap dari hewan yang halal dimakan maka ulama' sepakat menghukumi suci walaupun berbau busuk. Wallohu a'lam. [Abdur Rahman Assyafi'i, Ulilalbab Hafas, Brojol Gemblung, Ghufron Bkl, Sunde Pati].
Ibarot :
LINK ASAL :
Assalamu alaikum. Tiap anggota hayawan darat yang belum disembelih dengan secara syar'i yang terpisah dari badannya adala najis termasuk bulu bulunya. Pertanyaannya bagaimana dengan sayap kupu-kupu madura (madura : ruk kuruk, jawa : laron, slunglun, silaru ) yang biasanya menyebar di tempat sholat seperti di masjid / musollah. Apakah termasuk najis yang tidak dima'fu / dimaafkan ? Trims. [Ustdz Fathur Rozi].
JAWABAN :
Wa'alaikum salam. Yang dimaksud si penanya itu bukan kupu, tapi ruk kuruk ( laron ) yaitu hewan yang asal-mulanya dari rayap, biasanya musiman. Dan keluarnya waktu malam dan hewan tersebut sukanya sama lampu yang terang, kalau lagi musim. Bulu, rambut, kuku, tulang dari bangkai selain manusia, ikan dan belalang adalah najis meskipun dari lalat. Najis tersebut dihukumi tidak dima'fu, bila semisal terdapat kulit, bulu atau sayap dari binatang semisal laron atau kupu dibawa dalam sholat, maka sholatnya batal. Hanya saja ada yang berpendapat dima'fu dengan catatan : tidak diketahui dan merupakan bala' (ujian). Hukum sayap semisal kupu-kupu yang terputus adalah tidak dima'fu, karena kema'fuan hewan yang darahnya tidak mengalir hanya dalam masalah air saja. Itupun dengan syarat dan ketentuan. Kecuali jika merupakan bala dimana ia tidak bisa menjaganya, maka dima'fu menurut sebagian ulama.
Jika pada musim hujan, di aula musholla terdapat sayap-sayap laron yang bertebaran hampir di seluruh permukaan musholla, ini hukumnya najis. Sholat di atas sayap-sayap laron tersebut tetap sah, kalau memang sangat banyak sehingga sulit untuk menjaganya / menghindarinya (I’anatuttholibin).
Mengenai bulu-bulu hewan yang terlepas di masa hidup atau matinya adalah najis namun ada pendapat yang tidak menajiskan karena dalam bulu itu tidak ada kehidupan yaitu tidak merasa dan tidak sakit ketika dicabut. Anggota tubuh yang terpisah / putus ketika masih hidup itu hukumnya sebagaimana bangkainya hewan tersebut, jika saat jadi bangkai dihukumi suci seperti manusia, ikan dan belalang maka hukumnya potongan tubuh tersebut tetap suci dan jika saat jadi bangkai dihukumi najis maka hukumnya najis. Adapun mengenai bulu, rambut, sayap dari hewan yang halal dimakan maka ulama' sepakat menghukumi suci walaupun berbau busuk. Wallohu a'lam. [Abdur Rahman Assyafi'i, Ulilalbab Hafas, Brojol Gemblung, Ghufron Bkl, Sunde Pati].
Ibarot :
و
الجزء المنفصل من الحي كميتة ذلك الحي ان كان طاهرا فطاهر، و ان كان نجسا فنجس لخبر
: " ما قطع من حي فهة كميتته " رواه الحاكم و صححه على شرط الشيخين
و
ميتة غير بشر و سمك و جراد) و لو نحو ذباب كدود خل مع شعرها و صوفها و ولرها و
ريشها و عظمها و ظلفها و ظفرها و حافرها و سائر اجزائها نهاية الزين
٤١
و
اما نفس قشرة البرغوث او القملة او البقة او نحوها فنجسة غير معفو عنها، فلو صلى
بشئ من ذلك و ان لم يعلم به فصلاته باطلة، و بعضهم قال بالعفو ان لم يعلم به و كان
ممن ابتلى بذلك نهاية الزين ٤٢
و
بعضهم قال بالعفو ان لم يعلم به و كان ممن ابتلى بذلك.
المعفوات
من النجاسة فى الماء يعفى فى الماء و المائع عن النجاسة التى لا يدركها الطرف (
البصر المعتدل) و الميتة لا دم لها سائل و هى التى اذا شق منها عضو لم يسل دمها
كالذباب بشرطين1_ ان لا يكون بفعله2_ و ان لا تغير ما وقعت فيه التقريرات
السديدة ٦٣
شعر
الحيوانات غير الماكولة بعد الانفصال نجس (١).١) و يعفى عن قليل شعر نجس من غير
مغلظ و يعفى عن كثيره فى حق القصاص و الراكب لمشقة الاحتراز عنه التقريرات
السديدة ١٢٧
ﻣﺘﻦ ﺃﺑﻲ ﺷﺠﺎﻉ ﺹ 10
ﻭﻻ ﻳُﻌﻔﻰ ﻋﻦ ﺷﻲﺀ ﻣﻦ ﺍﻟﻨﺠﺎﺳﺎﺕ ﺇﻻ
ﺍﻟﻴﺴﻴﺮ ﻣﻦ ﺍﻟﺪَﻡ ﻭﺍﻟﻘﻴْﺢ ﻓَﻴُﻌﻔﻰ ﻋﻨﻬﻤﺎ ﻓﻲ ﺛﻮﺏ ﺃﻭ ﺑﺪﻥ، ﻭﺗﺼﺢُ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻣﻌﻬﻤﺎ ﻭ ﺇﻻ ﻣﺎ
ﺃﻱ: ﺷﻲﺀ ﻻ ﻧَﻔْﺲَ ﻟﻪ ﺳﺎﺋﻠﺔ ﻛﺬﺑﺎﺏ ﻭﻧﻤﻞ ﺇﺫﺍ ﻭﻗﻊ ﻓﻲ ﺍﻹِﻧﺎﺀ ﻭﻣﺎﺕ ﻓﻴﻪ ﻓﺈﻧَّﻪ ﻻ
ﻳُﻨَﺠِّﺴﻪ ﻭﻓﻲ ﺑﻌﺾ ﺍﻟﻨﺴﺦ: ﺇﺫﺍ ﻣﺎﺕ ﻓﻲ ﺍﻹِﻧﺎﺀ ﻭﺃﻓﻬﻢ ﻗﻮﻟﻪ ﻭﻗﻊ ﺃﻱ: ﺑﻨﻔﺴﻪ ﺃﻧَّﻪ ﻟﻮ ﻃﺮﺡ
ﻣﺎ ﻻ ﻧﻔﺲ ﻟﻪ ﺳﺎﺋﻠﺔ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺎﺋﻊ ﺿﺮ، ﻭﻫﻮ ﻣﺎ ﺟَﺰَﻡَ ﺑﻪ ﺍﻟﺮﺍﻓﻌﻲُ ﻓﻲ ﺍﻟﺸﺮﺡ ﺍﻟﺼﻐﻴﺮ، ﻭﻟﻢ
ﻳﺘﻌﺮﺽ ﻟﻬﺬﻩ ﺍﻟﻤﺴﺄﻟﺔ ﻓﻲ ﺍﻟﻜﺒﻴﺮ، ﻭﺇﺫﺍ ﻛﺜﺮﺕ ﻣﻴﺘﺔ ﻣﺎ ﻻ ﻧﻔﺲ ﻟﻪ ﺳﺎﺋﻠﺔ ﻭﻏَﻴَّﺮﺕْ ﻣﺎ ﻭﻗﻌﺖ
ﻓﻴﻪ ﻧﺠّﺴﺘﻪ، ﻭﺇﺫﺍ ﻧﺸﺄﺕ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﻤَﻴْﺘَﺔ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺎﺋﻊ ﻛﺪﻭﺩِ ﺧﻞٍ ﻭﻓﺎﻛﻬﺔٍ ﻟﻢ ﺗﻨﺠﺴﻪ ﻗﻄﻌﺎً،
ﻭﻳﺴﺘﺜﻨﻰ ﻣﻊ ﻣﺎ ﺫﻛﺮ ﻫﻨﺎ ﻣﺴﺎﺋﻞ ﻣﺬﻛﻮﺭﺓ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺒﺴﻮﻃﺎﺕ ﺳﺒﻖ ﺑﻌﻀﻬﺎ ﻓﻲ ﻛﺘﺎﺏ ﺍﻟﻄﻬﺎﺭﺓ.
ﻭﺍﻟﺤﻴﻮﺍﻥُ ﻛﻠﻪ ﻃﺎﻫﺮٌ ﺇﻻ ﺍﻟﻜﻠﺐ ﻭﺍﻟﺨﻨﺰﻳﺮ، ﻭﻣﺎ ﺗﻮﻟﺪ ﻣﻨﻬﻤﺎ، ﺃﻭ ﻣﻦ ﺃﺣﺪﻫﻤﺎ ﻣﻊ ﺣﻴﻮﺍﻥ
ﻃﺎﻫﺮٍ ﻭﻋﺒﺎﺭﺗﻪ ﺗﺼﺪﻕ ﺑﻄﻬﺎﺭﺓ ﺍﻟﺪﻭﺩ ﺍﻟﻤﺘﻮﻟﺪ ﻣﻦ ﺍﻟﻨﺠﺎﺳﺔ، ﻭﻫﻮ ﻛﺬﻟﻚ .
.وعظم
الميتة و شعرها نجس الا الأدمي____نعم في الشعر خلاف في أنه ينجس بالموت أم لا وهو
قولان أحدهما لا ينجس لأنه لا تحله الحياة فلا روح فيه فلا ينجس بالموت بدليل أنه
إذا قطع لا يحس ولا يألم____والصوف والوبر والريش كالشعر.كفاية الأخيار ١/١٤ بخلاف
الشعور فإنها لاتحلها الحياة ولهذا لا تحس ولا تألم بالقطع ولنا في شعور غير
المأكول وجه أنها لا تنجس لهذه العلة والله أعلم. كفاية الأخيار ٢/٢٢٩
الإقناع
للشربيني (1/ 29)
(
القول في ما قطع من حي )والجزء المنفصل من الحي كميتة ذلك الحي إن كان طاهرا فطاهر
وإن كان نجسا فنجس لخبر ما قطع من حي فهو كميتته رواه الحاكم وصححه على شرط الشيخين
فالمنفصل من الآدمي أو السمك أو الجراد طاهر ومن غيرها نجس ( إلا شعر ) أو صوف أو
ريش أو وبر المأكول فطاهر بالإجماع ولو نتف منها أو انتتفت قال الله تعالى { ومن
أصوافها وأوبارها وأشعارها أثاثا ومتاعا إلى حين } وهو محمول على ما أخذ بعد
التذكية أو في الحياة على ما هو المعهود ولو شككنا فيما ذكر هل انفصل من طاهر أو
نجس حكمنا بطهارته لأن الأصل الطهارة
LINK ASAL :
www.fb.com/groups/piss.ktb/578639205492225