Oleh KH. Abdullah Afif
وَقَالَ سُلْطَانُ الْعَارِفِ يْنِ الْإِمَامُ جَلَالُ الدِّيْنِ اَلسُّيُوْ طِيُّ قَدَّسَ اللهُ سِرَّهُ وَنَوَّرَ ضَرِيْحَهُ ، فِيْ كِتَابِهِ اَلْمُسَمّ َى بِالوَسَائ ِلِ فِيْ شَرْحِ الشَّمَائِ لِ:
Sulthan ‘Arifin Imam Jalaluddin As-Suyuthi –qaddasall aahu sirrahuu wa nawwara dharihaahu u- dalam kitab beliau yang diber Al- nama “Al Wasaa`il Fii Syarhi Asy-Syamaa `il” berkata
مَا مِنْ بَيْتٍ أَوْ مَسْجِدٍ أَوْ مَحَلَّةٍ قُرِئَ فِيْهِ مَوْلِدُ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَّا حَفَّتِ الْمَلاَئِ كَةُ ذَلِكَ الْبَيْتَ أَوِ الْمَسِجْد َ أَوِ الْمَحَلَّ ةَ، وَصَلَّتِ الْمَلاَئِ كَةُ عَلَى أَهْلِ ذَلِكَ الْمَكَانِ ، وَعَمَّهُم ُ اللهُ تَعَالَى بِالرَّحْم َةِ وَالرِّضْو َانِ، وَأَمَّا الْمُطَوَّ قُوْنَ بِالنُّوْر ِ يَعْنِيْ جِبْرَائِي ْلَ وَمِيْكَائ ِيْلَ وَإِسْرَاف ِيْلَ وَعِزْرَائ ِيْلَ عَلَيْهِمُ السَّلاَمُ فَإِنَّهُم ْ يُصَلُّوْن َ عَلَى مَنْ كَانَ سَبَبًا لِقِرَاءَة ِ مَوْلِدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Tiada dari suatu rumah atau mesjid atau perkemahan yang dibacakan didalamnya Maulid Nabi Shallallah u ‘alaihi wasallam kecuali malaikat mengelilin gi
rumah, mesjid dan kemah tersebut, dan malaikat meminta ampunan dosa
terhadap penghuni tempat tersebut, dan Allah meliputi mereka dengan
rahmat dan keridhaan( -Nya). Dan adapun malaikat yang dikeliling i dengan cahaya yakni Jibril, Mikail, Israfil dan ‘Izrail -‘alaihimu ssalam- maka mereka meminta ampunan dosa terhadap orang-oran g yang menjadi penyebab bagi pembacaan Maulid Nabi Shallallah u ‘alaihi wasallam وَقَالَ أَيْضًا: Dan Beliau juga berkata
مَا مِنْ مُسِلِمٍ قَرَأَ فِي بَيْتِهِ مَوْلِدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَّا رَفَعَ اللهُ سُبْحَانَه ُ وَتَعَالَى الْقَحْطَ وَالْوَبَا ءَ وَالْحَرْق َ وَالْغَرْق َ وَاْلآفَات ِ وَالْبَلِي َّاتِ وَالْبُغْض َ وَالْحَسَد َ وَعَيْنَ السُّوْءِ وَاللُّصُو ْصَ عَنْ أَهْلِ ذَلِكَ الْبَيْتِ، فَإِذَا مَاتَ هَوَّنَ اللهُ عَلَيْهِ جَوَابَ مُنْكَرٍ وَنَكِيْرٍ ، وَيَكُوْنُ فَي مَقْعَدِ صِدْقٍ عِنْدَ مَلِيْكٍ مُقْتَدِرٍ
Tiada dari seorang Islam yang membaca Maulid Nabi shallallah u ‘alaihi wasallam dirumahnya kecuali Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengangkat kemarau, wabah, kebakaran,
karam, penyakit, bala, murka, dengki, mata yang jahat dan pencuri dari
ahli rumah tersebut. Jika orang tersebut meninggal dunia niscaya Allah
memudahkan baginya menjawab pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir, dan adalah tempat duduknya pada tempat yang benar disisi Tuhan yang maha memiliki lagi kuasa
Sumber : Kitab Anni’matul Kubra ‘alal ‘aalam fii Maulidi Sayyidi Waladi Adam halaman 7
Link download Kitab Anni’matul Kubra ‘alal ‘aalam fii Maulidi Sayyidi Waladi Adam
قَالَ عَبْدُ الْوَاحِدِ بْنُ إِسْمَاعِي ْلَ كَانَ بِمِصْرَ رَجُلٌ يَصْنَعُ مَوْلِدًا لِلنَّبِيّ ِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلَّ عَامٍ
Syeikh Abdul Wahid bin Ismail bercerita, bahwa di Mesir dahulu, ada seorang laki-laki yang setiap tahun mengadakan peringatan Maulid Nabi Muhammad shallallaa hu ‘alaihi wasallam.
وَكَانَ إِلَى جَانِبِهِ رَجُلٌ يَهُوْدِيّ ٌ فَقَالَتْ لَهُ زَوْجَةُ الْيَهُوْد ِيِّ مَا بَالُ جَارِنَا الْمُسْلِم ِ
يُنْفِقُ مَالًا جَزِيْلًا فِيْ مِثْلِ هَذَا الشَّهْرِ فَقَالَ لَهَا
زَوْجُهَا إِنَّهُ يَزْعُمُ أَنَّ نَبِيَّهُ قَدْ وُلِدَ فِيْهِ وَهُوَ
يَفْعَلُ ذَلِكَ فَرْحَةً بِهِ وَكَرَامَة ً لِمَوْلِده ِ
Disebelah laki-laki tadi, ada tetanggany a
yang beragama Yahudi, Isteri Yahudi ini berkata kepada suaminya:
“Mengapa, tetangga kita yang muslim itu, setiap bulan ini (Rabi’ul
Awwal) membelanja kan harta yang banyak?” Suami Yahudi itu menjawab: “Itu adalah karena dia beranggapa n bahwa dalam bulan inilah nabinya dilahirkan , dia melakukan hal tersebut karena senang dengan nabinya, dan memuliakan hari kelahirann ya.”
قَالَ فَسَكَتَا ثُمَّ نَامَا لَيْلَتَهُ مَا فَرَأَتْ اِمْرَأَةُ الْيَهُوْد ِيِّ فِي الْمَنَامِ رَجُلًا جَمِيْلا جَلِيْلًا عَلَيْهِ مَهَابَةٌ وَتَبْجِيْ لٌ وَوَقَارٌ قَدْ دَخَلَ بَيْتَ جَارِهِ الْمُسْلِم ِ وَحَوْلَهُ جَمَاعَةٌ مِنْ أَصْحَابِه ِ وَهُمْ يُبَجِّلُو ْنَهُ
وَيُعَظِّم ُوْنَهُ
Syeikh Abdul Wahid bin Ismail melanjutka n ceritanya
Kedua suami isteri pun diam, kemudian keduanya tidur. Dalam
tidurnya, isteri Yahudi itu bermimpi ia melihat ada seorang laki-laki
yang begitu tampan dan agung, berwibawa dan sangat dimuliakan memasuki rumah tetanggany a yang Muslim itu. Dan di kanan kiri laki-laki tersebut ada serombonga n dari sahabatnya . Mereka mengormati dan mengagungk an laki-laki tersebut
فَقَالَتْ لِرَجُلٍ مِنْهُمْ مَنْ هَذَا الرَّجُلُ الْجَمِيْل ُ الْوَجْهِ فَقَالَ لَهَا هَذَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ هَذَا الْمَنْزِل َ لِيُسَّلِم َ عَلَى أَهْلِهِمْ وَيَزُوْرَ هُمْ لِفَرْحِهِ مْ بِهِ فَقَالَتْ لَهُ هَلْ يُكَلِّمُن ِيْ إِذَا كَلَّمْتُه ُ فَقَالَ لَهَا نَعَمْ
Wanita itu pun bertanya kepada pada salah seorang diantara anggota rombongan itu: “Siapa laki-laki yang tampan ini ?”
Orang itu menjelaska n bahwa itulah Rasulullah shallallaa hu ‘alaihi wasallam. Beliau masuk kerumah ini untuk mengucapka n salam kepada penghuni rumah ini dan menemui mereka yang telah menunjukka n rasa suka-cita mereka atas kelahiran beliau.
Wanita Yahudi itu pun berkata lagi, “Maukah orang itu berbicara denganku apabila aku mengajakny a bicara ?”, laki-laki tadi menjawab: “Sudah tentu beliau mau”.
فَأَتَتْ إِلَيْهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ
لَهُ يَا مُحَمَّدُ فَقَالَ لَهَا لَبَّيْكِ فَقَالَتْ لَهُ أَتُجِيْبُ لِمِثْلِيْ بِالتَّلْب ِيَةِ وَأَنَا عَلَى غَيْرِ دِيْنِكَ وَمِنْ أَعْدَائِك َ فَقَالَ لَهَا وَالَّذِيْ بَعَثَنِيْ بِالْحَقِّ
نَبِيًّا مَا أَجَبْتُ نِدَائَكِ حَتَّى عَلِمْتُ أَنَّ اللهَ قَدْ
هَدَاكِ فَقَالَتْ إِنَّكَ لَنَبِيٌّ كَرِيْمٌ، وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ
عَظِيْمٍ، تَعِسَ مَنْ خَالَفَ أَمْرَكَ، وَخَابَ مَنْ جَهِلَ قَدْرَكَ،
اُمْدُدْ يَدَكَ، فَأَنَا أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ،
وَأَنَّكَ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Wanita Yahudi itu pun lantas mendekati Nabi Muhammad dan menyapanya : “Wahai Muhammad !” , lantas Nabi pun menjawab: “LABBAIKI (aku sambut panggilanm u) “.
Wanita itu pun berkata: ” Engkau menjawab orang sepertiku
dengan TALBIYAH, sedangkan aku bukan mengikuti agamamu, dan akupun
termasuk salah satu musuh-musu hmu.”
Nabipun bersabda kepadanya: “Demi Dzat Yang telah mengutusku dengan haq menjadi Nabi, aku tidak menjawab panggilanm u sehingga aku mengerti bahwasanya Allah telah memberi hidayah atasmu.”
Wanita itupun berucap: “Sesungguh nya tuan memang benar seorang Nabi yang mulia yang berpribadi agung, celakalah orang yang menselisih i perintahmu , dan merugilah orang yang tidak mengerti pangkatmu. Ulurkanlah tanganmu, aku bersaksi bahwa Tiada Tuhan selain Allah, dan Engkau adalah Rasulullah , shallallaa hu ‘alaihi wasallam.”
ثُمَّ إِنَّهَا عَاهَدَتِ اللهَ فِيْ سِرِّهَا أَنَّهَـا إِذَا أَصْبَحَـت ْ تَتَصَدَّق ُ بِجَمِيْعِ مَا تَمْلِكُهُ وَتَصْنَعُ مَوْلِدًا لِلنَّبِيّ ِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرْحَةً بِإِسْلَام ِهَا وَشُكْرًا لِلرُّؤْيَ ا الَّتِيْ رَأَتْهَا فِيْ مَنَامِهَا
Dalam hatinya, wanita itu berjanji kepada Allah,bern iat bahwa nanti besok pagi, ia akan bersedekah dengan seluruh harta yang ia miliki dan melaksanak an jamuan untuk memperinga ti Maulid Nabi shallallaa hu ‘alaihi wasallam, sekaligus sebagai perwujudan rasa syukur atas keIslamann ya dan mimpinya malam itu.
فَلَمَّا أَصْبَحَتْ رَأَتْ زَوْجَهَا قَدْ هَيَّأَ الْوَلِيْم َةَ وَهُوَ فِيْ هِمَّةٍ عَظِيْمَةٍ فَتَعَجَّب َتْ مِنْ أَمْرِهِ وَقَالَتْ لَهُ: مَالِيْ أَرَاكَ فِيْ هِمَّةٍ صَالِحَةٍ ؟ فَقَالَ لَهَا: مِنْ أَجْلِ الَّذِيْ أَسْلَمْتِ عَلَى يَدَيْهِ اَلْبَارِح َةَ، فَقَالَتْ لَهُ: مَنْ كَشَفَ لَكَ هَذَا السِّرَّ الْمَصُوْن َ وَمَنْ أَطْلَعَكَ عَلَيْهِ ؟ فَقَالَ اَلَّذِيْ أَسْلَمْتُ بَعْدَكِ عَلَى يَدَيْهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَهُوَ الْمُشَفَّ عُ غَدًا فِيْمَنْ يُصَلِّيْ وَيُسَلِّم ُ عَلَيْهِ
(Akan tetapi, diluar dugaan, begitu bangun pagi) ia melihat suaminya sudah sibuk untuk menyiapkan suatu perjamuan, ia begitu rajin dan serius.
Wanita itupun heran dengan apa yang dilakukan suaminya seraya
berkata: “Ada apa gerangan kulihat engkau begitu sibuk dan bersemanga t pagi ini ? si suami menjawab, “Karena orang yang kau lihat malam tadi, yang mana engkau masuk islam dihadapan beliau.”
Dia bertanya kepada suaminya: “Siapa gerangan yang telah membukakan engkau rahasia ini (ihwal impiannya) dan memperliha tkann
ya kepada engkau ?”
Si suamipun berkata: “Yaitu Nabi Muhammad, yang mana aku masuk Islam setelah engkau dihadapan beliau shallallaa hu ‘alaihi wasallam. Beliaulah Nabi yang ditrerima syafaatnya kelak untuk orang yang bershalawa t dan salam atas beliau.”
Sumber : Kitab Maulid Syeikh Ahmad bin Al Qasim (terkenal dengan
nama Maulid Syaraful Anam) , yang disyarahi oleh Syeikh Nawawi Al Jawi
dengan nama:
Fat_hush Shamad al Alim ‘alaa Maulidisys aikh Ahmad bin al Qasim (halaman 44-46)
LINK ASAL :
Bersambung , Insya Allah