PERTANYAAN
:
Assalamu'alaykum. 'Bila di
satu desa ada banyak masjid yang menyelenggarakan shalat jum'at, apa hukumnya
Shalat I'adah ba'da Jum'at?' Mohon jawabannya plus referensinya ya kalau bisa.
Suwun. Wal Afwu MinkumWassalamu'alaykum. [Noah
Ismaiel].
JAWABAN
:
Wa'alaikumussalam. Hukumnya
wajib mengulang shalat zhuhur setelah shalat jum'at dalam satu desa yang shalat
jum'at lebih dari satu, bila ta'addud jum'at tersebut bukan karena hajat, dan
bila ta'addud tersebut karena hajat maka mengulang shalat zhuhur hukumnya
sunnah. [ Tanwir al quluub hlm 192 ].
I'adah (mengulangi) dengan
melaksanakan sholat dzuhur bagi orang yang berada di desa yang terdapat
ta'addudul jum'at yang di perbolehkan syara' karena ada hajat/sebab sedang ia
tidak tahu masjid mana/tempat di dirikanya sholat jum'at yang mana yang lebih
dahulu takbirnya maka hukum i'adah dengan melaksanakan sholat dzuhur hukumnya di
Sunnahkan. Namun jika tidak ada hajat maka Wajib i'adah dengan melaksanakan
sholat dzuhur.
I'adah dengan melaksanakan
sholat dzuhur bagi orang yang berada di desa yand di perbolehkan ta'addudul
jum'at dan ia tidak mengetahui masjid mana yang takbirnya lebih dahulu maka
hukumnya tidak wajib baginya i'adah/mengulangi dengan melaksanakan sholat dzuhur
namun di sunahkan mengulangi dengan sholat dzuhur.kesunahan i'adah sholat dzuhur
tersebut di sunahkan karena keluar dari khilaf (perbedaan pendapat) mengenai di
larangnya ta'addudul jum'at dalam satu tempat/Desa.
Sedang jika ta'addudul
jum'atnya yang berada dalam satu desa tersebut tanpa adanya hajat yang di
perbolehkan syara' maka wajib baginya untuk sholat dzuhur,sedang bagi orang yang
tidak tahu apakah ta'addudul jum'atnya karena alasan yand di perbolehkan syara'
atau tidak maka wajib baginya i'adah dengan melaksanakan sholat
dzuhur.
(سئل)عمن
يصلي الجمعة فى مصر هذه مع ما فيها من تعدد الجمع وعدم العلم بالسابقة واللاحقة هل
يجب عليه أن يصلي الظهر بعده ليتحقق براءة ذمته أم الجمع الواقعة فيها كلها صحيحة
ولا يجب عليه ذالك؟(فأجاب)بأن الجمع الواقعة فى مصر صحيحة سواء أوقعت معا أم مرتبا
الى أن ينتهي عسر الإجتماع بأمكنة تلك الجمع فلا يجب على أحد من مصليها صلاة الظهر
يومها لكنها تستحب خروجا من خلاف من منع تعدد الجمعة بالبلد وإن عسر الإجتماع فى
مكان فيه ثم الجمع الواقعة بعد انتفاء الحاجة الى التعدد غير صحيحة فيجب على مصليها
ظهر يومها ومن لم يعلم هل جمعته من الصحيحات أو من غيرها وجب عليه ظهر يومها فتاوى
الرملي ج 1 ص 276
Syarat-Syarat
diperbolehkannya Ta'addudul jum'at.
والحاصل
من كلام الأئمة أن أسباب جواز تعددها ثلاثة:ضيق محل الصلاة بحيث لا يسع المجتمعين
لها غالبا,والقتال بين الفئتين بشرطه,وبعد أطراف البلد بأن كان بمحل لايسمع منه
النداء,أو بمحل لو خرج منه بعد الفجر لم يدركها,إذ لا يلزمه السعي اليها إلا بعد
الفجر انتهى بغية المسترشدين ص ٧٩
Adapun sebab-sebab di
perbolehkanya ta'addudul jum'at,antara lain :
1.sempitnya tempat jum'atan
sekiranya tidak muat untuk jama'ah jum'at
2.ada dua kelompok yang
saling bermusuhan (tawuran:misal), yang beraqibat tidak bisa di dirikan jum'atan
hanya pada satu tempat
3.jauhnya tempat jum'atan
sekiranya suara adzan tidak terdengar atau mendatangi tempat jum'atan setelah
fajar ia tidak akan mendapati jum'atanya.karena ia boleh melakukan perjalanan
hanya setelah fajar.
Jika melakukan sholat
dhuhur setelah diselenggarakan sholat Jum'at itu karena ta'addud (jumlah sholat
Jum'at yang diselenggarakan di satu kampung lebih dari satu), maka hukumnya
ditafsil :
1.Apabila bilangan jama'ah
sholat Jum'at kurang dari 40 orang yang memenuhi syarat, maka wajib sholat
dhuhur.
2.Apabila memenuhi
syarat-syarat ta'addud, maka hukumnya sunnat melakukan sholat dhuhur, untuk
menghindarkan diri dari perbedaan pendapat.
بغية
المسترشدين ص 80 ( مسئلة ي ) مَتَى كَمُلَتْ شُرُوْطُ الْجُمُعَةِ بِأَنْ كَانَ
كُلٌّ مِنَ الْأَرْبَعِيْنَ ذَكَرًا حُرًّا مُكَلَّفًا مُسْتَوْطِنًا بِمَحَلِّهَا
لاَ يَنْقُصُ فِيْهَا شَيْئًا مِنْ أَرْكَانِ الصَّلاَةِ وَشُرُوْطِهَا وَلاَ
يَعْتَقِدُهُ سُنَّةً وَلاَ يَلْزَمُهُ الْقَضَاءُ وَلاَ يَبْدِلُ حَرْفًا بِأَخَرَ
وَلاَ يَسْقُطُهُ وَلاَ يَزِيْدُ فِيْهَا مَا يُغَيِّرُ الْمَعْنَي وَلَا يُلْحِنُ
بِمَا يُغَيِّرُهُ وَإِنْ لَمْ يَقْصُرْ فِيْ التَّعَلُّمِ, كَمَا قَالَ ابْنُ
حَجَرَ خِلاَفًا لم ر لَمْ تَجُزْ إِعَادَتُهَا ظُهْرًا بِخِلاَفِ مَا إِذَا وَقَعَ
فِيْ صِحَّتِهَا خِلاَفٌ وَلَوْ فِيْ غَيْرِ الْمَذْهَبِ فَتُسَنُّ إِنْ صَحَّتِ
الظُّهْرُ عِنْدَ ذَالِكَ الْمُخَالِفِ كَكُلِّ صَلاَةٍ وَقَعَ فِيْهَا خِلاَفٌ
غَيْرُ شَادٍ.وَيَلْزَمُ الْعَالِمُ إِذَاَ اسْتُفْتِيَ فِيْ إِقَامَةِ الْجُمْعَةِ
مَعَ نَقْصِ الْعَدَدِ أََنْ يَقُوْلَ مَذْهَبُ الشَّافِعِيِّ لاَ يَجُوْزُ ثُمَّ
إِنْ لَمْ يَتَرَتَّبْ عَلَيْهِ مَفْسَدَةٌ وَلاَ تَسَاهُلٌ جَازَ لَهُ أَنْ
يُرْشِدَ مَنْ أَرَادَ الْعَمَلَ بِالْقَوْلِ الْقَدِيْمِ إِلَيْهِ وَيَجُوْزُ
لِلْإِمَامِ إِلْزَامُ تَارِكِ الْجُمْعَةِ كَفَّارَةً إِنْ رَأَهُ مَصْلَحَةً
وَيُصَرِّفُهَا لِلْفُقَرَاءِ اه وَعِبَارَةُ ك وَإِذَا فَقَدَتْ شُرُوْطُ
الْجُمْعَةِ عِنْدَ الشَّافِعِيِّ لَمْ يَجِبْ فِعْلُهَا بَلْ يَحْرُمُ حِنَئِذٍ
لِأَنَّهُ تَلْبَسُ بِعِبَادَةٍ فَاسِدَةٍ فَلَوْ كَانَ فِيْهِمْ أُمِّيٌّ تَمَّ
الْعَدَدُ بِهِ لَمْ تَصِحَّ وَإِنْ لَمْ يَقْصُرْ فِيْ التَّعَلُّمِ كَماَ فِيْ
التُّحْفَةِ خِلاَفاً لِشَرْحِ الْإِرْشَادِ وم ر بِخِلاَفِ مَا لَوْ كَانُوْا
كُلُّهُمْ أُمِّيِّيْنَ وَالْإِمَامُ قَارِئٌ فَتَصِحَُّ وَإِذَا قَلَّدَ
الشَّافِعِيَّ مَنْ يَقُوْلُ بِصِحَّتِهَا مِنَ الْأَئِمَّةِ مَعَ فَقْدِ بَعْدِ
شُرُوْطِهَا تَقْلِيْدًا صَحِيْحًا مُسْتَجْمِعًا لِشُرُوْطِهِ جَازَ فِعْلُهَا
بَلْ وَجَبَ حِنَئِذٍ ثُمَّ يُسْتَحَبُّ إِعَادَتُهَا ظُهْرًا وَلَوْ مُنْفَرِدًا
خُرُوْجًا مِنْ خِلاَفِ مَنْ مَنَعَهَا إِذِالْحَقُّ أَنَّ الْمُصِيْبَ فِيْ
الْفُرُوْعِ وَاحِدٌ وَالْحَقُّ لاَ يَتَعَدَّدُ فَيَحْتَمِلُ أَنَّ الَّذِيْ
قَلَّدَهُ فِيْ الْجُمُعَةِ غَيْرُ مُصِيْبٍ وَهَذَا كَمَا لَوْ تَعَدَّدَتِ
الْجُمُعَةُ لِلْحَاجَةِ فَإِنَّهُ لِكُلِّ مَنْ لَمْ يَعْلَمْ سَبْقَ جُمُعَتِهِ
أَنْ يُعِيْدَهَا ظُهْرًا, وَكَذَا إِنْ تَعَدَّدَتْ لِغَيْرِ حَاجَةٍ وَشَكَّ فِيْ
الْمَعِيَّةِ فَتَجِبُ إِعَادَتُهَا جُمُعَةً إِذِ الْأَصْلُ عَدَمُ وُقُوْعِ
جُمُعَةٍ مُجْزِئَةٍ وَتُسَنُّ إِعَادَتُهَا ظُهْرًا أَيْضًا إِحْتِيَاطًا _ إِلَي
أَنْ قَالَ – قَدْ صَرَحَ أَئِمَّتُنَا بِنَدْبِ إِعَادَةِ كُلِّ صَلاَةٍ وَقَعَ
خِلاَفٌ فِيْ صِحَّتِهَا وَلَوْ مُنْفَرِدًا, وَمَنْ قَالَ إِنَّ الْجُمُعَةَ لاَ
تُعَادُ ظُهْرًا مُطْلَقًا لِأَنَّ اللهَ تَعَالَى لَمْ يُوْجِبْ سِتَّةَ فُرُوْضٍ
فِيْ الْيَوْمِ وَالليْلَةِ فَقَدْ أَخْطَأَ.أه.
( Masalah Ya' ) "Tatkala
syarat-syarat sholat jum'at sudah sempurna, dengan adanya empat puluh orang
laki-laki merdeka, yag mukallaf, berdomisili ditempatnya, dan masing-masing
tidak mengurangi sedikitpun dari rukun-rukun sholat dan syarat-syaratnya dan
tidak meyakininya sebagai sholat sunah dan tidak mengharuskan meng qodho' sholat
tersebut dan imam tidak mengganti sesuatu huruf dengan yang lain dan tidak
menggugurkannya dan tidak menambah didalam sholat sesuatu yang merubah ma'na dan
tidak melagukan huruf dengan sesuatu yang merubah ma'na meskipun orang mukallaf
tersebut tidak teledor dalam belajar. Sebagaimana pendapat Ibnu Hajar berbeda
dengan pendapat imam Romli. Maka tidak boleh mengulangi sholat jum'at tersebut
dengan sholat dhuhur berbeda dengan apa yang apabila terjadi dalam keabsahan
jum'at sesuatu perbedaan ( pendapat ) meskipun dalam madzhab lain, maka
disunnahkan I'adah jika sholat dzuhur telah sah menurut orang yang bebeda
pendapat tersebut seperti setiap sholat yang terjadi padanya perbedaan pendapat
yang tidak menyimpang. Orang alim apabila dimintai fatwa mengenai pendirian
sholat jum'at beserta kekurangan bilangan jama'ah sholat jum'at harus
mengucapkan : "madzhab Syafi'i tidak membolehkan", kemudian apabila tidak
terjadi padanya suatu kerusakan kerusakan dan bermalas-malasan pada (si alim),
maka boleh baginya untuk memberi petunjuk kepada orang yang ingin mengerjakan
dengan qaul qadim kepadanya dan bagi kepala pemerintahan boleh mengharuskan
orang yang meninggalkan sholat jum'at membayar kifarat jika imam melihatnya
sebagai kemaslahatan ( kebaikan ) dan mentasarufkan hasil kifarat tersebut
kepada orang-orang fakir.
Menurut ibarat syeh
Sulaiman al-Kurdi:"apabila syarat-syarat sholat jum'at itu tidak didapati
menurut madzhab Syafi'i maka tidak wajib mengerjakan sholat jum'at bahkan haram
karena hal itu menjumbokan dengan ibadah yang rusak. Apabila dalam jama'ah
sholat jum'at terdapat orang yang buta huruf al-Qur'an yang menjadi hitungan
kesempurnaan jama'ah jum'at, maka sholat jum'at tersebut tidak sah meskipun
orang yang buta huruf tersebut tidak teledor dalam belajar agama, sebagaimana
keterangan dalam kitab Tuhfah yang berbeda dengan keterangan dalam syarah
al-Irsyad dan imam ar-Romli, berbeda dengan apa yang apabila jama'ah
keseluruhannya adalah orang-orang yang buta huruf al-Qur'an sedang imamnya dapat
membaca al-Qur'an maka sholat jum'ahnya sah jika orang yang yang taklid kepada
imam as-Syafi'i dari para imam berpendapat dengan kebsahannya sholat jum'at
beserta ketiadan sebagian dari syarat-syarat orang jum'at dengan taklid yang
benar yang mengumpulkan syarat-sarat taklid, maka boleh melakukan sholat jum'at
bahkan wajib.
Kemudian disunnahkan
mengulangi sholat jum'at tersebut dengan sholat duhur meskipun sendirian karena
keluar dari berbeda pendapat dengan orang yang melarang sholat jum'at tersebut.
Karena yang benar bahwa apa yang sesuai dalam furu' itu adalah satu dan yang
benar sholat jum'at itu tidak boleh berbilang. Maka dimungkinkan bahwa orang
yang bertaklid kepada imam Syafi'i mengenai sholat jum'at itu adalah tidak
sesuai. Ini adalah sebagaimana apabila sholat jum'at itu berbilang karena hajat,
maka sesungguhnya bagi setiap orang yang tidak mengetahui sholat jum'atnya telah
didahului sholat jum'at yang lain hendaklah mengulangi sholat jum'at tersebut
dengan sholat duhur dan demikian pula apabila sholat jum'at tersebut berbilang
tanpa hajat dan dia ragu-ragu mengenai sholat jum'at yang menyertainya maka
wajib mengulangi sholat jum'at itu dengan sholat jum'at lagi karena hukum asal
adalah meniadakan terjadinya sholat jum'at yang mencukupi syarat dan disunatkan
mengulangi sholat jum'at dengan sholat duhur juga karena berhati-hati…sampai
ucapan pengarang: Para imam kita telah menjelaskan dengan kesunnatan mengulangi
setiap sholat yang dalam keabsahannya terjadi perbedaan pendapat meskipun
sholatnya itu sholat sendirian dan orang yang berpendapat bahwa sesungguhnya
sholat jum'at itu tidak boleh diulangi dengan sholat dhuhur secara mutlak karena
sesungguhnya Allah ta'ala tidak mewajibkan enam kewajiban dalam sehari semalam
maka orang tersebut benar-benar telah berbuat salah.
Apabila tidak memenuhi
syarat-syarat ta'adud, maka di tafsil :
1.Jika takbirotul ihromnya
bersamaan atau diragukan, apakah bersamaan atau ada yang mendahului, maka wajib
mengulangi jum'atan lagi secara bersama-sama selama waktu sholat masih
mencukupi. Jika tidak, maka jama'ah kedua masjid tersebut harus melakukan sholat
dhuhur.
2.Jika takbirotul ihromnya
berurutan, maka jum'atan yang takbirotul ihromnya paling dahulu, hukumnya sah,
dan sunnah i'adah ( mengulangi ) sholat dzuhur. Sedang yang lain batal, dan
wajib melakukan sholat dzuhur.
3.Jika takbirotul ihromnya
ada yang mendahului tapi tidak jelas mana yang lebih dahulu, atau sudah jelas
tetapi lupa, maka semuanya wajib melakukan sholat dzuhur.
Dasar Pengambilan :
- I'anatut tholibin juz II hal. 72-74 :
فَلَوْ
سَبَقَهَا بِهِ جُمُعَةٌ صَحَّتْ الْجُمُعَةُ السَّابِقَةُ لاِجْتِمَاعِ
شَرَائِطِهَا وَالَّاحِقَةُ بَاطِلَةٌ, فَيَجِبُ أَنْ تُصَلَّى ظُهْرًا أَوْ
قَارَنَهَا جُمُعَةٌ أُخْرَى يَقِيْنًا أَوْ شَكًّا بَطَلَتْ الْجُمُعَتَانِ
لِأَنَّ إِبْطَالَ إِحْدَاهُمَا لَيْسَ بِاُوْلَى مِنَ الْأُخْرَى فَوَجَبَ
إِبْطَالُهُمَا.وَلِأَنَّ الْأََصْلَ فِىْ صُوْرَةِ الشَّكِّ عَدَمُ جُمُعَةٍ
مُجْزِئَةٍ، وَتَجِبُ حِيْنَئِذٍ إِسْتِئْنَافُهَا جُمُعَةً إِنْ وَسِعَ الْوَقْتُ
وَ إِلاَّ وَجَبَ أَنْ يُصَلُّوْا ظُهْرًا, فَإِنْ سَبَقَتْ إِحْدَاهُمَا
وَالْتَبَسَتْ بِالْأُخْرى, كَأَنَْ سَمِعَ مَرِيْضَانِ أَوْ مُسَافِرَانِ خَارِجَ
الْمَسْجِدِ تَكْبِيْرَتَيْنِ مَثَلاً فَأََخْبَرَا بِذَالِكَ وَلَمْ يَعْرِفَا
الْمُسْتَقْدِمَةَ مِمَّنْ وَقَعَتْ صَلَّوْا كُلُّهُمْ ظُهْرًا. ( وَالْحَاصِلُ )
لِهَذِهِ الْمَسْئَلَةِ خَمْسَةُ أَحْوَالٍ: اَلْحَالَةُ الْأُوْلَى : أَنْ يَقَعَا
مَعَا, فَيَبْطُلاَنِ فَيَجِبُ أَنْ يَجْتَمِعُوْا وَ يُعِيْدُوْهَا عِنْدَ
اتِّسَاعِ الْوَقْتِ اَلْحَالَةُ الثَّانِيَةُ : أَنْ يَقَعاَ مُرَتِّبًا
فَالسَّابِقَةُ هِيَ الصَّحِيْحَةُ, وَالَّاحِقَةُ بَاطِلَةٌ فَيَجِبُ عَلَى
أَهْلِهَا صَلاَةُ الظُّهْرِ اَلْحَالَةُ الثَّالِثَةُ : أَنْ يُشَكَّ فِىْ
السَّبْقِ وَالْمَعِيَّةِ فَيَجِبُ عَلَيْهِمْ أَنْ يَجْتَمِعُوْا وَ يُعِيْدُوْهَا
جُمُعَةً عِنْدَ اتِّسَاعِ الْوَقْتِ لِأَنَّ الْأَصْلَ عَدَمُ وُقُوْعِ جُمُعَةٍ
مُجْزِئَةٍ فِىْ حَقِّ كُلٍّ مِنْهُمْ. اَلْحَالَةُ الرَّابِعَةُ : أَنْ يُعْلَمَ
السَّبْقُ وَلَمْ تُعْلَمْ عَيْنُ السَّابِقَةِ فَيَجِبُ عَلَيْهِمْ الظُّهْرُ
لِأَنَّهُ لاَ سَبِيْلَ إِلَى إِعَادَةِ الْجُمُعَةِ مَعَ تَيَقُّنِ وُقُوْعِ
جُمُعَةٍ صَحِيْحَةٍ فِىْ نَفْسِ الْأَمْرِ لَكِنْ لَمَّا كَانَتِ الطَّائِفَةُ
الَّتِيْ صَحَّتْ جُمُعَتُهَا غَيْرَ مَعْلُوْمَةٍ وَجَبَ عَلَيْهِمْ الظُّهْرُ.
اَلْحَالَةُ الْخَامِسَةُ: أَنْ يُعْلَمَ السَّبْقُ وَ تُعْلَمَ عَيْنُ
السَّابِقَةِ وَلَكِنْ نُسِيَتْ وَهِيَ كَالْحَالَةِ الرَّابِعَةِ.
Seandainya telah mendahului
suatu sholat jum'at, maka sholat jum'at yang terlebih dahulu sah, karena
terkumpul syarat-syaratnya dan sholat jum'at yang mengikutinya adalah batal maka
wajib dilakukan sholat dzuhur, atau sholat jum'at yang lain berbarengan dengan
sholat jum'at yang pertama secara yakin atau ragu-ragu maka kedua sholat jum'at
tadi batal karena sesungguhnya membatalkan salah satu dari keduanya bukanlah
lebih utama dari membatalkan yang lain sehingga wajib membatalkan keduanya .
Karena yang asal dalam bentuk keraguan adalah ketiadaan sholat jum'at yang
mencukupi. Dan ketika itu wajib memulai lagi sholat jum'at jika waktunya luas,
jika tidak maka mereka wajib sholat dzuhur. jika salah satunya mendahului dan
jumbo dengan sholat jum'at yang lain seperti apabila dua orang yang sakit atau
dua orang musafir yang berada diluar masjid mendengar dua takbirotul ihrom
misalnya dan keduanya memberitahukan hal tersebut sedang keduanya tidak
mengetahui sholat jum'at yang lebih dahulu maka mereka semuanya sholat dhuhur.
Wal hasil untuk masalah ini terdapat lima keadaan: apabila sholat jum'at terjadi
bersama-sama maka keduanya batal sehingga wajib mereka mengulangi sholat jum'at
pada saat waktunya mencukupi.
Apabila kedua sholat itu
terjadi berurutan maka sholat yang mendahului adalah sholat yang sah dan yang
mengikuti adalah batal sehingga wajib bagi jama'ah yang melakukan sholat kedua
melakukan sholat dhuhur. Apabila diragukan mengenai yang mendahului dan yang
mengikuti maka wajib atas mereka untuk berkumpul dan mengulanginya dengan sholat
jum'at pada saat waktunya cukup karena hukum yang asal adalah tidak terjadinya
sesuatu sholat jum'at yang mencukupi bagi hak setiap orang dari mereka. Apabila
diketahui sholat yang mendahului dan tidak diketahui wujud yang mendahului maka
wajib atas mereka melakukan sholat duhur karena sesungguhnya sama sekali tidak
ada jalan untuk mengulangi sholat jum'at beserta keyakinan terjadinya sholat
jum'at yang sah dalam urusan tersebut akan tetapi tatkala kelompok yang sah
sholat jum'atnya tidak diketahui maka wajib atas mereka melakukan sholat dhuhur
Apabila diketahui yang mendahului dan diketahui wujud yang mendahului akan
tetapi lupa maka hal ini seperti keadaan yang keempat. Wallaahu a'lamu
Bishshawaab. [Ghufron
Bkl, Nabilah Az-Zahrah, Ubaid Bin Aziz Hasanan].
LINK DISKUSI :
www.fb.com/groups/piss.ktb/523499944339485