Oleh KH. Abdullah Afif
Dari Kitab Fat_hul Mu’in & I’anatutht halibin juz II halaman 266-267
Dalam kitab Fat_hul Mu’in diterangka n:
وَ ) يَوْمُ ( عَاشُوْرَا ءَ ) وَهُوَ عَاشِرُ الْمُحَرَّ مِ لِأَنَّهُ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَ ةَ كَمَا فِيْ مُسْلِمٍ
Dan disunnahka n mu`akkad berpuasa Asyura.
Asyura ialah hari kesepuluh Muharram.
Karena berpuasa Asyura menghapus tahun yang lewat sebagaiman a dalam shahih Muslim
وَتَاسُوْع َاءَ ) وَهُوَ تَاسِعُهُ لِخَبَرِ مُسْلِمٍ لَئِنْ بَقَيْتُ إِلَى قَابِلٍ لَأَصُوْمَ نَّ التَّاسِعَ
فَمَاتَ قَبْلَهُ
Dan disunnahka n mu`akkad berpuasa Tasu’a.
Tasu`a ialah hari kesembilan Muharram.
Karena khabar Imam Muslim:
“Sungguh jika aku masih hidup hingga tahun depan , sungguh-su ngguh aku akan berpuasa di hari kesembilan .”
Baliau wafat sebelumnya .
وَالْحِكْم َةُ مُخَالَفَة ُ الْيَهُوْد ِ وَمِنْ ثَمَّ سُنَّ لِمَنْ لَمْ يَصُمْهُ صَوْمُ الْحَادِيَ عَشَرَ بَلْ إِنْ صَامَهُ لِخَبَرٍ فِيْهِ
Hikmah berpuasa Tasu’a bersama Asyura adalah menselisih i yahudi.
Oleh karenanya bagi orang yang tidak berpuasa Tasu’a agar berpuasa hari kesebelas, bahkan seandainya dia berpuasa Tasu’a (juga disunnahka n berpuasa hari kesebelas) karena adanya khabar (hadits) didalamnya
وَفِي الْأُمِّ لَا بَأْسَ أَنْ يُفْرِدَهُ
Didalam kitab al Umm (diterangk an) :
Tidak apa-apa menyendiri kan puasa Asyura
وَأَمَّا أَحَادِيْث ُ الْإِكْتِح َالِ وَالْغُسْل ِ وَالتَّطَي ُّبِ فِيْ يَوْمِ عَاشُوْرَا ءَ فَمِنْ وَضْعِ الْكَذَّاب ِيْنَ
Adapun hadits-had its (yang menerangka n) keutamaan bercelak, mandi dan memakai wangi-wang ian, itu adalah termasuk bikinan pendusta
Dalam kitab I’anatutht halibin dijelaskan :
( قَوْلُهُ وَأَمَّا أَحَادِيْث ُ الْإِكْتِح َالِ إِلَخْ )
Ucapan Mushannif:
Adapun hadits-had its (yang menerangka n keutamaan bercelak…d st)
فِي النَّفَحَا تِ النَّبَوِي َّةِ فِي الْفَضَائِ لِ الْعَاشُوْ رِيَّةِ لِلشَّيْخِ اَلْعَدَوِ يِّ مَا نَصُّهُ
Didalam kitab An Nafahat An Nabawiyyah Fil fadha`il Al ‘Asuriyyah karya Syeikh Al ‘Adawi ditulis:
قَالَ الْعَلَّام َةَ اَلْأَجْهُ وْرِيُّ أَمَّا حَدِيْثُ الْكَحْلِ فَقَالَ الْحَاكِمُ إِنَّهُ مُنْكَرٌ وَقَالَ ابْنُ حَجَرٍ إِنَّهُ مَوْضُوْعٌ بَلْ قَالَ بَعْضُ الْحَنَفِي َّةِ إِنَّ الْإِكْتِح َالَ يَوْمَ عَاشُوْرَا ءَ لَمَّا صَارَ عَلَامَةً لِبُغْضِ آلِ الْبَيْتِ وَجَبَ تَرْكُهُ
Al Allamah al Ajhuri berkata: Adapun hadits bercelak, Imam Hakim berkata bahwa itu hadits munkar. Sementara Imam Ibnu Hajar berpendapa t itu hadits maudhu’.
Bahkan sebagian ulama Hanafiyyah berkata, sesungguhn ya bercelak pada hari Asyura, karena menjadi tanda kebencian kepada Alul bait maka wajib ditinggalk an
قَالَ وَقَالَ الْعَلَّام َةُ صَاحِبُ جَمْعِ التَّعَالِ يْقِ يُكْرَهُ الْكَحْلُ يَوْمَ عَاشُوْرَا ءَ لِأَنَّ يَزِيْدَ وَابْنَ زِيَادٍ اِكْتَحَلَ ا بِدَمِ الْحُسَيْن ِ هَذَا الْيَوْمَ وَقِيْلَ بِالْإِثْم ِدِ لِتَقَرَّ عَيْنُهُمَ ا بِفِعْلِهِ
Al Allamah Al ajhuri berkata:
Al Allamah Shahib kitab Jam’utta’a liq berkata: Dimakruhka n
bercelak pada hari Asyura, karena Yazid dan Ibnu Ziyad, mereka berdua
bercelak dengan darah Al Husain pada hari ini (hari Asyura) , ada yang
mengatakan mereka bercelak dengan itsmid, tujuan mereka berdua agar senang melihat perbuatann ya itu
قَالَ الْعَلَّام َةُ اَلْأَجْهُ وْرِيُّ وَلَقَدْ سَأَلْتُ بَعْضَ أَئِمَّةِ الْحَدِيِث ِ وَالْفِقْه ِ عَنِ الْكَحْلِ وَطَبْخِ الْحُبُوْب ِ وَلُبْسِ الْجَدِيْد ِ وَإِظْهَار ِ السُّرُوْر ِ فَقَالَ لَمْ يَرِدْ فِيْهِ حَدِيْثٌ صَحِيْحٌ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَا عَنْ أَحَدٍ مِنَ الصَّحَابَ ةِ وَلَا اِسْتَحَبّ َهُ أَحَدٌ مِنْ أَئِمَّةِ الْمُسْلِم ِيْنَ وَكَذَا مَا قِيْلَ إِنَّهُ مَنْ اِكْتَحَلَ يَوْمَهُ لَمْ يَرْمَدْ ذَلِكَ الْعَامَ
وَمَنْ اِغْتَسَلَ يَوْمَهُ لَمْ يَمْرَضْ كَذَلِكَ
Al Al Allamah Al Ajhuri berkata: Sungguh aku telah bertanya sebagian imam hadits dan fiqh mengenai bercelak, memasak biji-bijia n, memakai pakaian baru, menampakka n kegembiraa n, beliau menjawab: Dalam hal-hal tersebut tidak diriwayatk an hadits yang shahih dari Nabi shallallaa hu alaihi wasallam, dan juga tidak dari para shahabat, dan juga tidak ada satupun imam-imam muslimin yang menyunnahk annya.
Demikian juga apa yang dikatakan:
“Barang siapa bercelak pada hari Asyura maka tidak akan sakit matanya”
dan:
"Barang siapa mandi pada hari Asyura maka dia tidak akan sakit”
قَالَ وَحَاصِلُه ُ أَنَّ مَا وَرَدَ مِنْ فِعْلِ عَشْرِ خِصَالٍ يَوْمَ عَاشُوْرَا ءَ لَمْ يَصِحَّ فِيْهَا إِلَّا حَدِيْثُ الصِّيَامِ وَالتَّوْس ِعَةِ عَلَى الْعِيَالِ وَأَمَّا بَاقِي الْخِصَالِ الثَّمَانِ يَةِ فَمِنْهَا مَا هُوَ ضَعِيْفٌ وَمِنْهَا مَا هُوَ مُنْكَرٌ مَوْضُوْعٌ
وَقَدْ عَدَّهَا بَعْضُهُمْ اِثْنَتَيْ عَشْرَةَ خَصْلَةً وَهِيَ اَلصَّلَاة ُ وَالصَّوْم ُ وَصِلَةُ الرَّحِمِ وَالصَّدَق َةُ وَالْإِغْت ِسَالُ وَالْإِكْت ِحَالُ وَزِيَارَة ُ عَالِمٍ وَعِيَادَة ُ مَرِيْضٍ وَمَسْحُ رَأْسِ الْيَتِيْم ِ وَالتَّوْس ِعَةُ عَلَى الْعِيَالِ وَتَقْلِيْ مُ الْأَظْفَا رِ وَقِرَاءَة ُ سُوْرَةِ الْإِخْلَا صِ أَلْفَ مَرَّةٍ
Al Allamah Al Ajhuri berkata:
Walhasil, apa yang diriwayatk an berupa amalan sepuluh macam pada hari Asyura tidak ada yang shahih kecuali hadits berpuasa dan memberi kelonggara n atas keluarga.
Adapun yang lainnya ada yang dhaif. Munkar dan maudhu’.
Ulama menghitung nya menjadi dua belas macam, yaitu:
1. Shalat
2. Berpuasa
3.Silaturr ahim
4. Bersedekah
5. Mandi
6. Bercelak
7. Mengunjung i orang alim
8. Menjenguk orang sakit
9. Mengusap kepala anak yatim
10. Memberi kelonggara n atas keluarga
11. Memotong kuku
12. Membaca surat Al Ikhlash seribu kali
Link kitab fat_hul Mu’in:
http:// islamport.c om/d/2/ shf/1/29/ 2017.html (2/301)
Link kitab I’anatutht halibin:
http:// islamport.c om/d/2/ shf/1/2/ 185.html
وَ ) يَوْمُ ( عَاشُوْرَا
Dan disunnahka
Asyura ialah hari kesepuluh Muharram.
Karena berpuasa Asyura menghapus tahun yang lewat sebagaiman
وَتَاسُوْع
فَمَاتَ قَبْلَهُ
Dan disunnahka
Tasu`a ialah hari kesembilan
Karena khabar Imam Muslim:
“Sungguh jika aku masih hidup hingga tahun depan , sungguh-su
Baliau wafat sebelumnya
وَالْحِكْم
Hikmah berpuasa Tasu’a bersama Asyura adalah menselisih
Oleh karenanya bagi orang yang tidak berpuasa Tasu’a agar berpuasa hari kesebelas,
وَفِي الْأُمِّ لَا بَأْسَ أَنْ يُفْرِدَهُ
Didalam kitab al Umm (diterangk
Tidak apa-apa menyendiri
وَأَمَّا أَحَادِيْث
Adapun hadits-had
Dalam kitab I’anatutht
( قَوْلُهُ وَأَمَّا أَحَادِيْث
Ucapan Mushannif:
Adapun hadits-had
فِي النَّفَحَا
Didalam kitab An Nafahat An Nabawiyyah
قَالَ الْعَلَّام
Al Allamah al Ajhuri berkata: Adapun hadits bercelak, Imam Hakim berkata bahwa itu hadits munkar. Sementara Imam Ibnu Hajar berpendapa
Bahkan sebagian ulama Hanafiyyah
قَالَ وَقَالَ الْعَلَّام
Al Allamah Al ajhuri berkata:
Al Allamah Shahib kitab Jam’utta’a
قَالَ الْعَلَّام
وَمَنْ اِغْتَسَلَ
Al Al Allamah Al Ajhuri berkata: Sungguh aku telah bertanya sebagian imam hadits dan fiqh mengenai bercelak, memasak biji-bijia
Demikian juga apa yang dikatakan:
“Barang siapa bercelak pada hari Asyura maka tidak akan sakit matanya”
dan:
"Barang siapa mandi pada hari Asyura maka dia tidak akan sakit”
قَالَ وَحَاصِلُه
وَقَدْ عَدَّهَا بَعْضُهُمْ
Al Allamah Al Ajhuri berkata:
Walhasil, apa yang diriwayatk
Adapun yang lainnya ada yang dhaif. Munkar dan maudhu’.
Ulama menghitung
1. Shalat
2. Berpuasa
3.Silaturr
4. Bersedekah
5. Mandi
6. Bercelak
7. Mengunjung
8. Menjenguk orang sakit
9. Mengusap kepala anak yatim
10. Memberi kelonggara
11. Memotong kuku
12. Membaca surat Al Ikhlash seribu kali
Link kitab fat_hul Mu’in:
http://
Link kitab I’anatutht
http://
Bersambung , insya Allah