Oleh Mael Ismail Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah - KTB (PISS-KTB)
Senang sekali ketika berada di Tanah Suci Makkah, saya bisa berjumpa dengan Bapak H. Mufti Abu Yazid. Beliau yang merupakan salah seorang rohaniawan RS. dr. Sardjito, saya kenal sejak almarhum Simbah KH. Ali Maksum beberapa kali dirawat di sana. Beliau juga antara yang ikut merawat jenazah almarhum Ayahanda, H. Muhammad Hasbullah Abdus-Syakur.
Perjumpaan saya dengan beliau di Makkah berlangsung dua kali. Hebatnya, selama perbincangan berlangsung, setiap kali menyebut atau mengingat almarhum Mbah Ali, beliau mesti terisak, meneteskan air mata, mengingat kenangan petuah-petuah yang sempat diajarkan.
Saya tidak tahu pasti, apakah beliau masih berstatus sebagai rohaniawan di RS. Sardjito atau sudah pensiun. Yang pasti, saat ini beliau adalah pimpinan Yayasan Bunga Selasih Yogyakarta, sebuah yayasan yang concern di bidang perawatan jenazah. Yayasan ini sekarang sedang berusaha mewujudkan cita-cita luhurnya, yaitu memiliki tanah pekuburan khusus bagi kaum muslimin di Yogyakarta. Pak Mufti di samping itu masih mengajar di Universitas Islam Indonesia (UII) dan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Alma Ata, milik Paklik saya, Prof. Hamam Hadi.
Beliau begitu bersemangat berbicara tentang perawatan jenazah manakala saya matur bahwa saya adalah salah seorang anggota tim tidak resmi yang sering ikut membantu KH. Zainal Abidin Munawwir merawat jenazah bila ada anggota keluarga Krapyak yang meninggal dunia. Berikut antara tips-tips singkat perawatan jenazah yang beliau ajarkan kepada saya. Semoga bermanfaat.
Jenazah Kaku
- Apabila ada jenazah dengan posisi kaki bengkok, alias tidak lurus, maka meluruskannya adalah dengan cara dipijat pelan-pelan dan diolesi cuka dan spritus.
- Apabila otot-otot jenazah ada yang sudah kaku, maka cara melenturkannya adalah dua jempol kakinya dipencet dan kemudian ditarik kuat-kuat secara bersamaan.
- Apabila mata jenazah masih terbuka atau melotot, maka cara menutupnya adalah bagian lengan bawah tangan (Jawa: kucing lengen) dipencet pelan-pelan, sambil kelopak matanya coba diusap-usap dipejamkan.
Menguburkan Jenazah
- Antara praktek memasukkan jenazah yang seringkali keliru adalah tubuh jenazah dimasukkan secara bersama-sama. Menurut beliau, sesuai dengan hadits, memasukkan jenazah ke liang lahat semestinya dari bagian kepala dulu, baru bagian bawahnya.
- Semestinya jenazah diletakkan dengan posisi agak miring menghadap ke arah Barat Laut, sebagaimana arah kiblat bagi orang Indonesia ketika sholat, bukan persis ke arah Barat.
- Untuk diketahui, beberapa jam sesudah wafat, tubuh mayit biasanya mengembang dan membesar, bahkan hingga dua kali besar tubuhnya. Tradisi kita dalam menguburkan mayit sudah sangat baik, dengan meletakkan mayit di atas tanah dan meletakkan kayu di atas liang kuburnya. Sesudah itu baru dipenuhi tanah hingga bagian atas kuburan. Tanah yang ada di bawah tubuh mayit akan segera menyerap tubuhnya. Beda kalo mayit diletakkan dalam peti, pasti penyerapannya akan lama, karena di dalam peti biasanya diberi plastik.
Wallahu a’lamu bis-shawab.
H. Hilmi Muhammad
Pengasuh Pondok Pesantren Krapyak
Senang sekali ketika berada di Tanah Suci Makkah, saya bisa berjumpa dengan Bapak H. Mufti Abu Yazid. Beliau yang merupakan salah seorang rohaniawan RS. dr. Sardjito, saya kenal sejak almarhum Simbah KH. Ali Maksum beberapa kali dirawat di sana. Beliau juga antara yang ikut merawat jenazah almarhum Ayahanda, H. Muhammad Hasbullah Abdus-Syakur.
Perjumpaan saya dengan beliau di Makkah berlangsung dua kali. Hebatnya, selama perbincangan berlangsung, setiap kali menyebut atau mengingat almarhum Mbah Ali, beliau mesti terisak, meneteskan air mata, mengingat kenangan petuah-petuah yang sempat diajarkan.
Saya tidak tahu pasti, apakah beliau masih berstatus sebagai rohaniawan di RS. Sardjito atau sudah pensiun. Yang pasti, saat ini beliau adalah pimpinan Yayasan Bunga Selasih Yogyakarta, sebuah yayasan yang concern di bidang perawatan jenazah. Yayasan ini sekarang sedang berusaha mewujudkan cita-cita luhurnya, yaitu memiliki tanah pekuburan khusus bagi kaum muslimin di Yogyakarta. Pak Mufti di samping itu masih mengajar di Universitas Islam Indonesia (UII) dan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Alma Ata, milik Paklik saya, Prof. Hamam Hadi.
Beliau begitu bersemangat berbicara tentang perawatan jenazah manakala saya matur bahwa saya adalah salah seorang anggota tim tidak resmi yang sering ikut membantu KH. Zainal Abidin Munawwir merawat jenazah bila ada anggota keluarga Krapyak yang meninggal dunia. Berikut antara tips-tips singkat perawatan jenazah yang beliau ajarkan kepada saya. Semoga bermanfaat.
Jenazah Kaku
- Apabila ada jenazah dengan posisi kaki bengkok, alias tidak lurus, maka meluruskannya adalah dengan cara dipijat pelan-pelan dan diolesi cuka dan spritus.
- Apabila otot-otot jenazah ada yang sudah kaku, maka cara melenturkannya adalah dua jempol kakinya dipencet dan kemudian ditarik kuat-kuat secara bersamaan.
- Apabila mata jenazah masih terbuka atau melotot, maka cara menutupnya adalah bagian lengan bawah tangan (Jawa: kucing lengen) dipencet pelan-pelan, sambil kelopak matanya coba diusap-usap dipejamkan.
Menguburkan Jenazah
- Antara praktek memasukkan jenazah yang seringkali keliru adalah tubuh jenazah dimasukkan secara bersama-sama. Menurut beliau, sesuai dengan hadits, memasukkan jenazah ke liang lahat semestinya dari bagian kepala dulu, baru bagian bawahnya.
- Semestinya jenazah diletakkan dengan posisi agak miring menghadap ke arah Barat Laut, sebagaimana arah kiblat bagi orang Indonesia ketika sholat, bukan persis ke arah Barat.
- Untuk diketahui, beberapa jam sesudah wafat, tubuh mayit biasanya mengembang dan membesar, bahkan hingga dua kali besar tubuhnya. Tradisi kita dalam menguburkan mayit sudah sangat baik, dengan meletakkan mayit di atas tanah dan meletakkan kayu di atas liang kuburnya. Sesudah itu baru dipenuhi tanah hingga bagian atas kuburan. Tanah yang ada di bawah tubuh mayit akan segera menyerap tubuhnya. Beda kalo mayit diletakkan dalam peti, pasti penyerapannya akan lama, karena di dalam peti biasanya diberi plastik.
Wallahu a’lamu bis-shawab.
H. Hilmi Muhammad
Pengasuh Pondok Pesantren Krapyak