oleh Zon Jonggol
Ajaran Wahabi
Syaikh Ahmad bin Muhammad al-Amin bin Ahmad Asy-Syinqi thi dalam bukunya Majalis Ma’a Fadhilah asy-Syaikh Muhammad al-Amin al-Jakna Asy-Syinqi thi’ menuliskan bahwa Syaikh Muhammad al-Amin al-Jakna asy-Syinqi thi pernah mengatakan dihadapan mufti kerajaan dinasti Saudi, “Siapa yang mengabarka nmu bahwa Nabi yang diutus kepadaku dan yang wajib aku imani bernama Muhammad bin Abdul Wahhab?!! Sesungguhn ya Nabi yang diutus kepadaku dan yang wajib aku imani namanya Muhammad bin Abdullah, yang dilahirkan di Makkah bukan dilahirkan di Huraimla, dikubur di Madinah bukan dikubur di Dir’iyyah, dia datang dengan membawa kitab namanya al-Qur’an, dan al-Qur’an itu aku bawa diantara dua lempengku. Dialah yang wajib diimani“.
Penamaan Wahabi hanyalah semata-sem ata untuk membedakan antara pendapat atau ajaran ulama Muhammad bin Abdul Wahhab dengan ajaran Nabi Muhammad Rasulullah shallallah u alaihi wasallam
Contoh lainnya, pendapat Imam Ahmad bin Hanbal, kita sepakati dinamakan sebagai mazhab Hambali karena hal itu adalah hasil ijtihad dan istinbat beliau dalam perkara fiqih berdasarka n sumber ijtihad yang dimilikiny a seperti hafalan hadits yang melebihi jumlah hadits yang telah dibukukan pada zaman kini dan kompetensi nya dalam memahami Al Qur'an dan As Sunnah yang diakui oleh jumhur ulama sebagai salah satu Imam Mujtahid Mutlak
Lalu , apakah pemahaman atau ajaran Muhammad bin Abdul Wahhab menyimpang dari Al Qur'an dan As Sunnah ?
Permasalah annya adalah ulama Muhammad bin Abdul Wahhab oleh jumhur ulama tidak diakui kompetensi nya sebagai Imam Mujtahid Mutlak
Ditengarai beliau hanya mendapatka n hadits dari membaca hadits-had its yang telah dibukukan saja bukan mendapatka n
hadits dari ahli hadits yang memiliki ilmu riwayah dan dirayah dari
para perawi hadits. Jumlah hadits yang telah dibukukan hanyalah
sebagian kecil dari jumlah hadits yang diterima dan dihafal oleh Imam
Mazhab yang empat sehingga tidak cukup sebagai sumber ijtihad dan
istinbat.
Selain itu ditengarai beliau memahami Al Qur'an dam As Sunnah lebih bersandark an dengan muthola’ah (menelaah) kitab secara otodidak di balik perpustaka an dengan pemahaman beliau sendiri berdasarka n makna dzahir/ harfiah/ tertulis/ tersurat atau memahami dengan metodologi “terjemahk an saja” dari sudut arti bahasa (lughot) dan istiah (terminolo gi) saja
Ulama Muhammad bin Abdul Wahhab diketahui tidak mau mempelajar i ilmu fiqih sebagaiman a informasi yang disampaika n oleh ulama madzhab Hanbali, al-Imam Muhammad bin Abdullah bin Humaid al-Najdi berkata dalam kitabnya al-Suhub al-Wabilah ‘ala Dharaih al-Hanabil ah ketika menulis biografi Syaikh Abdul Wahhab, ayah pendiri Wahhabi, sebagai berikut:
عَبْدُ الْوَهَّاب ِ بْنُ سُلَيْمَان َ التَّمِيْم ِيُّ النَّجْدِي ُّ وَهُوَ وَالِدُ صَاحِبِ الدَّعْوَة ِ الَّتِيْ انْتَشَرَش َرَرُهَا فِي اْلأَفَاقِ لَكِنْ بَيْنَهُمَ ا تَبَايُنٌ مَعَ أَنَّ مُحَمَّدًا لَمْ يَتَظَاهَر ْ بِالدَّعْو َةِ إِلاَّ بَعْدَمَوْ تِ وَالِدِهِ وَأَخْبَرَ نِيْ بَعْضُ مَنْ لَقِيْتُهُ عَنْ بَعْضِ أَهْلِ الْعِلْمِ عَمَّنْ عَاصَرَ الشَّيْخَ عَبْدَالْو َهَّابِ هَذَا أَنَّهُ كَانَ غَاضِبًا عَلىَ وَلَدِهِ مُحَمَّدٍ لِكَوْنِهِ لَمْ يَرْضَ أَنْ يَشْتَغِلَ بِالْفِقْه ِكَأَسْلاَ فِهِ وَأَهْلِ جِهَتِهِ وَيَتَفَرّ َسُ فِيْه أَنَّهُ يَحْدُثُ مِنْهُ أَمْرٌ .فَكَانَ يَقُوْلُ لِلنَّاسِ: يَا مَا تَرَوْنَ مِنْ مُحَمَّدٍ مِنَ الشَّرِّ فَقَدَّرَ اللهُ أَنْ صَارَ مَاصَارَ
(ابن حميد النجدي، السحب الوابلة على ضرائح الحنابلة، ٢٧٥).
“Abdul Wahhab bin Sulaiman al-Tamimi al-Najdi, adalah ayah pembawa dakwah Wahhabiyah , yang percikan apinya telah tersebar di berbagai penjuru. Akan tetapi antara keduanya terdapat perbedaan. Padahal Muhammad (pendiri Wahhabi) tidak terang-ter angan berdakwah kecuali setelah meninggaln ya sang ayah. Sebagian ulama yang aku jumpai menginform asikan
kepadaku, dari orang yang semasa dengan Syaikh Abdul Wahhab ini, bahwa
beliau sangat murka kepada anaknya, karena ia tidak suka belajar ilmu
fiqih seperti para pendahulu dan orang-oran g di daerahnya. Sang ayah selalu berfirasat tidak baik tentang anaknya pada masa yang akan datang. Beliau selalu berkata kepada masyarakat , “Hati-hati , kalian akan menemukan keburukan dari Muhammad.” Sampai akhirnya takdir Allah benar-bena r terjadi.” (Ibn Humaid al-Najdi, al-Suhub al-Wabilah ‘ala Dharaih al-Hanabil ah, hal. 275).
Dalam kitab al-Durar al-Saniyya h fi al-Ajwibat al-Najdiyy ah, kumpulan fatwa-fatw a ulama Wahhabi sejak masa pendirinya , yang di-tahqiq oleh Ulama Abdurrahma n bin Muhammad bin Qasim, ulama Wahhabi kontempore r, ada pernyataan ulama Muhammad bin Abdul Wahhab, bahwa ilmu fiqih dan kitab-kita b fiqih madzhab empat yang diajarkan oleh para ulama adalah ilmu syirik, sedangkan para ulama yang menyusunny a adalah syetan-sye tan manusia dan jin. (Al-Durar al-Saniyya h, juz 3 hal. 56).
Padahal untuk memahami Al Qur’an dan As Sunnah, tidak cukup dengan arti bahasa. Diperlukan kompetensi menguasai alat bahasa seperti Nahwu, Shorof, Balaghoh (ma’ani, bayan dan badi’).
Apalagi jika ingin menetapkan hukum-huku m syara’ bedasarkan dalil syar’i diperlukan penguasaan ilmu ushul fiqih. Penjelasan tentang hal ini telah disampaika n dalam tulisan pada http:// mutiarazuhu d.wordpres s.com/ 2012/10/07/ tak-cukup-a rti-bahasa /
Ilmu fiqh adalah hukum yang terinci pada setiap perbuatan manusia, baik halal, haram, makruh atau wajib beserta dalilnya masing-mas ing.
Adapun pengertian ‘ashl’ (jamaknya: ‘ushul’) menurut etimologi adalah dasar (fundamen) yang diatasnya dibangun sesuatu. Pengertian ini sama dengan pengertian ushul secara terminolog i, karena ushul fiqh menurut terminolog i adalah “dasar yang dijadikan pijakan oleh ilmu fiqh”.
Oleh karena itu Syeikh Kamaluddin ibn Himam di dalam Tahrir memberikan defenisi ushul fiqh: “ushul fiqh adalah pengertian tentang kaidah-kai dah yang dijadikan sarana (alat) untuk menggali hukum-huku m fiqh”. Atau dengan kata lain, ushul fiqh adalah kaidah-kai dah yang menjelaska n tentang cara (methode) pengambila n (penggalia n) hukum-huku m yang berkaitan dengan perbuatan manusia dari dalil-dali l syar’i. Sebagai contoh, ushul fiqh mnenetapka n, bahwa perintah (amar) itu menunjukka n hukum wajib, dan larangan (nahi) menunjukka n hukum haram dan lain lain.
Jadi Ushul Fiqh adalah pendekatan metodologi yang harus diikuti dalam penafsiran teks, atau dengan redaksi lain, Ushul Fiqh adalah tata bahasa dan ilmu pengetahua n yang harus diikuti dalam upaya menggali hukum dari sumber-sum bernya. Atau menjelaska n sumber-sum ber hukum fiqh yang sudah mendapatka n legitimasi syari’at seperti Al-Quran, Sunnah, konsensus, analogi, dan seterusnya .
Untuk memahami hukum bersumber dari Al Quran dan As Sunnah maka harus betul betul memahami gaya bahasa (uslub) yang ada dalam bahasa Arab dan cara penunjukka n lafazh nash kepada artinya. Para ulama ahli ushul fiqih mengarahka n perhatian mereka kepada penelitian terhadap uslub-uslu b dan ibarat-iba rat bahasa Arab yang lazim dipergunak an oleh sastrawan- sastrawan Arab dalam menggubah syair dan menyusun prosa. Dari penelitian ini, mereka menyusun kaidah-kai dah dan ketentuan- ketentuan yang dapat dipergunak an untuk memahami nash-nash syari’at secara benar sesuai dengan pemahaman orang Arab sendiri yang nash itu diturunkan dalam bahasa mereka.
Kompetensi yang dibutuhkan untuk dapat menggali sendiri dari Al Qur’an dan As Sunnah seperti
a. Mengetahui dan menguasai bahasa arab sedalam-da lamnya, karena al-Quran dan as-sunnah diturunkan Allah dan disampaika n Rasulullah Shallallah u ‘Alaihi Wasallam dalam bahasa Arab yang fushahah dan balaghah yang bermutu tinggi, pengertian nya luas dan dalam, mengandung hukum yang harus diterima. Yang perlu diketahui dan dikuasainy a bukan hanya arti bahasa tetapi juga ilmu-ilmu yang bersangkut an dengan bahasa arab itu seumpama nahwu, sharaf, balaghah (ma’ani, bayan dan badi’).
b. Mengetahui
dan menguasai ilmu ushul fiqh, sebab kalau tidak, bagaimana mungkin
menggali hukum secara baik dan benar dari al-Quran dan as-Sunnah
padahal tidak menguasai sifat lafad-lafa d
dalam al-Quran dan as-Sunnah itu yang beraneka ragam seperti ada
lafadz nash, ada lafadz dlahir, ada lafadz mijmal, ada lafadz bayan,
ada lafadz muawwal, ada yang umum, ada yang khusus, ada yang mutlaq,
ada yang muqoyyad, ada majaz, ada lafadz kinayah selain lafadz hakikat.
Semua itu masing-mas ing mempengaru hi hukum-huku m yang terkandung di dalamnya.
c. Mengetahui dan menguasai dalil ‘aqli penyelaras dalil naqli terutama dalam masalah-ma salah yaqiniyah qath’iyah.
d. Mengetahui yang nasikh dan yang mansukh dan mengetahui asbab an-nuzul dan asbab al-wurud, mengetahui yang mutawatir dan yang ahad, baik dalam al-Quran maupun dalam as-Sunnah. Mengetahui yang sahih dan yang lainnya dan mengetahui para rawi as-Sunnah.
e. Mengetahui ilmu-ilmu yang lainnya yang berhubunga n dengan tata cara menggali hukum dari al-Quran dan as-Sunnah.
Bagi yang tidak memiliki sanad ilmu dan kompetensi
di atas maka termasuk orang awam (bukan ahli istidlal) sehingga tidak
ada jalan lain kecuali taqlid kepada imam mujtahid yang dapat
dipertangg ungjawabka n kemampuann ya.
Diantara para mujtahid yang madzhabnya mudawwan adalah empat imam mujtahid, yaitu:
- Imam Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit;
- Imam Malik bin Anas;
- Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi’ i ; dan
- Imam Ahmad bin Hanbal.
Jadi bermazhab adalah sebuah kebutuhan bagi kaum muslim yang tidak lagi bertemu dengan Salafush Sholeh.
Suatu ketika Rasulullah shallallah u alaihi wasallam mengadu kepada Tuhan: “Aku akan meninggalk an dunia ini, Aku akan meninggalk an umatku. Siapakah yang akan menuntun mereka setelahku? Bagaimana nasib mereka sesudahku?”
Allah ta’ala lalu menurunkan firman-Nya :
walaqad atainaaka sab’an mina almatsaani i wal wur’aana al’azhiima (QS Al Hijr [15] : 87)
“Kami telah mengarunia kanmu Assab’ul-m atsani dan al-Qur’an yang agung..” (Q.S. 15:87)
Assab’ul-m atsani dan al-Qur’an, dua pegangan yang menyelamat kan kita dari kesesatan, dua perkara yang telah membuat Rasulullah shallallah u alaihi wasallam tenang meninggalk an umat.
Al Qur’an kita telah mengetahui nya lalu apakah yang dimaksud dengan Assab’ul-m atsani ?
“Sab’an minal-mats ani” terdiri dari tiga kata; Sab’an, Min dan al-Matsani . Sab’an berarti tujuh. Min berarti dari. Sementara al-Matsani adalah bentuk jama’ dari Matsna yang artinya dua-dua. Dengan demikian maka Matsani berarti empat-empa t (berkelomp ok-kelompo k, setiap kelompok terdiri dari empat).
Dalam sebuah hadits Rasul menyebutka n bahwa Assab’ul-m atsani itu adalah surat Fatihah. Itu benar, namun yang dimaksud oleh hadits tersebut adalah bahwasanya Assab’ul-m atsani (tujuh kelompok) itu telah diisyaratk an oleh salah satu ayat dalam surat Fatihah, tepatnya pada firman-Nya :
” اهدنا الصراط المستقيم صراط الذين أنعمت عليهم “
“Ya Allah, tunjukilah kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang-oran g yang Engkau karuniai nikmat“. (QS Al Fatihah [1]:6-7)
Mereka itulah Assba’ul-m atsani, sebagaiman a firman Allah :
” الذين أنعم الله عليهم من النبيين والصديقين والشهداء والصالحين وحسن أولئك رفيقا “
“Orang-ora ng yang dikaruniai nikmat oleh Allah adalah: Para nabi, para shiddiqin, para syuhada’ dan orang-oran g shalih, mereka itulah sebaik-bai k teman“. (QS An Nisaa [4]: 69)
Mereka itulah Assab’ul-m atsani yakni orang-oran g yang telah dikaruniai
nikmat oleh Allah ta’ala sehingga berada pada jalan yang lurus dan
menjadi seorang penunjuk yang patut untuk diikuti dalam memahami kitab
petunjuk (Al Qur’an) sehingga menyelamat kan kita dari kesesatan serta menghantar kan kita mencapai kebahagian dunia dan akhirat
Imam Mazhab yang empat adalah termasuk Assab’ul-m atsani yang menghantar kan kepada kebahagiaa n dunia dan akhirat, sebagaiman a pula telah disampaika n dalam tulisan pada http:// mutiarazuhu d.wordpres s.com/ 2012/09/17/ seorang-pen unjuk
Sedangkan Assab’ul-m atsani lainnya telah disampaika n dalam tulisan pada http:// mutiarazuhu d.wordpres s.com/ 2012/09/16/ yang-dikaru niai-nikma tnya/
Ulama besar Syria, DR. Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthi telah berdialog dengan ulama Al Albani yang merupakan pengikut ajaran Wahabi untuk mengetahui “pemahaman ” ulama Al Albani langsung dari lisannya. Akhirnya kesimpulan Syaikh al Buthi dituangkan dalam buku berjudul Al-Laa Mazhabiyah , Akhtharu Bid’atin Tuhaddidu As-Syariah Al-Islamiy ah. Kalau kita terjemahka n secara bebas, kira-kira makna judul itu adalah : Paham Anti Mazhab, Bid’ah Paling Gawat Yang Menghancur kan Syariat Islam. Selengkapn ya dalam tulisan pada http:// mutiarazuhu d.wordpres s.com/ 2012/10/13/ bukan-ahli- istidlal/ dan http:// mutiarazuhu d.wordpres s.com/ 2011/01/18/ paham-anti- mazhab/
Lalu kenapa penguasa kerajaan dinasti Saudi mengikuti ajaran Wahabi dan menjadi landasan kurikulum pendidikan mereka ?
Kita tidak pernah tahu apa dibalik kebijakan penguasa kerajaan dinasti Saudi untuk mengikuti ajaran Wahabi. Berdasarka n riwayat berdirinya kerajaan dinasti Saudi, Kementeria n Persemakmu ran turun tangan dengan melobi Muhammad bin Sa’ud, emir Dir’iyah agar mau melindungi dan bergabung dengan Muhammad bin Abdul Wahab. Muhammad bin Sa’ud setuju. Maka terjalinla h kerja sama yang saling menguntung kan
antara Amir Dir’iyah itu dengan Muhammad bin Abdul Wahab, sehingga
dalam sekejap mata Muhammad bin Abdul Wahab mendapat pengikut yang amat
banyak, dan pada 1738 Masehi, sekte Wahabi dimaklumka n (dideklara sikan).
Berkat Inggris, kekuasaan Muhammad bin Sa’ud sebagai seorang emir, meluas. Bahkan kemudian, pada 1744 Masehi, menjadi sebuah negara yang saat ini kita kenal dengan nama Saudi Arabia (nama ini diambil dari nama keluarga Muhammad bin Sa’ud, yakni Ali Sa’ud yang berarti keluarga Saudi).
Dir’iyah dijadikan sebagai ibukotanya , dan Muhammad Sa’ud menjadi emir (penguasa) -nya. Sedang Muhammad bin Abdul Wahab diangkat sebagai imamnya.
Berdasarka n kitab Tarikh Ali Sa’ud karya Ustadz Nashir as-Sa’id diketahui kalau Muhammad bin Sa’ud dapat dilobi Kementeria n Persemakmu ran,
karena keluarga Muhammad bin Sa’ud berdarah Yahudi Arab, dan kita
tahu Inggris termasuk salah satu negara di dunia yang dikuasai Yahudi
melalui Zionis Internasio nal dengan Freemasonr y sebagai salah satu anasirnya.
Ada dua keuntungan yang didapat Inggris dari peristiwa ini. Pertama, berhasil mendirikan sekte baru untuk memecah-be lah Islam, dan dapat menyedot limpahan kekayaan negara yang terkandung
dalam bumi Arab Saudi, khususnya cadangan minyak buminya. Hingga kini
Saudi Arabia masih menjadi salah satu negara di Timur Tengah yang
memiliki ‘hubungan sangat baik’ dengan Inggris , dan menganut paham
Wahabi. Selengkapn ya silahkan baca tulisan pada http:// mutiarazuhu d.wordpres s.com/ 2012/10/20/ di-balik-ke rajaan/
Hal yang terlihat sekarang adalah penguasa kerajaan dinasti Saudi dengan mengikuti ajaran Wahabi mereka bersekutu dengan Amerika yang merupakan representa tif dari kaum Zionis Yahudi dan bahkan mereka menyatakan bahwa Zionis Israel adalah bukan musuh bagi mereka sebagaiman a informasi yang dapat kita ketahui dari http:// www.republi ka.co.id/ berita/ internasion al/ timur-tenga h/12/10/ 10/ mbnqxp-saud i-hapus-is rael-dari- daftar-mus uh
Mereka yang mengikuti ajaran Wahabi menyampaik an bahwa Wahabi adalah Abdul Wahhab bin Abdirrahma n bin Rustum [208 H/823 M]
Sebagaiman a yang telah disampaika n dalam tulisan pada http:// mutiarazuhu d.wordpres s.com/ 2012/05/06/ dongeng-rus tumiyyah/ bahwa Abdul wahhab bin Abdirrahma n bin Rustum disebut Wahbiyyah Rustumiyya h bukan Wahabi karena turunan dari pemahaman Abdullah bin Wahbi Ar-Rasibi (38 H)
Mereka juga mengatakan bahwa khawarij adalah yang melakukan pemberonta kan terhadap penguasa yang berkuasa. Sedangkan mereka mempertaha nkan kekuasaan kerajaan dinasti Saudi berlandask an hadits seperti
Dari Ummu Salamah radliallah u ‘anha berkata, telah bersabda Rasulullah shallallah u ‘alaihi wasallam, “akan terjadi sesudahku para penguasa yang kalian mengenalin ya dan kalian mengingkar inya. Barangsiap a yang mengingkar inya maka sungguh ia telah berlepas diri. Akan tetapi siapa saja yang ridha dan terus mengikutin ya
(dialah yang berdosa, pent.).” Maka para sahabat berkata : “Apakah
tidak kita perangi saja mereka dengan pedang?” Beliau menjawab :
“Jangan, selama mereka menegakkan shalat bersama kalian.” (HR. Muslim dalam Shahih-nya ).
Namun disisi lain mereka mendukung pemberonta kan terhadap pemerintah Suriah yang berkuasa.
Hal yang perlu diingat bahwa penamaan khawarij bukanlah hanyalah bagi mereka yang melakukan pemberonta kan.
Setiap kaum yang mengikuti pemahaman ulama yang telah keluar (kharaja)
dari pemahaman mayoritas kaum muslim (as-sawad al a’zham) disebut juga
dengan khawarij. Khawarij adalah bentuk jamak (plural) dari kharij
(bentuk isim fail) artinya yang keluar.
Salah satu gurunya ulama Muhammad bin Abdul Wahhab yakni Syaikh Muhammad bin Sulaiman AI-Kurdi as-Syafi’i , menulis surat berisi nasehat:
“Wahai Ibn Abdil Wahab, aku menasehati mu karena Allah, tahanlah lisanmu dari mengkafirk an kaum muslimin, jika kau dengar seseorang meyakini bahwa orang yang ditawassul i
bisa memberi manfaat tanpa kehendak Allah, maka ajarilah dia
kebenaran dan terangkan dalilnya bahwa selain Allah tidak bisa memberi
manfaat maupun madharrat, kalau dia menentang bolehlah dia kau anggap kafir, tapi tidak mungkin kau mengkafirk an As-Sawadul A’zham (kelompok mayoritas)
diantara kaum muslimin, karena engkau menjauh dari kelompok terbesar,
orang yang menjauh dari kelompok terbesar lebih dekat dengan
kekafiran, sebab dia tidak mengikuti jalan muslimin.”
Begitupula khawarij pada Zaman Sayyidina Ali ra mereka bukan semata-mat a melalukan pemberonta kan terhadap kekhalifah an
Sayyidina Ali ra namun karena pemahaman mereka telah keluar (kharaja)
dari pemahaman mayoritas kaum muslim (as-sawad al a’zham) sehingga
berani menghardik Sayyidina Ali bin Abi Thalib telah berhukum dengan thagut, berhukum dengan selain hukum Allah.
Semboyan kaum khawarij pada waktu itu adalah “La hukma illah lillah”, tidak ada hukum melainkan hanya dari Allah. Sayyidina Ali ra menanggapi semboyan tersebut berkata , “kalimatu haqin urida bihil batil” (perkataan yang benar dengan tujuan yang salah).
Kaum khawarij salah memahami firman Allah ta’ala yang artinya, “Dan barangsiap a yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-oran g yang kafir”. (QS: Al-Maa’ida h: 44). Kesalahpah aman kaum khawarij sehingga berkeyakin an bahwa Imam Sayyidina Ali ra telah kafir dan berakibat mereka membunuh Sayyidina Ali ra
Abdurrahma n ibn Muljam adalah seorang yang sangat rajin beribadah. Shalat dan shaum, baik yang wajib maupun sunnah, melebihi kebiasaan rata-rata orang di zaman itu. Bacaan Al-Quranny a
sangat baik. Karena bacaannya yang baik itu, pada masa Sayyidina Umar
ibn Khattab ra, ia diutus untuk mengajar Al-Quran ke Mesir atas
permintaan gubernur Mesir, Amr ibn Al-’Ash. Namun, karena ilmunya yang dangkal (pemahaman nya tidak melampaui tenggoroka nnya) , sesampai di Mesir ia malah terpangaru h oleh hasutan (gahzwul fikri) orang-oran g Khawarij yang selalu berbicara mengatasna makan Islam, tapi sesungguhn ya hawa nafsu yang mereka turuti. Ia pun terpengaru h. Ia tinggalkan tugasnya mengajar dan memilih bergabung dengan orang-oran g Khawarij sampai akhirnya, dialah yang ditugasi menjadi eksekutor pembunuhan Imam Sayyidina Ali ra.
Rasulullah shallallah u alaihi wasallam menyampaik an bahwa orang-oran g seperti Dzul Khuwaisara h at Tamimi an Najdi atau khawarij karena kesalahpah amannya dapat membunuh kaum muslim dan membiarkan penyembah berhala
Rasulullah shallallah u alaihi wasallam bersabda yang artinya, “Dari kelompok orang ini, akan muncul nanti orang-oran g yang pandai membaca Al Qur`an tetapi tidak sampai melewati kerongkong an mereka, bahkan mereka membunuh orang-oran g Islam, dan membiarkan para penyembah berhala; mereka keluar dari Islam seperti panah yang meluncur dari busurnya. (HR Muslim 1762)
Yang dimaksud dengan “membiarkan para penyembah berhala” adalah “membiarka n” kaum Yahudi dan orang-oran g seperti Dzul Khuwaisara h at Tamimi an Najdi pada hakikatnya adalah korban hasutan atau korban ghazwul fikri dari kaum Zionis Yahudi
Kaum Yahudi yang sekarang dikenal sebagai kaum Zionis Yahudi atau disebut juga dengan freemason, iluminati, lucifier yakni kaum yang meneruskan keyakinan pagan (paganisme ) atau penyembah berhala
Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang membenarka n apa (kitab) yang ada pada mereka, sebahagian dari orang-oran g yang diberi kitab (Taurat) melemparka n kitab Allah ke belakang (punggung) nya, seolah-ola h mereka tidak mengetahui (bahwa itu adalah kitab Allah). Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-sy aitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjaka n sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjaka n sihir), hanya syaitan-sy aitan lah yang kafir (mengerjak an sihir).” (QS Al Baqarah [2]:101-10 2)
Begitupula informasi yang dapat kita ketahui dari para ulama terdahulu bahwa karena kesalahpah aman mereka dapat membunuh kaum muslim
Dari kalangan ulama madzhab al-Maliki, Al-Imam Ahmad bin Muhammad al-Shawi al-Maliki, ulama terkemuka abad 12 Hijriah dan semasa dengan pendiri Wahhabi, berkata dalam Hasyiyah ‘ala Tafsir al-Jalalai n sebagai berikut:
هَذِهِ اْلآَيَةُ نَزَلَتْ فِي الْخَوَارِ جِ الَّذِيْنَ يُحَرِّفُو ْنَ تَأْوِيْلَ الْكِتَابِ وَالسُّنَّ ةِ وَيَسْتَحِ لُّوْنَ بِذَلِكَ دِمَاءَ الْمُسْلِم ِيْنَ وَأَمْوَال َهُمْ كَمَا هُوَ مُشَاهَدٌ اْلآَنَ فِيْ نَظَائِرِه ِمْ وَهُمْ فِرْقَةٌ بِأَرْضِ الْحِجَازِ يُقَالُ لَهُمُ الْوَهَّاب ِيَّةُ يَحْسَبُوْ نَ أَنَّهُمْ عَلىَ شَيْءٍ أَلاَ إِنَّهُمْ هُمُ الْكَاذِبُ وْنَ. (حاشية الصاوي على تفسير الجلالين، ٣/٣٠٧).
“Ayat ini turun mengenai orang-oran g Khawarij, yaitu mereka yang mendistors i penafsiran al-Qur’an dan Sunnah, dan oleh sebab itu mereka menghalalk an darah dan harta benda kaum Muslimin sebagaiman a yang terjadi dewasa ini pada golongan mereka, yaitu kelompok di negeri Hijaz yang disebut dengan aliran Wahhabiyah , mereka menyangka bahwa mereka akan memperoleh sesuatu (manfaat), padahal merekalah orang-oran g pendusta.” (Hasyiyah al-Shawi ‘ala Tafsir al-Jalalai n, juz 3, hal. 307).
Dari kalangan ulama madzhab Hanafi, al-Imam Muhammad Amin Afandi yang populer dengan sebutan Ibn Abidin, juga berkata dalam kitabnya, Hasyiyah Radd al-Muhtar sebagai berikut:
“مَطْلَبٌ فِي أَتْبَاعِ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الْوَهَّاب ِ الْخَوَارِ جِ فِيْ زَمَانِنَا :كَمَا وَقَعَ فِيْ زَمَانِنَا فِيْ أَتْبَاعِ ابْنِ عَبْدِ الْوَهَّاب ِ الَّذِيْنَ خَرَجُوْا مِنْ نَجْدٍ وَتَغَلَّب ُوْا عَلَى الْحَرَمَي ْنِ وَكَانُوْا يَنْتَحِلُ وْنَ مَذْهَبَ الْحَنَابِ لَةِ لَكِنَّهُم ْ اِعْتَقَدُ وْا أَنَّهُمْ هُمُ الْمُسْلِم ُوْنَ وَأَنَّ مَنْ خَالَفَاعْ تِقَادَهُم ْ مُشْرِكُوْ نَ وَاسْتَبَا حُوْا بِذَلِكَ قَتْلَ أَهْلِ السُّنَّةِ وَقَتْلَ عُلَمَائِه ِمْ حَتَى كَسَرَ اللهُشَوْك َتَهُمْ وَخَرَبَ بِلاَدَهُم ْ وَظَفِرَ بِهِمْ عَسَاكِرُ الْمُسْلِم ِيْنَ عَامَ ثَلاَثٍ وَثَلاَثِي ْنَ وَمِائَتَي ْنِوَأَلْف ٍ.” اهـ (ابن عابدين، حاشية رد المحتار، ٤/٢٦٢).
“Keteranga n tentang pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab, kaum Khawarij pada masa kita. Sebagaiman a
terjadi pada masa kita, pada pengikut Ibn Abdil Wahhab yang keluar
dari Najd dan berupaya keras menguasai dua tanah suci. Mereka
mengikuti madzhab Hanabilah.
Akan tetapi mereka meyakini bahwa mereka saja kaum Muslimin,
sedangkan orang yang berbeda dengan keyakinan mereka adalah orang-oran g musyrik. Dan oleh sebab itu mereka menghalalk an membunuh Ahlussunna h
dan para ulamanya sampai akhirnya Allah memecah kekuatan mereka,
merusak negeri mereka dan dikuasai oleh tentara kaum Muslimin pada
tahun 1233 H.” (Ibn Abidin, Hasyiyah Radd al-Muhtar ‘ala al-Durr
al-Mukhtar , juz 4, hal. 262).
Dari kalangan ulama madzhab Hanbali, al-Imam Muhammad bin Abdullah bin Humaid al-Najdi berkata dalam kitabnya al-Suhub al-Wabilah ‘ala Dharaih al-Hanabil ah ketika menulis biografi Syaikh Abdul Wahhab, ayah pendiri Wahhabi, sebagai berikut:
وَكَذَلِكَ ابْنُهُ سُلَيْمَان ُ أَخُوْ مُحَمَّدٍ كَانَ مُنَافِيًا لَهُ فِيْ دَعْوَتِهِ وَرَدَّ عَلَيْهِ رَدًّا جَيِّداًبِ اْلآَياَتِ وَاْلآَثاَ رِ وَسَمَّى الشَّيْخُ سُلَيْمَان ُ رَدَّهُ عَلَيْهِ ( فَصْلُ الْخِطَابِ فِي الرَّدِّ عَلىَمُحَم َّدِ بْنِ عَبْدِ الْوَهَّاب ِ ) وَسَلَّمَه ُ اللهُ مِنْ شَرِّهِ وَمَكْرِهِ مَعَ تِلْكَ الصَّوْلَة ِ الْهَائِلَ ةِ الَّتِيْأَ رْعَبَتِ اْلأَبَاعِ دَ فَإِنَّهُ كَانَ إِذَا بَايَنَهُ أَحَدٌ وَرَدَّ عَلَيْهِ وَلَمْ يَقْدِرْ عَلَى قَتْلِهِ مُجَاهَرَة ًيُرْسِلُ إِلَيْهِ مَنْ يَغْتَالُه ُ فِيْ فِرَاشِهِ أَوْ فِي السُّوْقِ لَيْلاً لِقَوْلِهِ بِتَكْفِيْ رِ مَنْ خَالَفَهُو َاسْتِحْلا َلِ قَتْلِهِ. اهـ (ابن حميد النجدي، السحب الوابلة على ضرائح الحنابلة، ٢٧٥).
“Demikian pula putra beliau, Syaikh Sulaiman (kakak Muhammad bin Abdul Wahhab), juga menentang terhadap dakwahnya dan membantahn ya dengan bantahan yang baik berdasarka n ayat-ayat al-Qur’an dan hadits-had its Nabi shallallah u alaihi wa sallam. Syaikh Sulaiman menamakan bantahanny a dengan judul Fashl al-Khithab fi al-Radd ‘ala Muhammad bin Abdul Wahhab. Allah telah menyelamat kan Syaikh Sulaiman dari keburukan dan tipu daya adiknya meskipun ia sering melakukan serangan besar yang mengerikan terhadap orang-oran g yang jauh darinya. Karena setiap ada orang yang menentangn ya, dan membantahn ya, lalu ia tidak mampu membunuhny a secara terang-ter angan, maka ia akan mengirim orang yang akan menculik dari tempat tidurnya atau di pasar pada malam hari karena pendapatny a yang mengkafirk an dan menghalalk an membunuh orang yang menyelisih inya.” (Ibn Humaid al-Najdi, al-Suhub al-Wabilah ‘ala Dharaih al-Hanabil ah, hal. 275).
Begitupula informasi yang didapat secara turun temurun dari keluarga Syaikh Nawawi Al Bantani sebagaiman a yang termuat pada http:// www.faceboo k.com/ photo.php?f bid=220630 637981571& set=a.2206 3051131491 7.56251.10 0001039095 629
Berikuti kutipannya :
***** awal kutipan *****
“Pada zaman dahulu di kota Mekkah keluarga Syeikh Nawawi bin Umar Al-Bantani (pujangga Indonesia dan makamnya di Ma’la Mekkah Saudi Arabia) pun tidak luput dari sasaran pembantaia n
Wahabi. Ketika salah seorang keluarga beliau bernama Syeikh Ahmad
Hadi asal Jaha Cilegon Banten sedang duduk memangku cucunya, tiba-tiba
gerombolan Wahabi datang memasuki rumahnya tanpa diundang dan dengan kejamnya mereka langsung membantai dengan cara menyembeli hnya hingga tewas. Dalam pembantaia n (penyembel ihan) itu darah Syeikh Ahmad Hadi mengalir membasahi tubuh cucunya yang masih kecil yang sedang berada dalam pangkuanny a“.
***** akhir kutipan *****
Serupa pula dengan informasi pada masa kini , contohnya yang dapat kita ketahui dari http:// allangkati. blogspot.c om/2010/ 07/ keganasan-w ahabi-di-p akistan.ht ml
***** awal kutipan ****
Para pengikut ajaran wahhabi adalah kelompok yang sangat membencika n orang-oran g sufi dan mengkafirk an mereka, mereka menganggap bahwa orang -orang sufi menyembah kuburan-ku bura wali sehingga halal darahnya di bunuh, pemahaman ini bersumber dari aqidah mereka yang menyatakan bahwa tauhd itu terbagi kepada tiga bahagian, tauhid Rububiyah, tauhid Uluhiyah, tauhid asma` dan sifat, orang-oran g sufi hanya percaya dengan tauhid rububiyyah dan tidak menyakini tauhid uluhiyyah, sebab itulah mereka kafir dan boleh di bunuh, bahkan mereka mengatakan bahwa orang-oran g kafir qurasy lebih bagus tauhidnya daripada orang-oran g sufi
*****akhir kutipan *****
Tentang orang-oran g seperti Dzul Khuwaisara h at Tamimi an Najdi atau khawarij dalam Syarah Shahih Muslim, Jilid. 17, NO.171 diriwayatk an bahwa
"Dengan sedikit keraguan, Khalid bin Walīd bertanya kepada Rasulullah shallallah u alaihi wasallam, “Wahai Rasulullah , orang ini memiliki semua bekas dari ibadah-iba dah sunnahnya:
matanya merah karena banyak menangis, wajahnya memiliki dua garis di
atas pipinya bekas airmata yang selalu mengalir, kakinya bengkak
karena lama berdiri sepanjang malam (tahajjud) dan janggut mereka pun lebat”
Rasulullah shallallah u alaihi wasallam menjawab : camkan makna ayat ini : qul in’kuntum tuhib’būna llāh fattabi’un ī – Katakanlah : “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-osamu . karena Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”
Khalid bin Walid bertanya, “Bagaimana caranya ya Rasulullah ? ”
Nabi shallallah u alaihi wasallam menjawab, “Jadilah orang yang ramah seperti aku, bersikapla h penuh kasih, cintai orang-oran g miskin dan papa, bersikapla h lemah-lemb ut, penuh perhatian dan cintai saudara-sa udaramu dan jadilah pelindung bagi mereka.”
Allah Azza wa Jalla menciptaka n iblis sebagaiman a yang dikehendak iNya
Kaum yang mempunyai rasa permusuhan kepada kaum muslim adalah kaum Yahudi dan kaum musyrik
Firman Allah ta’ala yang artinya, “orang-oran g yang paling keras permusuhan nya terhadap orang beriman adalah orang-oran g Yahudi dan orang-oran g musyrik” (QS Al Maaidah [5]: 82)
Jadi kalau ada seorang muslim membenci atau mencela muslim lainnya atau bahkan membunuhny a maka kemungkina n besar dia adalah korban hasutan atau korban ghazwul fikri (perang pemahaman) dari kaum Zionis Yahudi.
Rasulullah shallallah u alaihi wasallam bersabda, “mencela seorang muslim adalah kefasikan, dan membunuhny a adalah kekufuran”. (HR Muslim).Ja di Allah Azza wa Jalla menghadrik an ajaran Wahabi dalam kehidupan kita di dunia adalah cobaan bagi mayortias kaum muslim (as-sawad al a’zham)
Syekh Abdul Qadir Jailani mengatakan
***** awal kutipan *****
Allah ta'ala memberikan
ujian dan cobaan bukan karena Dia murka kepada hambaNya. Jangan
memandang ujian dan cobaan itu sebagai sesuatu ‘yang tidak menyenangk an,’ tetapi terimalah sebagai bentuk ‘perhatian Nya’ kepadamu. Engkau dipersiapk an Allah untuk menjadi manusia yang tangguh dan memiliki kesabaran dalam penghambaa n kepadaNya. Wahai manusia! Engkau tidak bisa lari dari ujian dan cobaan. Engkau tidak bisa menghindar atau menunda qadha Tuhan. Sekalipun dirimu bersembuny i di dalam goa atau lubang semut, jika Allah berkehenda k, engkau tak berdaya sama sekali. Ujian dan cobaan adalah suatu keharusan. Jika tidak ada ujian dan cobaan, akan banyak sekali manusia yang mengkau dirinya sebagai wali. Karena itu, sesungguhn ya ujian dan cobaan adalah ‘pengejahw antaan’ bagi dirimu agar bisa mendekat kepadaNya. Melihatmu agar bisa menyintai Allah secara utuh, tanpa terbagi dengan makhluk lain.
***** akhir kutipan *****
Jadi cobaan adalah jalan untuk mencapai ridho Allah ta'ala sehingga menjadi kekasih Allah atau Wali Allah
Muslim yang terbaik bukan nabi yang mendekatka n diri (taqarub) kepada Allah sehingga meraih maqom disisiNya dan menjadi kekasih Allah (wali Allah) adalah shiddiqin, muslim yang membenarka n dan menyaksika n Allah dengan hatinya (ain bashiroh) atau muslim yang bermakrifa t. Bermacam-m acam tingkatan shiddiqin sebagaiman a yang diuraikan dalam tulisan pada http:// mutiarazuhu d.wordpres s.com/ 2011/01/14/ 2011/09/28/ maqom-wali- allah
Rasulullah shallallah u alaihi wasallam bersabda “sesungguh nya ada di antara hamba Allah (manusia) yang mereka itu bukanlah para Nabi dan bukan pula para Syuhada’. Mereka dirindukan
oleh para Nabi dan Syuhada’ pada hari kiamat karena kedudukan
(pangkat) mereka di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala“ Seorang dari
sahabatnya berkata, “siapa gerangan mereka itu wahai Rasulullah ? Semoga kita dapat mencintai mereka“. Nabi shallallah u
‘alaihi wasallam menjawab dengan sabdanya: “Mereka adalah suatu kaum
yang saling berkasih sayang dengan anugerah Allah bukan karena ada
hubungan kekeluarga an dan bukan karena harta benda, wajah-waja h mereka memancarka n cahaya dan mereka berdiri di atas mimbar-mim bar dari cahaya. Tiada mereka merasa takut seperti manusia merasakann ya dan tiada mereka berduka cita apabila para manusia berduka cita”. (HR. an Nasai dan Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya)
Hadits senada, dari ‘Umar bin Khathab ra bahwa Rasulullah shallallah u alaihi wasallam bersabda, “Sesungguh nya diantara hamba-hamb aku
itu ada manusia manusia yang bukan termasuk golongan para Nabi, bukan
pula syuhada tetapi pada hari kiamat Allah ‘Azza wa Jalla menempatka n
maqam mereka itu adalah maqam para Nabi dan syuhada.” Seorang
laki-laki bertanya : “siapa mereka itu dan apa amalan mereka?”mu dah-mudaha n kami menyukainy a“. Nabi bersabda: “yaitu Kaum yang saling menyayangi karena Allah ‘Azza wa Jalla walaupun mereka tidak bertalian darah, dan mereka itu saling menyayangi bukan karena hartanya, dan demi Allah sungguh wajah mereka itu bercahaya,
dan sungguh tempat mereka itu dari cahaya, dan mereka itu tidak takut
seperti yang ditakuti manusia, dan tidak susah seperti yang
disusahkan manusia,” kemudian beliau membaca ayat : ” Ingatlah, sesungguhn ya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatir an terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. (QS Yunus [10]:62)
Kaum yang dicintai-N ya
dan mereka mencintai Allah adalah kaum muslim yang bersikap lemah
lembut terhadap orang yang mu’min, yang bersikap keras terhadap
orang-oran g kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela.
Firman Allah ta’ala yang artinya, “Hai orang-oran g yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya maka kelak Allah akan mendatangk an suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiN ya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu’min, yang bersikap keras terhadap orang-oran g
kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada
celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan- Nya kepada siapa yang dikehendak i-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian -Nya), lagi Maha Mengetahui .” (QS Al Ma’iadah [5]:54)
Dari Jabir, Rasulullah shallallah u alaihi wasallam ditanya mengenai ayat tersebut, maka Rasul menjawab, ‘Mereka adalah ahlu Yaman dari suku Kindah, Sukun dan Tajib’.
Ibnu Jarir meriwayatk an, ketika dibacakan tentang ayat tersebut di depan Rasulullah shallallah u alaihi wasallam, beliau berkata, ‘Kaummu wahai Abu Musa, orang-oran g Yaman’.
Dalam kitab Fath al-Qadir, Ibnu Jarir meriwayat dari Suraikh bin Ubaid, ketika turun ayat 54 surat al-Maidah, Umar berkata, ‘Saya dan kaum saya wahai Rasulullah’. Rasul menjawab, ‘Bukan, tetapi ini untuk dia dan kaumnya, yakni Abu Musa al-Asy’ari’.
Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalan i telah meriwayatk an suatu hadits dalam kitabnya berjudul Fath al-Bari, dari Jabir bin Math’am dari Rasulullah shallallah u alaihi wasallam berkata, ‘Wahai ahlu Yaman kamu mempunyai derajat yang tinggi. Mereka seperti awan dan merekalah sebaik-bai knya manusia di muka bumi’
Dalam Jami’ al-Kabir, Imam al-Suyuthi meriwayatk an hadits dari Salmah bin Nufail, ‘Sesungguh nya aku menemukan nafas al-Rahman dari sini’. Dengan isyarat yang menunjuk ke negeri Yaman. Masih dalam Jami’ al-Kabir, Imam al-Sayuthi meriwayatk an hadits marfu’ dari Amru ibnu Usbah , berkata Rasulullah shallallah u alaihi wasallam, ‘Sebaik-ba iknya lelaki, lelaki ahlu Yaman‘.
Dari Ali bin Abi Thalib, Rasulullah shallallah u alaihi wasallam bersabda, ‘Siapa yang mencintai orang-oran g Yaman berarti telah mencintaik u, siapa yang membenci mereka berarti telah membenciku”
Rasulullah shallallah u alaihi wasallam telah menyampaik an bahwa ahlul Yaman adalah orang-oran g yang mudah menerima kebenaran, mudah terbuka mata hatinya (ain bashiroh) dann banyak dikaruniak an hikmah (pemahaman yang dalam terhadap Al Qur’an dan Hadits) sebagaiman a Ulil Albab
حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ أَخْبَرَنَ ا شُعَيْبٌ حَدَّثَنَا أَبُو الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَج ِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَتَاكُمْ أَهْلُ الْيَمَنِ أَضْعَفُ قُلُوبًا وَأَرَقُّ أَفْئِدَةً الْفِقْهُ يَمَانٍ وَالْحِكْم َةُ يَمَانِيَة ٌ
Telah menceritak an kepada kami Abul Yaman Telah mengabarka n kepada kami Syu’aib Telah menceritak an kepada kami Abu Zinad dari Al A’raj dari Abu Hurairah radliallah u ‘anhu dari Nabi shallallah u ‘alaihi wasallam beliau bersabda: “Telah datang penduduk Yaman, mereka adalah orang-oran g yang berperasaa n dan hatinya paling lembut, kefaqihan dari Yaman, hikmah ada pada orang Yaman.” (HR Bukhari 4039)
و حَدَّثَنِي عَمْرٌو النَّاقِدُ وَحَسَنٌ الْحُلْوَا نِيُّ قَالَا حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ وَهُوَ ابْنُ إِبْرَاهِي مَ بْنِ سَعْدٍ حَدَّثَنَا أَبِي عَنْ صَالِحٍ عَنْ الْأَعْرَج ِ قَالَ قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَاكُمْ
أَهْلُ الْيَمَنِ هُمْ أَضْعَفُ قُلُوبًا وَأَرَقُّ أَفْئِدَةً الْفِقْهُ يَمَانٍ وَالْحِكْم َةُ يَمَانِيَة ٌ
Dan telah menceritak an kepada kami Amru an-Naqid dan Hasan al-Hulwani keduanya berkata, telah menceritak an kepada kami Ya’qub -yaitu Ibnu Ibrahim bin Sa’d- telah menceritak an kepada kami bapakku dari Shalih dari al-A’raj dia berkata, Abu Hurairah berkata; “Rasululla h shallallah u
‘alaihi wasallam bersabda: “Telah datang penduduk Yaman, mereka
adalah kaum yang paling lembut hatinya. Fiqh ada pada orang Yaman.
Hikmah juga ada pada orang Yaman. (HR Muslim 74)
Tepatnya di Hadramaut, Yaman adalah bumi para wali Allah. Di sana banyak tinggal para ulama yang sholeh dari kalangan ahlul bait, keturunana n cucu Rasulullah shallallah u alaihi wasallam
Para ulama yang sholeh dari kalangan ahlul bait, keturunan cucu Rasulullah shallallah u alaihi wasallam pada umumnya memiliki ketersambu ngan dengan lisannya Rasulullah shallallah u alaihi wasallam melalui dua jalur yakni
1. Melalui nasab (silsilah / keturunan). Pengajaran agama baik disampaika n melalui lisan maupun praktek yang diterima dari orang tua-orang tua mereka terdahulu tersambung kepada Rasulullah shallallah u alaihi wasallam
2. Melalui sanad ilmu atau sanad guru. Pengajaran agama dengan bertalaqqi
(mengaji) dengan para ulama yang sholeh yang mengikuti Imam Mazhab
yang empat yakni para ulama yang sholeh memiliki ilmu riwayah dan
dirayah dari Imam Mazhab yang empat atau para ulama yang sholeh yang
memiliki ketersambu ngan sanad ilmu atau sanad guru dengan Imam Mazhab yang empat
Sehingga para ulama yang sholeh dari kalangan ahlul bait, keturunan cucu Rasulullah shallallah u alaihi wasallam lebih terjaga kemutawati ran sanad, kemurnian agama dan akidahnya.
Silahkan telusurila h melalui apa yang disampaika n oleh Al Imam Al Haddad dan yang setingkat dengannya, sampai ke Al Imam Umar bin Abdurrahma n Al Attos dan yang setingkat dengannya, sampai ke Asy’syeh Abubakar bin Salim, kemudian Al Imam Syihabuddi n,
kemudian Al Imam Al Aidrus dan Syeh Ali bin Abibakar, kemudian Al
Imam Asseggaf dan orang orang yang setingkat mereka dan yang diatas
mereka, sampai keguru besar Al Fagih Almuqoddam Muhammad bin Ali Ba’alawi Syaikhutth oriqoh dan orang orang yang setingkat dengannya, sampai ke Imam Al Muhajir Ilallah Ahmad bin Isa dan orang orang yang setingkat dengannya.
Sejak abad 7 H di Hadramaut (Yaman), dengan keluasan ilmu, akhlak yang lembut, dan keberanian ,
Imam Ahmad Al Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al Uraidhi bin
Ja’far Ash Shodiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal Abidin bin
Sayyidina Husain ra beliau berhasil mengajak para pengikut Khawarij
untuk menganut madzhab Syafi’i dalam fiqih , Ahlus Sunnah wal jama’ah
dalam akidah (i’tiqod) mengikuti Imam Asy’ari (bermazhab Imam Syafi’i) dan Imam Maturidi (bermazhab Imam Hanafi) serta tentang akhlak atau tentang ihsan mengikuti ulama-ulam a tasawuf yang mutakbaroh
dan bermazhab dengan Imam Mazhab yang empat. Di Hadramaut kini,
akidah dan madzhab Imam Al Muhajir yang adalah Sunni Syafi’i, terus
berkembang sampai sekarang, dan Hadramaut menjadi kiblat kaum sunni yang “ideal” karena kemutawati ran sanad serta kemurnian agama dan aqidahnya.
Dari Hadramaut (Yaman), anak cucu Imam Al Muhajir menjadi pelopor dakwah Islam sampai ke “ufuk Timur”, seperti di daratan India, kepulauan Melayu dan Indonesia. Mereka rela berdakwah dengan memainkan wayang mengenalka n kalimat syahadah , mereka berjuang dan berdakwah dengan kelembutan tanpa senjata , tanpa kekerasan,
tanpa pasukan , tetapi mereka datang dengan kedamaian dan kebaikan.
Juga ada yang ke daerah Afrika seperti Ethopia, sampai kepulauan
Madagaskar . Dalam berdakwah, mereka tidak pernah bergeser dari asas keyakinann ya yang berdasar Al Qur’an, As Sunnah, Ijma dan Qiyas
Berikut contoh syiar ulama Hadramaut yang bersumber dari http:// indo.hadhra maut.info/ view/ 1985.aspx
***** awal kutipan *****
Memahami Manhaj Dakwah Moderat
Siapa yang tidak mengenal cendekia sekaligus da’i kondang internasio nal, Habib Umar bin Muhammad bin Hafidz Tarim-Hadh ramaut. Ulama’ besar yang kerap keliling dunia untuk mengemban amanah dakwah, hingga muridnya berdatanga n dari pelbagai benua: Eropa, Afrika, Asia bahkan sampai Amerika. Kunci kesuksesan beliau dalam berdakwah adalah mengimplem entasikan manhaj wasathiyah atau moderat. Dalam berdakwah tak pernah sekalipun beliau membeberka n aib dari sekte lain, sampai itu Syiah sekalipun.
Beliau dalam berdakwah, berusaha mencari titik temu yang menyatukan setiap sekte di dalamnya. Titik temu itu adalah Iman, Islam, dan Ihsan. Tiga dogma (rukun) inilah yang mempertemu kan
semua sekte dalam setiap segmen tubuh Islam, baik itu Salafy, Sunni,
Khawarij ataupun Syiah. Dengan metode itu, Muslim dari sekte apapun
bisa menerima dengan lapang dada dakwah beliau. Beliau ingin semua
Muslim kembali pada Allah dengan tiga rukun tadi karena itulah inti
dari agama Allah dan itulah hakikat dakwah yang dicontohka n oleh Rasulullla h.
Itulah Habib Umar dengan manhaj wasathiyah nya. Jadi, manhaj moderat dalam berdakwah yang saya maksud adalah mengajak manusia kembali pada Allah dengan orisinalit as tiga dogma yakni, Iman, Islam, Ihsan dan menjauhkan
dakwahnya dari tudingan atau celaan terhadap Muslim dari sekte
apapun. Sebab, seperti inilah dakwah Muhammad khairul basyar. Karena
Muhammad tidak pernah menghina sesama ahli la ilaha illa Allah.
Rektor Universita s
Al Ahgaff, Prof. Habib Abdullah Baharun kerap berpesan bahwa umat
Muslim dari sekte apapun, adalah umat lailaha illa Allah, oleh karena
itu interaksi kita dengan mereka juga yang sesuai dengan ajaran la
ilaha illa Allah. Jadi kita mesti paham bahwa variatif sekte yang ada
dalam Islam itu semua adalah ahli la ilaha illa Allah. Mereka semua
mengesakan Allah.
Allah membelai mereka dengan belaian Islam. Allah mencintai mereka
karena hurmat atau kemulyaan kalimah tauhid ini. Dalam satu kisah
diceritaka n bahwa Rasul shallallah u alaihi wasallam marah ketika salah seorang sahabat membunuh orang kafir yang telah mengucapka n la ilaha illa Allah dalam satu peperangan . “Wahai Rasul, dia mengucapka n la ilaha illa Allah supaya aku tidak membunuhny a,” kata sahabat itu. “Apa kamu telah membelah dadanya hingga kau tahu bahwa dia mengucapka n la ilaha illa Allah karena takut dibunuh..? ??!!!” jawab Rasul berulang kali. Beginilah Rasulullah shallallah u
alaihi wasallam mengajari para sahabat agar mereka juga memahami
betapa mulianya kalimat tauhid ini disisi Allah, sehingga mereka tidak
boleh sembaranga n ketika berinterak si dengan sesama umat islam, apalagi sampai menuduh mereka kafir hingga membunuhny a.
Fenomena yang terjadi, baik itu di Timur Tengah atau negara kita adalah saling olok antar satu sekte dengan yang lain. Misalnya orang Salafy tidak suka kalau ada orang NU yang mengadakan tahlil lantas mengolok di halaqahnya , dengan mengatakan itu bid’ah, haram, syirik kita harus memberanta snya. Orang NU dalam ceramah-ce ramah terkadang juga mengolok Salafy dungu, dangkal, sok pintar. Itu semua akibat fanatisme sekte yang telah membelengg u di otaknya.
Dalam hal ini seorang pemikir Islam terkemuka, Hasan Al Banna mengatakan bahwa tak seharusnya kita kini memperdeba tkan perbedaan klasik ini karena para ulama dulu sudah berusaha untuk menemukan titik temu dalam masalah khilafiyah
(ziarah kubur, tawassul, dll.) ini, namun hasilnya tetap saja terjadi
perbedaan di antara mereka, oleh karena itu ada baiknya kita
tanggalkan perdebatan klasik ini.
Bahkan di negara Somalia, sampai kini, masih terjadi pertumpaha n darah gara-gara ada sekte yang suka mengkafir- kafirkan
(Jama’ah Takfir), ini yang saya takutkan kalau sampai terjadi di
Indonesia . Oleh sebab itu ada baiknya kita juga mengaplika sikan
apa yang pernah diucapkan oleh Habib Abu Bakar Al Adny, da’i
sekaligus pemikir Islam asal kota Aden, dalam satu lawatannya di Univ. Al Ahgaff, beliau berkata bahwa da’wah, itu yang bermanfaat bagi umat bukan malah memecah belah umat. Menuduh kafir, pertikaian , perdebatan yang berlandask an hawa nafsu itu adalah dakwah yang memicu perpecahan dan itu yang mesti kita tanggalkan kini.
Sahabat Abu Dzar pernah memanggil Bilal, “Hai si hitam.” Rasul pun mendengar dan berkata, “Hai, apakah orang putih itu lebih mulia dari mereka yang hitam. Tidak, tidak ada keutamaan dalam diri seseorang kecuali taqwa.” Lantas Abu Dzar sadar dan berkata pada Bilal, “Aku telah mengolokmu dan aku mengaku salah.” “Aku telah memaafkanm u,” kata Bilal. “Tidak, belum, ini wajahku kutaruh di tanah dan injaklah hingga keluar virus kesombonga n dariku,” kata Abu Dzar. “Aku telah mengampuni mu,”
kata Bilal. “Tidak demi Allah hatiku takkan tenang hingga kau menaruh
kaki di wajahku ini, hingga penyakit ini hilang,” kata Abu Dzar.
Beginilah Rasul mendidik umat la ilaha illa Allah agar saling
menghormat i, toleran, tidak menyakiti dan sikap inilah yang mesti kita implementa sikan
ketika bertemu dengan sesama umat la ilaha Illa Allah, dari sekte
apapun. Agar dakwah untuk mengajak umat kembali pada Allah terus
langgeng dan tidak mandeg gara-gara disibukkan dengan saling jegal antar sekte.
***** akhir kutipan *****
Tulisan-tu lisan lain terkait dengan permasalah an masa kini dari para ahli ilmu (ulama) dari Hadramaut , Yaman dapat dibaca pada http:// indo.hadhra maut.info/ view/ 24.aspx
Wassalam
Zon di Jonggol, Kabupaten Bogor 16830
Syaikh Ahmad bin Muhammad al-Amin bin Ahmad Asy-Syinqi
Penamaan Wahabi hanyalah semata-sem
Contoh lainnya, pendapat Imam Ahmad bin Hanbal, kita sepakati dinamakan sebagai mazhab Hambali karena hal itu adalah hasil ijtihad dan istinbat beliau dalam perkara fiqih berdasarka
Lalu , apakah pemahaman atau ajaran Muhammad bin Abdul Wahhab menyimpang
Permasalah
Ditengarai
Selain itu ditengarai
Ulama Muhammad bin Abdul Wahhab diketahui tidak mau mempelajar
عَبْدُ الْوَهَّاب
(ابن حميد النجدي، السحب الوابلة على ضرائح الحنابلة، ٢٧٥).
“Abdul Wahhab bin Sulaiman al-Tamimi al-Najdi, adalah ayah pembawa dakwah Wahhabiyah
Dalam kitab al-Durar al-Saniyya
Padahal untuk memahami Al Qur’an dan As Sunnah, tidak cukup dengan arti bahasa. Diperlukan
Apalagi jika ingin menetapkan
Ilmu fiqh adalah hukum yang terinci pada setiap perbuatan manusia, baik halal, haram, makruh atau wajib beserta dalilnya masing-mas
Adapun pengertian
Oleh karena itu Syeikh Kamaluddin
Jadi Ushul Fiqh adalah pendekatan
Untuk memahami hukum bersumber dari Al Quran dan As Sunnah maka harus betul betul memahami gaya bahasa (uslub) yang ada dalam bahasa Arab dan cara penunjukka
Kompetensi
a. Mengetahui
b. Mengetahui
c. Mengetahui
d. Mengetahui
e. Mengetahui
Bagi yang tidak memiliki sanad ilmu dan kompetensi
Diantara para mujtahid yang madzhabnya
- Imam Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit;
- Imam Malik bin Anas;
- Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi’
- Imam Ahmad bin Hanbal.
Jadi bermazhab adalah sebuah kebutuhan bagi kaum muslim yang tidak lagi bertemu dengan Salafush Sholeh.
Suatu ketika Rasulullah
Allah ta’ala lalu menurunkan
walaqad atainaaka sab’an mina almatsaani
“Kami telah mengarunia
Assab’ul-m
Al Qur’an kita telah mengetahui
“Sab’an minal-mats
Dalam sebuah hadits Rasul menyebutka
” اهدنا الصراط المستقيم صراط الذين أنعمت عليهم “
“Ya Allah, tunjukilah
Mereka itulah Assba’ul-m
” الذين أنعم الله عليهم من النبيين والصديقين والشهداء والصالحين وحسن أولئك رفيقا “
“Orang-ora
Mereka itulah Assab’ul-m
Imam Mazhab yang empat adalah termasuk Assab’ul-m
Sedangkan Assab’ul-m
Ulama besar Syria, DR. Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthi telah berdialog dengan ulama Al Albani yang merupakan pengikut ajaran Wahabi untuk mengetahui
Lalu kenapa penguasa kerajaan dinasti Saudi mengikuti ajaran Wahabi dan menjadi landasan kurikulum pendidikan
Kita tidak pernah tahu apa dibalik kebijakan penguasa kerajaan dinasti Saudi untuk mengikuti ajaran Wahabi. Berdasarka
Berkat Inggris, kekuasaan Muhammad bin Sa’ud sebagai seorang emir, meluas. Bahkan kemudian, pada 1744 Masehi, menjadi sebuah negara yang saat ini kita kenal dengan nama Saudi Arabia (nama ini diambil dari nama keluarga Muhammad bin Sa’ud, yakni Ali Sa’ud yang berarti keluarga Saudi).
Dir’iyah dijadikan sebagai ibukotanya
Berdasarka
Ada dua keuntungan
Hal yang terlihat sekarang adalah penguasa kerajaan dinasti Saudi dengan mengikuti ajaran Wahabi mereka bersekutu dengan Amerika yang merupakan representa
Mereka yang mengikuti ajaran Wahabi menyampaik
Sebagaiman
Mereka juga mengatakan
Dari Ummu Salamah radliallah
Namun disisi lain mereka mendukung pemberonta
Hal yang perlu diingat bahwa penamaan khawarij bukanlah hanyalah bagi mereka yang melakukan pemberonta
Salah satu gurunya ulama Muhammad bin Abdul Wahhab yakni Syaikh Muhammad bin Sulaiman AI-Kurdi as-Syafi’i
“Wahai Ibn Abdil Wahab, aku menasehati
Begitupula
Semboyan kaum khawarij pada waktu itu adalah “La hukma illah lillah”, tidak ada hukum melainkan hanya dari Allah. Sayyidina Ali ra menanggapi
Kaum khawarij salah memahami firman Allah ta’ala yang artinya, “Dan barangsiap
Abdurrahma
Rasulullah
Rasulullah
Yang dimaksud dengan “membiarkan
Kaum Yahudi yang sekarang dikenal sebagai kaum Zionis Yahudi atau disebut juga dengan freemason,
Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang membenarka
Begitupula
Dari kalangan ulama madzhab al-Maliki,
هَذِهِ اْلآَيَةُ نَزَلَتْ فِي الْخَوَارِ
“Ayat ini turun mengenai orang-oran
Dari kalangan ulama madzhab Hanafi, al-Imam Muhammad Amin Afandi yang populer dengan sebutan Ibn Abidin, juga berkata dalam kitabnya, Hasyiyah Radd al-Muhtar sebagai berikut:
“مَطْلَبٌ فِي أَتْبَاعِ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الْوَهَّاب
“Keteranga
Dari kalangan ulama madzhab Hanbali, al-Imam Muhammad bin Abdullah bin Humaid al-Najdi berkata dalam kitabnya al-Suhub al-Wabilah
وَكَذَلِكَ
“Demikian pula putra beliau, Syaikh Sulaiman (kakak Muhammad bin Abdul Wahhab), juga menentang terhadap dakwahnya dan membantahn
Begitupula
Berikuti kutipannya
***** awal kutipan *****
“Pada zaman dahulu di kota Mekkah keluarga Syeikh Nawawi bin Umar Al-Bantani
***** akhir kutipan *****
Serupa pula dengan informasi pada masa kini , contohnya yang dapat kita ketahui dari http://
***** awal kutipan ****
Para pengikut ajaran wahhabi adalah kelompok yang sangat membencika
*****akhir
Tentang orang-oran
"Dengan sedikit keraguan, Khalid bin Walīd bertanya kepada Rasulullah
Rasulullah
Khalid bin Walid bertanya, “Bagaimana caranya ya Rasulullah ? ”
Nabi shallallah
Allah Azza wa Jalla menciptaka
Kaum yang mempunyai rasa permusuhan
Firman Allah ta’ala yang artinya, “orang-oran
Jadi kalau ada seorang muslim membenci atau mencela muslim lainnya atau bahkan membunuhny
Rasulullah
Syekh Abdul Qadir Jailani mengatakan
***** awal kutipan *****
Allah ta'ala memberikan
***** akhir kutipan *****
Jadi cobaan adalah jalan untuk mencapai ridho Allah ta'ala sehingga menjadi kekasih Allah atau Wali Allah
Muslim yang terbaik bukan nabi yang mendekatka
Rasulullah
Hadits senada, dari ‘Umar bin Khathab ra bahwa Rasulullah
Kaum yang dicintai-N
Firman Allah ta’ala yang artinya, “Hai orang-oran
Dari Jabir, Rasulullah
Ibnu Jarir meriwayatk
Dalam kitab Fath al-Qadir, Ibnu Jarir meriwayat dari Suraikh bin Ubaid, ketika turun ayat 54 surat al-Maidah,
Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalan
Dalam Jami’ al-Kabir, Imam al-Suyuthi
Dari Ali bin Abi Thalib, Rasulullah
Rasulullah
حَدَّثَنَا
Telah menceritak
و حَدَّثَنِي
Dan telah menceritak
Tepatnya di Hadramaut,
Para ulama yang sholeh dari kalangan ahlul bait, keturunan cucu Rasulullah
1. Melalui nasab (silsilah /
2. Melalui sanad ilmu atau sanad guru. Pengajaran
Sehingga para ulama yang sholeh dari kalangan ahlul bait, keturunan cucu Rasulullah
Silahkan telusurila
Sejak abad 7 H di Hadramaut (Yaman), dengan keluasan ilmu, akhlak yang lembut, dan keberanian
Dari Hadramaut (Yaman), anak cucu Imam Al Muhajir menjadi pelopor dakwah Islam sampai ke “ufuk Timur”, seperti di daratan India, kepulauan Melayu dan Indonesia.
Berikut contoh syiar ulama Hadramaut yang bersumber dari http://
***** awal kutipan *****
Memahami Manhaj Dakwah Moderat
Siapa yang tidak mengenal cendekia sekaligus da’i kondang internasio
Beliau dalam berdakwah,
Itulah Habib Umar dengan manhaj wasathiyah
Rektor Universita
Fenomena yang terjadi, baik itu di Timur Tengah atau negara kita adalah saling olok antar satu sekte dengan yang lain. Misalnya orang Salafy tidak suka kalau ada orang NU yang mengadakan
Dalam hal ini seorang pemikir Islam terkemuka,
Bahkan di negara Somalia, sampai kini, masih terjadi pertumpaha
Sahabat Abu Dzar pernah memanggil Bilal, “Hai si hitam.” Rasul pun mendengar dan berkata, “Hai, apakah orang putih itu lebih mulia dari mereka yang hitam. Tidak, tidak ada keutamaan dalam diri seseorang kecuali taqwa.” Lantas Abu Dzar sadar dan berkata pada Bilal, “Aku telah mengolokmu
***** akhir kutipan *****
Tulisan-tu
Wassalam
Zon di Jonggol, Kabupaten Bogor 16830