oleh Zon Jonggol
Dua fase menjadi tiga fase pemikiran
Sebagaiman a yang dapat ditemukan dalam tulisan mereka pada http:// asysyariah. com/ napak-tilas -perjalana n-hidup-al -imam-abul -hasan-al- asyari.htm l
Mereka menuliskan bahwa
***** awal kutipan *****
Di antara para ulama yang mulia itu adalah al-Imam Abul Hasan al-Asy’ari , sang pencari kebenaran. Beliau adalah seorang ulama terkemuka dari keturunan sahabat Abu Musa al-Asy’ari yang asal-usuln ya dari negeri Yaman. Perjalanan
hidup beliau pun sangat menarik untuk disimak dan dijadikan bahan
renungan, mengingat ada tiga fase keyakinan yang beliau lalui. Fase
pertama bersama Mu’tazilah , fase kedua bersama Kullabiyah , dan terakhir bersama Salafiyah Ahlus Sunnah wal Jamaah setelah mendapatka n hidayah dari ar-Rahman.
***** akhir kutipan *****
***** awal kutipan *****
Pada fase kedua ini al-Imam Abul Hasan al-Asy’ari condong kepada para ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah, namun belum berpemaham an Ahlus Sunnah wal Jamaah. Beliau lebih terpengaru h dengan kelompok Kullabiyah yang saat itu tergolong gencar dalam membantah kelompok sesat Mu’tazilah .
Menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Ibnu Kullab (baca: kelompok Kullabiyah ) menetapkan sifat-sifa t wajib bagi Allah , seperti al-ilmu, al-qudrah, al-hayat, dan yang semisalnya , namun mengingkar i sifat-sifa t fi’liyah (perbuatan ) Allah yang berkaitan dengan kehendak dan takdir-Nya , seperti sifat datang dan yang semisalnya . (Lihat Dar’u Ta’arudhil Aqli wan Naqli, 2/6)
Dari sini dapat disimpulka n bahwa pada fase kedua ini al-Imam Abul Hasan al-Asy’ari t menetapkan sebagian sifat bagi Allah (sifat wajib yang tujuh), menakwilka n sifat khabariyya h, dan mengingkar i sifat fi’liyah (perbuatan ) Allah yang berkaitan dengan kehendak dan takdir-Nya . Jadi, beliau berada di antara kelompok Mu’tazilah yang mengingkar i semua sifat Allah dan Ahlus Sunnah wal Jamaah yang menetapkan semua sifat-sifa t Allah.
***** akhir kutipan *****
Tampaknya sudah merupakan kebiasan sekte Wahabi (pengikut ajaran ulama Muhammad bin Abdul Wahhab) untuk membenarka n
apa yang mereka pahami berupaya mengklaim para ulama Ahlus Sunnah wal
Jama’ah (pengikut ajaran Sayyidina Muhammad Rasulullah shallallah alaihi wasallam) merupakan “warga” mereka
Salah satu yang terkenal adalah upaya perubahan kitab Al Ibanah untuk menyebarlu askan bahwa al-Imam Abu al-Hassan al-Asy`ari melalui tiga fase perkembang an di dalam kehidupann ya. Menurut mereka fase terakhir adalah al-Imam Abu al-Hassan al-Asy`ari meninggalk an metodologi Ibn Kullab dan berpindah ke metodologi Salaf serupa yang dipahami oleh ulama Muhammad bin Abdul Wahhab
Sebagaiman a yang telah diuraikan dalam tulisan oleh rekan kami pada http:// jundumuhamm ad.wordpre ss.com/ 2011/03/05/ benarkah-im am-abu-has an-al-asya ri-melalui -3-fase-pe mikiran/
Ibn Kullab bukanlah ahli agama yang menyalahi ulama’ Salaf. Bahkan dia termasuk dalam kalangan ulama’ Salaf dan konsisten mengikuti metodologi tafwidh sebagaiman a yang dijelaskan oleh al-Hafiz Ibn Hajar al-`Asqala ni di dalam kitabnya Lisan al-Mizan
Ada beberapa fakta sejarah yang mengatakan bahwa al-Imam Abu al-Hassan al-Asy`ari menulis kitab al-Ibanah dengan mengikut metodologi Ibn Kullab, kenyataan ini disebut oleh al-Hafiz Ibn Hajar al-`Asqala ni di dalam kitabnya Lisan al-Mizan yaitu: “Metodolog i Ibn Kullab diikuti oleh al-Asy`ari di dalam kitab al-Ibanah” . (Ibn Hajar al-`Asqala ni(t.t.), Lisan al-Mizan, Dar, al-Fikr, Beirut, juz 3, hal. 291)
Pernyataan al-Hafiz Ibn Hajar al-`Asqala ni ini menambah keyakinan kita bahwa Ibn Kullab konsisten dengan metodologi Salaf al-Salih dan termasuk ulama’ mereka, karena kitab al-Ibanah yang dikarang oleh al-Imam Abu al-Hassan al-Asy`ari pada akhir hayatnya dan mengikuti metodologi Salaf, juga mengikuti metodologi Ibn Kullab. Hal ini membawa kepada kesimpulan bahawa metodologi Salaf dan metodologi Ibn Kullab ADALAH SAMA, dan itulah yang diikuti oleh al-Imam Abu al-Hassan al-Asy`ari setelah keluar dari Muktazilah .
Dengan demikian, kenyataan al-Hafiz Ibn Hajar al-`Asqala ni tersebut juga telah membatalka n dakwaan golongan Wahhabi melalui kenyataan mereka yang mengatakan bahwa pemikiran al-Imam Abu al-Hassan al-Asy`ari mengalami tiga fase perkembang an. Bahkan kenyataan tersebut dapat menguatkan lagi kenyataan yang menyatakan bahwa pemikiran al-Imam Abu al-Hassan al-Asy`ari hanya mengalami dua fase perkembang an saja, yaitu fase ketika mengikuti faham Muktazilah dan fase kembalinya al-Imam Abu al-Hassan al-Asy`ari kepada metodologi Ahl al-Sunnah Wa al-Jama`ah yang sebenarnya sebagaiman a yang diikuti oleh Ibn Kullab, al-Muhasib i, al-Qalanis i, al-Karabis i, al-Bukhari , Muslim, Abu Tsaury, al-Tabari dan lain-lain. Dalam fase kedua ini al-Imam Abu al-Hassan al-Asy`ari mengarang kitab al-Ibanah.
Dalil lain yang menguatkan lagi bahwa kitab al-Ibanah yang dikarang oleh al-Imam Abu al-Hassan al-Asy`ari sesuai dengan mengikut metodologi Ibn Kullab adalah fakta sejarah, kerana al-Imam Abu al-Hassan al-Asy`ari pernah menunjukka n
kitab al-Ibanah tersebut kepada sebagian ulama’ Hanabilah di Baghdad
yang sangat menitik beratkan tentang fakta, mereka telah menolak kitab
al-Ibanah tersebut karena tidak setuju terhadap metodologi al-Imam Abu al-Hassan al-Asy`ari . Di dalam hal ini, al-Hafiz al-Zahabi telah berkata :
“Ketika al-Asy`ari datang ke Baghdad, dia mendatangi Abu Muhammad al-Barbaha ri (ketua mazhab Hanbali) dan berkata : Aku telah membantah al-Jubba’i . Aku telah membantah Majusi. Aku telah membantah Kristen. Abu Muhammad menjawab, Aku tidak mengerti maksud perkataanm u dan aku tidak mengenal kecuali apa yang dikatakan oleh al-Imam Ahmad. Kemudian al-Asy`ari pergi dan menulis kitab al-Ibanah. Ternyata al-Barbaha ri tetap tidak menerima al-Asy`ari ”. (Al-Dzahab i(1994), Siyar A`lam al-Nubala, Muassasah al-Risalah , Beirut, ed, Syuaib al-Arnauth ,
juz 12, hal. 82 dan juga juz 15, hal. 90 dan Cetakan Maktabah
al-Shafâ, cet.1, 1424H, vol.9, hal.372; Ibn Abi Ya’la al-Farra’( t.t.) Tabaqat al-Hanabil ah, Salafiyyah , Cairo, ed. Hamid al-Faqi, juz 2, hal. 18)
Fakta sejarah di atas menyimpulk an, bahwa al-Barbaha ri mewakili kelompok Hanabilah tidak menerima konsep yang ditawarkan oleh al-Imam Abu al-Hassan al-Asy`ari . Kemudian al-Imam Abu al-Hassan al-Asy`ari menulis kitab al-Ibanah dan diajukan kepada al-Barbaha ri, ternyata ditolaknya juga. Hal ini menjadi bukti bahwa al-Ibanah yang asli ditulis oleh al-Imam Abu al-Hassan al-Asy`ari tidak sama dengan kitab al-Ibanah yang kini diikuti oleh golongan Wahhabi. Kitab al-Ibanah yang asli sebenarnya mengikut metodologi Ibn Kullab.
Perlu diketahui pula, bahwa sebelum fase al-Imam Abu al-Hassan al-Asy`ari , kelompok Hanabilah yang cenderung kepada penelitian fakta itu telah menolak metodologi yang ditawarkan oleh Ibn Kullab, al-Bukhari ,
Muslim, Abu Tsaury, al-Tabari dan lain-lain berkaitan dengan masalah
bacaan seseorang terhadap Al Qur'an apakah termasuk makhluk atau bukan
Sekarang, apabila kitab al-Ibanah yang asli sesuai dengan metodologi
Ibn Kullab, lalu bagaimana dengan kitab al-Ibanah yang tersebar
dewasa ini yang menjadi dasar kaum Wahhabi untuk mendakwa bahwa
al-Asy`ari telah membuang mazhabnya?
Berdasarka n kajian yang mendalam, para pakar telah membuat kesimpulan bahwa kitab al-Ibanah yang dinisbahka n kepada al-Imam Abu al-Hassan al-Asy`ari tersebut telah tersebar dewasa ini penuh dengan tahrif/ distorsi, penguranga n dan penambahan . Terutama kitab al-Ibanah yang diterbitka n di Saudi Arabia dan ditahqiqka n oleh ulama Wahhabi. Untuk melihat bukti tahrif/ distorsi yang dilakukan oleh kalangan Wahabi baca artikel ini:
Pemalsuan Kitab Al-Ibanah Al-Imam Abu Al-Hasan Al-Asy’ari , pada http:// jundumuhamm ad.wordpre ss.com/ 2011/03/04/ pemalsuan-k itab-al-ib anah-imam- abu-hasan- al-asyariy /
Terkait ayat-ayat shifat dan mutasyabih at , mereka menolak mentafwidh makna dan kaifiyatny a kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menolak mentakwilk an dengan takwilan yang layak bagi keagungan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hal ini telah disampaika n pula dalam tulisan pada http:// mutiarazuhu d.wordpres s.com/ 2012/06/13/ mereka-mela rang-takwi l/
Mereka menolak riwayat pentakwila n Imam Ahmad bin Hanbal bahkan mereka menempuh cara-cara yang licik untuk mencari pembenaran , selengkapn ya disampaika n dalam tulisan http:// ibnu-alkati biy.blogsp ot.com/ 2012/10/ penipuan-da n-kecurang an-wahabi- salafi.htm l
Mereka dikenal bermazhab Hanbali sebagaiman a yang disampaika n dalam tulisan pada http:// mutiarazuhu d.wordpres s.com/ 2011/07/28/ semula-berm azhab-hamb ali/
Namun kenyataann ya mereka lebih bersandar kepada pemahaman (ijtihad) mereka sendiri dengan muthola’ah (menelaah) kitab secara otodidak (belajar sendiri) sehingga mereka menolak makna majaz (kiasan atau makna tersirat) sebagaiman a yang disampaika n dalam tulisan pada http:// mutiarazuhu d.wordpres s.com/ 2011/06/23/ makna-majaz /
Oleh karenanya mereka juga menolak takwil dan mereka menolak tafwidh sehingga mereka pada hakikatnya memaknai secara dzahir/ harfiah/ tertulis/ tersurat atau memahami dengan metodologi "terjemahk an saja" dari sudut arti bahasa (lughot) dan isitilah (terminolo gi) saja
Para ulama terdahulu yang sholeh telah memberikan batasan kepada kita untuk tidak memahami ayat mutasyabih at tentang sifat dengan makna dzahir.
Imam Ahmad ar-Rifa’i (W. 578 H/ 1182 M) dalam kitabnya al-Burhan al-Muayyad, “Sunu ‘Aqaidakum
Minat Tamassuki Bi Dzahiri Ma Tasyabaha Minal Kitabi Was Sunnati
Lianna Dzalika Min Ushulil Kufri”, “Jagalah aqidahmu dari berpegang
dengan dzahir ayat dan hadis mutasyabih at, karena hal itu salah satu pangkal kekufuran” .
Imam besar ahli hadis dan tafsir, Jalaluddin As-Suyuthi dalam “Tanbiat Al-Ghabiy Bi Tabriat Ibn ‘Arabi” mengatakan “Ia (ayat-ayat mutasyabih at) memiliki makna-makn a khusus yang berbeda dengan makna yang dipahami oleh orang biasa. Barangsiap a memahami kata wajh Allah, yad , ain dan istiwa sebagaiman a makna yang selama ini diketahui (wajah Allah, tangan, mata, bertempat) , ia kafir (kufur dalam i’tiqod) secara pasti.”
Bahkan Imam Sayyidina Ali ra mengatakan bahwa mereka yang mensifati Allah ta’ala dengan sifat-sifa t benda dan anggota-an ggota badan adalah mereka yang mengingkar i Allah Azza wa Jalla.
Sayyidina Ali Ibn Abi Thalib ra berkata : “Sebagian golongan dari umat Islam ini ketika kiamat telah dekat akan kembali menjadi orang-oran g kafir”.
Seseorang bertanya kepadanya : “Wahai Amirul Mukminin apakah sebab kekufuran mereka? Adakah karena membuat ajaran baru atau karena pengingkar an?”
Sayyidina Ali Ibn Abi Thalib ra menjawab : “Mereka menjadi kafir karena pengingkar an. Mereka mengingkar i Pencipta mereka (Allah Subhanahu wa ta’ala) dan mensifati- Nya dengan sifat-sifa t benda dan anggota-an ggota badan.”
Dalam kitab ilmu tauhid berjudul “Hasyiyah ad-Dasuqi ‘ala Ummil Barahin” karya Syaikh Al-Akhthal dapat kita ketahui bahwa
- Barangsiap a mengi’tiqa dkan (meyakinka n) bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala mempunyai tangan (jisim) sebagaiman a tangan makhluk (jisim-jis im lainnya), maka orang tersebut hukumnya “Kafir (orang yang kufur dalam i’tiqod)
- Barangsiap a mengi’tiqa dkan (meyakinka n) bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala mempunyai tangan (jisim) namun tidak serupa dengan tangan makhluk (jisim-jis im lainnya), maka orang tersebut hukumnya ‘Aashin atau orang yang telah berbuat durhaka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
- I’tiqad yang benar adalah i’tiqad yang menyatakan bahwa sesungguhn ya
Allah Subhanahu wa Ta’ala itu bukanlah seperti jisim (bentuk suatu
makhluk) dan bukan pula berupa sifat. Tidak ada yang dapat mengetahui Dzat Allah Subhanahu wa Ta’ala kecuali Dia
Oleh karena dengan metodologi “terjemahk an saja”, ulama Ibnu Taimiyyah terjerumus kekufuran dalam i’tiqod yang mengakibat kan beliau diadili oleh para qodhi dan para ulama ahli fiqih dari empat madzhab dan diputuskan hukuman penjara agar ulama Ibnu Taimiyyah tidak menyebarlu askan kesalahapa hamannya sehingga beliau wafat di penjara sebagaiman a dapat diketahui dalam tulisan pada http:// mutiarazuhu d.wordpres s.com/ 2012/04/13/ ke-langit-d unia atau uraian dalam tulisan pada http:// ibnu-alkati biy.blogsp ot.com/ 2011/12/ kisah-tauba tnya-ibnu- taimiyah-d i-tangan.h tml
Mereka boleh jadi mengikuti pola pemahaman Fir’aun bahwa setiap yang ada pasti punya tempat sebagaiman a yang telah disampaika n dalam tuisan pada http:// mutiarazuhu d.wordpres s.com/ 2012/09/14/ terhasut-aq idah-firau n/
Wassalam
Zon di Jonggol, Kabupaten Bogor 16830
Sebagaiman
Mereka menuliskan
***** awal kutipan *****
Di antara para ulama yang mulia itu adalah al-Imam Abul Hasan al-Asy’ari
***** akhir kutipan *****
***** awal kutipan *****
Pada fase kedua ini al-Imam Abul Hasan al-Asy’ari
Menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Ibnu Kullab (baca: kelompok Kullabiyah
Dari sini dapat disimpulka
***** akhir kutipan *****
Tampaknya sudah merupakan kebiasan sekte Wahabi (pengikut ajaran ulama Muhammad bin Abdul Wahhab) untuk membenarka
Salah satu yang terkenal adalah upaya perubahan kitab Al Ibanah untuk menyebarlu
Sebagaiman
Ibn Kullab bukanlah ahli agama yang menyalahi ulama’ Salaf. Bahkan dia termasuk dalam kalangan ulama’ Salaf dan konsisten mengikuti metodologi
Ada beberapa fakta sejarah yang mengatakan
Pernyataan
Dengan demikian, kenyataan al-Hafiz Ibn Hajar al-`Asqala
Dalil lain yang menguatkan
“Ketika al-Asy`ari
Fakta sejarah di atas menyimpulk
Perlu diketahui pula, bahwa sebelum fase al-Imam Abu al-Hassan al-Asy`ari
Sekarang, apabila kitab al-Ibanah yang asli sesuai dengan metodologi
Berdasarka
Pemalsuan Kitab Al-Ibanah Al-Imam Abu Al-Hasan Al-Asy’ari
Terkait ayat-ayat shifat dan mutasyabih
Mereka menolak riwayat pentakwila
Mereka dikenal bermazhab Hanbali sebagaiman
Namun kenyataann
Oleh karenanya mereka juga menolak takwil dan mereka menolak tafwidh sehingga mereka pada hakikatnya
Para ulama terdahulu yang sholeh telah memberikan
Imam Ahmad ar-Rifa’i (W. 578 H/
Imam besar ahli hadis dan tafsir, Jalaluddin
Bahkan Imam Sayyidina Ali ra mengatakan
Sayyidina Ali Ibn Abi Thalib ra berkata : “Sebagian golongan dari umat Islam ini ketika kiamat telah dekat akan kembali menjadi orang-oran
Seseorang bertanya kepadanya : “Wahai Amirul Mukminin apakah sebab kekufuran mereka? Adakah karena membuat ajaran baru atau karena pengingkar
Sayyidina Ali Ibn Abi Thalib ra menjawab : “Mereka menjadi kafir karena pengingkar
Dalam kitab ilmu tauhid berjudul “Hasyiyah ad-Dasuqi ‘ala Ummil Barahin” karya Syaikh Al-Akhthal
- Barangsiap
- Barangsiap
- I’tiqad yang benar adalah i’tiqad yang menyatakan
Oleh karena dengan metodologi
Mereka boleh jadi mengikuti pola pemahaman Fir’aun bahwa setiap yang ada pasti punya tempat sebagaiman
Wassalam
Zon di Jonggol, Kabupaten Bogor 16830