oleh Zon Jonggol
Peringatan Maulid Nabi adalah kebiasaan yang baik
Kaum Nasrani atau siapapun yang memperinga ti hari kelahiran seorang manusia tidaklah berdosa
Kaum Nasrani berdosa karena menjadikan "Isa putera Maryam" sebagai anak Tuhan
Peringatan Maulid Nabi adalah termasuk sebuah kebiasaan dan merupakan kebiasaan yang baik
Perkara kebiasaan maupun kebiasaan yang sering dilakukan atau tradisi atau adat istiadat berlaku kaidah ushul fiqih
“wal ashlu fi ‘aadaatina l ibaahati hatta yajii u sooriful ibahah”
yang artinya “dan hukum asal dalam kebiasaan (adat istiadat) adalah boleh saja sampai ada dalil yang memalingka n dari hukum asal atau sampai ada dalil yang melarang atau mengharamk annya“.
Peringatan
Maulid Nabi adalah perkara baru (bid’ah) yang tidak terkait dengan dosa
yakni perkara baru (bid’ah) yang tidak melanggar satupun laranganNy a atau tidak bertentang an dengan Al Qur’an dan As Sunnah
Peringatan Maulid Nabi dapat kita pergunakan untuk intropeksi diri sejauh mana kita telah meneladani Rasulullah shallallah u alaihi wasallam, bagi kehidupan kita hari ini maupun esok. Begitupula memperinga ti hari kelahiran diri sendiri dapat kita pergunakan untuk intropeksi diri sejauh mana kita mempersiap kan diri bagi kehidupan di akhirat kelak adalah bukan perkara dosa atau terlarang.
Allah Azza wa Jalla berfirman, “Wal tandhur nafsun ma qaddamat li ghad “, “Perhatika n masa lampaumu untuk hari esokmu” (QS al Hasyr [59] : 18
Kemungkina n terjadi kesalahan adalah cara kita mengisi peringatan Maulid Nabi atau cara kita mengisi peringatan hari kelahiran itu sendiri.
Sedangkan peringatan
Maulid Nabi yang umumnya dilakukan mayoritas kaum muslim (as-sawad
al a’zham) dan khususnya kaum muslim di negara kita sebagaiman a pula yang diselengga rakan oleh umaro (pemerinta h) mengisi acara peringatan Maulid Nabi dengan urutan pembacaan Al Qur'an, pembacaan Sholawat dan pengajian atau ta'lim seputar kehidupan Rasulullah shallallah u alaihi wasallam dan kaitannya dengan kehidupan masa kini
Rasulullah shallallah u alaihi wasallam bersabda:
“إِنَّ اللهَ لَا يُجْمِعُ أُمَّةِ عَلَى ضَلَالَةٍ وَيَدُ اللهِ مَعَ الجَمَاعَة ِ وَمَنْ شَذَّ شَذَّ إِلَى النَّارِ”
“Sesungguh nya Allah tidak menghimpun ummatku diatas kesesatan. Dan tangan Allah bersama jama’ah. Barangsiap a yang menyelewen gkan, maka ia menyelewen g ke neraka“. (HR. Tirmidzi: 2168).
Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahull ah dalam Fathul Bari XII/ 37 menukil perkataan Imam Thabari rahimahullah yang menyatakan : “Berkata kaum (yakni para ulama), bahwa jama’ah adalah as-sawadul a’zham (mayoritas kaum muslim)“
Rasulullah shallallah u alaihi wasallam bersabda “Sesungguh nya umatku tidak akan bersepakat pada kesesatan. Oleh karena itu, apabila kalian melihat terjadi perselisih an maka ikutilah as-sawad al a’zham (mayoritas
kaum muslim).” (HR.Ibnu Majah, Abdullah bin Hamid, at Tabrani, al
Lalika’i, Abu Nu’aim. Menurut Al Hafidz As Suyuthi dalam Jamius Shoghir,
ini adalah hadits Shohih)
Ibnu Mas’ud radhiallah uanhu mewasiatka n yang artinya: ”Al-Jama’a h adalah sesuatu yang menetapi al-haq walaupun engkau seorang diri”
Maksudnya tetaplah mengikuti Al-Jamaah atau as-sawad al a’zham (mayoritas kaum muslim) walaupun tinggal seorang diri di suatu tempat yang terpisah. Hindarilah firqoh atau sekte yakni orang-oran g
yang mengikuti pemahaman seorang ulama yang telah keluar (kharaja)
dari pemahaman mayoritas kaum muslim (as-sawad al a’zham).
Dari Ibnu Sirin dari Abi Mas’ud, bahwa beliau mewasiatka n
kepada orang yang bertanya kepadanya ketika ‘Utsman dibunuh, untuk
berpegang teguh pada Jama’ah, karena Allah tidak akan mengumpulk an umat Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam kesesatan. Dan dalam hadits dinyatakan bahwa ketika manusia tidak mempunyai imam, dan manusia berpecah belah menjadi kelompok-k elompok maka janganlah mengikuti salah satu firqah/ sekte. Hindarilah semua firqah/ sekte itu jika kalian mampu untuk menghindar i terjatuh ke dalam keburukan” .
Imam Al hafidh Abu Syaamah rahimahull ah (Guru imam Nawawi): “merupakan
Bid’ah hasanah yang mulia dizaman kita ini adalah perbuatan yang
diperbuat setiap tahunnya di hari kelahiran Rasul shallallah u alaihi wasallam dengan banyak bersedekah , dan kegembiraa n, menjamu para fuqara, seraya menjadikan hal itu memuliakan Rasul shallallah u alaihi wasallam dan membangkit kan rasa cinta pada beliau shallallah u alaihi wasallam, dan bersyukur kepada Allah ta’ala dengan kelahiran Nabi shallallah u alaihi wasallam“.
Imam Al hafidh Ibn Abidin rahimahull ah, dalam syarahnya maulid ibn hajar berkata : “ketahuila h salah satu bid’ah hasanah adalah pelaksanaa n maulid di bulan kelahiran nabi shallallah u alaihi wasallam”
Imam Al Hafidh Ibnul Jauzi rahimahull ah, dengan karangan maulidnya yang terkenal “al aruus” juga beliau berkata tentang pembacaan maulid, “Sesungguh nya membawa keselamata n tahun itu, dan berita gembira dengan tercapai semua maksud dan keinginan bagi siapa yang membacanya serta merayakann ya”.
Imam Al Hafidh Al Qasthalani y rahimahull ah dalam kitabnya Al Mawahibull adunniyyah juz 1 hal 148 cetakan al maktab al islami berkata: “Maka Allah akan menurukan rahmat Nya kepada orang yang menjadikan hari kelahiran Nabi saw sebagai hari besar”.
Janganlah karena kebiasaan maulid Nabi telah ditinggalk an oleh orang Arab yang merupakan pengikut ajaran ulama Muhammad bin Wahhab lalu kita mengharamk an atau melaranga peringatan Maulid Nabi karena mengharamk an (melarang) sesuatu yang tidak diharamkan (dilarang) oleh Allah Azza wa Jalla sama dengan menyekutuk an Allah.
Firman Allah Azza wa Jalla yang artinya, “Katakanla h! Tuhanku hanya mengharamk an hal-hal yang tidak baik yang timbul daripadany a dan apa yang tersembuny i dan dosa dan durhaka yang tidak benar dan kamu menyekutuk an Allah dengan sesuatu yang Allah tidak turunkan keterangan padanya dan kamu mengatakan atas (nama) Allah dengan sesuatu yang kamu tidak mengetahui .” (QS al-A’raf: 32-33)
Dalam hadits Qudsi , Rasulullah bersabda: “Aku ciptakan hamba-hamb aKu ini dengan sikap yang lurus, tetapi kemudian datanglah syaitan kepada mereka. Syaitan ini kemudian membelokka n mereka dari agamanya, dan mengharamk an atas mereka sesuatu yang Aku halalkan kepada mereka, serta mempengaru hi supaya mereka mau menyekutuk an Aku dengan sesuatu yang Aku tidak turunkan keterangan padanya.” (Riwayat Muslim)
Allah Azza wa Jalla berfirman, “Mereka menjadikan para rahib dan pendeta mereka sebagai tuhan-tuha n selain Allah“. (QS at-Taubah [9]:31 )
Ketika Nabi ditanya terkait dengan ayat ini, “apakah mereka menyembah para rahib dan pendeta sehingga dikatakan menjadikan mereka sebagai tuhan-tuha n
selain Allah?” Nabi menjawab, “tidak”, “Mereka tidak menyembah para
rahib dan pendeta itu, tetapi jika para rahib dan pendeta itu
menghalalk an sesuatu bagi mereka, mereka menganggap nya halal, dan jika para rahib dan pendeta itu mengharamk an bagi mereka sesuatu, mereka mengharamk annya“
Pada riwayat yang lain disebutkan , Rasulullah bersabda ”mereka (para rahib dan pendeta) itu telah menetapkan haram terhadap sesuatu yang halal, dan menghalalk an sesuatu yang haram, kemudian mereka mengikutin ya. Yang demikian itulah penyembaha nnya kepada mereka.” (Riwayat Tarmizi)
Jadi mereka yang melarang yang tidak dilarangNy a, mengharamk an yang tidak diharamkan Nya atau mewajibkan yang tidak diwajibkan Nya, telah bertasyabu h dengan kaum kafir yakni menjadikan ulama-ulam a mereka “sebagai tuhan-tuha n selain Allah“. (QS at-Taubah [9]:31 )
Pengikut ajaran Muhammad bin Abdul Wahhab atau sekte Wahabi lebih suka mengadakan “Pekan Memorial Muhammad bin Abdul Wahhab” untuk memperinga ti dan mengenang ulama panutan atau teladan bagi mereka sebagaiman a yang dapat kita ketahui dari http:// kangaswad.w ordpress.c om/2011/ 02/28/ antara-peka n-muhammad -bin-abdul -wahhab-da n-maulid-n abi/
Salah satu alasan perbedaann ya sebagaiman a yang disampaika n ulama Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahull ah bahwa “Pekan Memorial Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab Rahimahull ahu Ta’ala” tidak dianggap sebagai suatu bentuk taqarrub (mendekatk an diri) kepada Allah Azza Wa Jalla“.
Dengan kata lain “Pekan Memorial Muhammad bin Abdil Wahhab” adalah perbuatan menjauhkan diri dari Allah Azza Wa Jalla”
Mereka dengan sengaja melakukan perbuatan menjauhkan diri dari Allah Azza Wa Jalla untuk menghindar i bid’ah menurut pemahaman mereka seperti
Ibnu Taimiyyah mengatakan
“Setiap bid’ah yang tidak ada kewajiban dan sunahnya, maka itu adalah
bid’ah yang jelek, dan itu adalah sesat menurut kesepakata n kaum muslimin. Barangsiap a yang mengatakan
bahwa pada sebagian bid’ah ada bid’ah hasanah. Maka, jika dalam hal
itu terdapat dalil syar’i, maka itu adalah disukai. Adapun apa-apa
yang tidak ada sunahnya atau kewajibann ya, maka tidak ada satu pun kaum muslimin yang mengatakan itu adalah kebaikan yang dapat mendekatka n diri kepada Allah Ta’ala. Barangsiap a yang mendekatka n diri kepada Allah Ta’ala dengan kebaikan yang tidak diperintah kan,
baik perkara wajib atau sunah, maka dia sesat dan telah mengikuti
syetan, dan jalannya adalah jalan syetan” (Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah, Majmu’ Fatawa, 1/40. Mawqi’ Al Islam)
Jadi menurut mereka, bid’ah adalah perbuatan yang mendekatka n diri (taqarub) kepada Allah Ta’ala dengan kebaikan yang tidak diperintah kan, baik perkara wajib atau sunah, maka dia sesat dan telah mengikuti syetan, dan jalannya adalah jalan syetan.
Padahal perbuatan yang tidak mendekatka n diri kepada Allah ta’ala adalah perbuatan mengikuti jalan syetan yakni perbuatan yang memperturu tkan hawa nafsu sehingga menyalahi laranganNy a atau perbuatan yang bertentang an dengan Al Qur’an dan Hadits
Firman Allah ta’ala yang artinya
“…Janganla h kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatka n kamu dari jalan Allah..” (QS Shaad [38]:26)
“Katakanla h: “Aku tidak akan mengikuti hawa nafsumu, sungguh tersesatla h aku jika berbuat demikian dan tidaklah (pula) aku termasuk orang-oran g yang mendapat petunjuk” (QS An’Aam [6]:56 )
Sedangkan kebiasaan peringatan Maulid Nabi adalah termasuk sarana untuk mendekatka n diri kepada Allah ta'ala sehingga dapat mencapai muslim yang bermakrifa t atau muslim yang menyaksika n Allah ta’ala dengan hati (ain bashiroh) yakni muslim yang selalu meyakini kehadiranN ya, selalu sadar dan ingat kepadaNya.
Imam Qusyairi mengatakan “Asy-Syahi d untuk menunjukka n sesuatu yang hadir dalam hati, yaitu sesuatu yang membuatnya selalu sadar dan ingat, sehingga seakan-aka n pemilik hati tersebut senantiasa melihat dan menyaksika n-Nya, sekalipun Dia tidak tampak. Setiap apa yang membuat ingatannya menguasai hati seseorang maka dia adalah seorang syahid (penyaksi) ”
Ubadah bin as-shamit ra. berkata, bahwa Rasulullah shallallah u alaihi wasallam berkata: “Seutama-u tama iman seseorang, jika ia telah mengetahui (menyaksik an) bahwa Allah selalu bersamanya , di mana pun ia berada“
Rasulullah shallallah u alaihi wasallm bersabda “Iman paling afdol ialah apabila kamu mengetahui bahwa Allah selalu menyertaim u dimanapun kamu berada“. (HR. Ath Thobari)
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا حَفْصٌ عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ عَنْ عَطَاءٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ رَآهُ بِقَلْبِه
Telah menceritak an kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritak an
kepada kami Hafsh dari Abdul Malik dari ‘Atha’ dari Ibnu Abbas dia
berkata, “Beliau telah melihat dengan mata hatinya.” (HR Muslim 257)
Imam Sayyidina Ali r.a. pernah ditanya oleh seorang sahabatnya bernama Zi’lib Al-Yamani, “Apakah Anda pernah melihat Tuhan?”
Beliau menjawab, “Bagaimana saya menyembah yang tidak pernah saya lihat?”
“Bagaimana Anda melihat-Ny a?” tanyanya kembali.
Sayyidina Ali ra menjawab “Dia tak bisa dilihat oleh mata dengan pandangan manusia yang kasat, tetapi bisa dilihat oleh hati”
Sebuah riwayat dari Ja’far bin Muhammad beliau ditanya: “Apakah engkau melihat Tuhanmu ketika engkau menyembah- Nya?” Beliau menjawab: “Saya telah melihat Tuhan, baru saya sembah”. “Bagaimana anda melihat-Ny a?” dia menjawab: “Tidak dilihat dengan mata yang memandang, tapi dilihat dengan hati yang penuh Iman.”
Jika belum dapat melihat Allah dengan hati (ain bashiroh) atau bermakrifa t maka yakinlah bahwa Allah Azza wa Jalla melihat kita.
Lalu dia bertanya lagi, ‘Wahai Rasulullah , apakah ihsan itu? ‘ Beliau menjawab, ‘Kamu takut (khasyyah) kepada Allah seakan-aka n kamu melihat-Ny a (bermakrif at), maka jika kamu tidak melihat-Ny a (bermakrif at) maka sesungguhn ya Dia melihatmu. ” (HR Muslim 11)
Firman Allah ta’ala yang artinya “Sesungguh nya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamb a-Nya, hanyalah ulama” (QS Al Faathir [35]:28)
Muslim yang takut kepada Allah karena mereka selalu yakin diawasi oleh Allah Azza wa Jalla atau mereka yang selalu memandang Allah dengan hatinya (ain bashiroh), setiap akan bersikap atau berbuat sehingga mencegah dirinya dari melakukan sesuatu yang dibenciNya , menghindar i perbuatan maksiat, menghindar i perbuatan keji dan mungkar hingga dia dekat dengan Allah ta’ala karena berakhlaku l karimah meneladani manusia yang paling mulia Sayyidina Muhammad Rasulullah shallallah u alaihi wasallam
Muslim yang dekat dengan Allah ta’ala maka berkumpul dengan Rasulullah shallallah u alaihi wasallam, para Nabi, para Shiddiqin dan Syuhada
Firman Allah ta’ala yang artinya,
”…Sekirany a kalau bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya , niscaya tidak ada seorangpun dari kamu yang bersih (dari perbuatan keji dan mungkar) selama-lam anya, tetapi Allah membersihk an siapa saja yang dikehendak i…” (QS An-Nuur:21 )
“Sesungguh nya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganuge rahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatk an (manusia) kepada negeri akhirat. Dan sesungguhn ya mereka pada sisi Kami benar-bena r termasuk orang-oran g pilihan yang paling baik.” (QS Shaad [38]:46-47 )
“Sesungguh nya
orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling taqwa di antara kamu” (QS Al Hujuraat [49]:13)
“Tunjukila h kami jalan yang lurus , (yaitu) jalan orang-oran g yang telah Engkau beri ni’mat kepada mereka” (QS Al Fatihah [1]:6-7)
“Dan barangsiap a yang menta’ati Allah dan Rasul(Nya) , mereka itu akan bersama-sa ma dengan orang-oran g yang dianugerah i ni’mat oleh Allah, yaitu : Nabi-nabi, para shiddiiqii n, orang-oran g yang mati syahid, dan orang-oran g sholeh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-bai knya .” (QS An Nisaa [4]: 69)
Muslim yang terbaik bukan nabi yang mendekatka n diri (taqarub) kepada Allah sehingga meraih maqom disisiNya dan menjadi kekasih Allah (wali Allah) adalah shiddiqin, muslim yang membenarka n dan menyaksika n Allah dengan hatinya (ain bashiroh) atau muslim yang bermakrifa t. Bermacam-m acam tingkatan shiddiqin sebagaiman a yang diuraikan dalam tulisan pada http:// mutiarazuhu d.wordpres s.com/ 2011/01/14/ 2011/09/28/ maqom-wali- allah
Rasulullah shallallah u alaihi wasallam bersabda “sesungguh nya ada di antara hamba Allah (manusia) yang mereka itu bukanlah para Nabi dan bukan pula para Syuhada’. Mereka dirindukan
oleh para Nabi dan Syuhada’ pada hari kiamat karena kedudukan
(pangkat) mereka di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala“ Seorang dari
sahabatnya berkata, “siapa gerangan mereka itu wahai Rasulullah ? Semoga kita dapat mencintai mereka“. Nabi shallallah u
‘alaihi wasallam menjawab dengan sabdanya: “Mereka adalah suatu kaum
yang saling berkasih sayang dengan anugerah Allah bukan karena ada
hubungan kekeluarga an dan bukan karena harta benda, wajah-waja h mereka memancarka n cahaya dan mereka berdiri di atas mimbar-mim bar dari cahaya. Tiada mereka merasa takut seperti manusia merasakann ya dan tiada mereka berduka cita apabila para manusia berduka cita”. (HR. an Nasai dan Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya)
Hadits senada, dari ‘Umar bin Khathab ra bahwa Rasulullah shallallah u alaihi wasallam bersabda, “Sesungguh nya diantara hamba-hamb aku
itu ada manusia manusia yang bukan termasuk golongan para Nabi, bukan
pula syuhada tetapi pada hari kiamat Allah ‘Azza wa Jalla menempatka n
maqam mereka itu adalah maqam para Nabi dan syuhada.” Seorang
laki-laki bertanya : “siapa mereka itu dan apa amalan mereka?”mu dah-mudaha n kami menyukainy a“. Nabi bersabda: “yaitu Kaum yang saling menyayangi karena Allah ‘Azza wa Jalla walaupun mereka tidak bertalian darah, dan mereka itu saling menyayangi bukan karena hartanya, dan demi Allah sungguh wajah mereka itu bercahaya,
dan sungguh tempat mereka itu dari cahaya, dan mereka itu tidak takut
seperti yang ditakuti manusia, dan tidak susah seperti yang
disusahkan manusia,” kemudian beliau membaca ayat : ” Ingatlah, sesungguhn ya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatir an terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. (QS Yunus [10]:62)
Kaum yang dicintai-N ya
dan mereka mencintai Allah adalah kaum muslim yang bersikap lemah
lembut terhadap orang yang mu’min, yang bersikap keras terhadap
orang-oran g kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela.
Firman Allah ta’ala yang artinya, “Hai orang-oran g yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya maka kelak Allah akan mendatangk an suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiN ya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu’min, yang bersikap keras terhadap orang-oran g
kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada
celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan- Nya kepada siapa yang dikehendak i-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian -Nya), lagi Maha Mengetahui .” (QS Al Ma’iadah [5]:54)
Yang dimaksud “orang yang murtad dari agamanya” adalah orang-oran g seperti Dzul Khuwaishir ah dari Bani Tamim An Najdi. Murtad dikarenaka n pemahamann ya
telah keluar (kharaja) dari pemahaman mayoritas kaum muslim (as-sawad
al a’zham) yang disebut juga dengan khawarij. Khawarij adalah bentuk
jamak (plural) dari kharij (bentuk isim fail) artinya yang keluar.
Rasulullah shallallah u alaihi wasallam mengatakan bahwa orang-oran g seperti Dzul Khuwaishir ah dari Bani Tamim An Najdi yang keras kepada kaum muslim bahkan membunuh kaum muslim dan membiarkan para penyembah berhala adalah mereka keluar dari Islam atau murtad
Rasulullah shallallah u alaihi wasallam bersabda “Dari kelompok orang ini, akan muncul nanti orang-oran g yang pandai membaca Al Qur`an tetapi tidak sampai melewati kerongkong an mereka, bahkan mereka membunuh orang-oran g Islam, dan membiarkan para penyembah berhala; mereka keluar dari Islam seperti panah yang meluncur dari busurnya. (HR Muslim 1762)
Yang dimaksud dengan “membiarka n para penyembah berhala” adalah “membiarka n” kaum Yahudi.
Kaum Yahudi yang sekarang dikenal sebagai kaum Zionis Yahudi atau disebut juga dengan freemason, iluminati, lucifier yakni kaum yang meneruskan keyakinan pagan (paganisme ) atau penyembah berhala
Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang membenarka n apa (kitab) yang ada pada mereka, sebahagian dari orang-oran g yang diberi kitab (Taurat) melemparka n kitab Allah ke belakang (punggung) nya, seolah-ola h mereka tidak mengetahui (bahwa itu adalah kitab Allah). Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-sy aitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjaka n sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjaka n sihir), hanya syaitan-sy aitan lah yang kafir (mengerjak an sihir).” (QS Al Baqarah [2]:101-10 2)
Rasulullah shallallah u alaihi wasallam bersabda yang artinya “Demi Allah, yang diriku ada dalam genggaman tanganNya, tidaklah mendengar dari hal aku ini seseorangp un
dari ummat sekarang ini, Yahudi, dan tidak pula Nasrani, kemudian
tidak mereka mau beriman kepadaku, melainkan masuklah dia ke dalam
neraka.”
Kaum Yahudi atau yang dikenal sekarang dengan kaum Zionis Yahudi , Allah ta’ala menyampaik an
dalam firmanNya yang arti “yaitu orang yang dikutuki dan dimurkai
Allah, di antara mereka yang dijadikan kera dan babi.” (QS al-Ma’idah [5]:60)
Kaum Nasrani, Allah ta’ala menyampaik an dalam firmanNya yang arti “Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-oran g yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatka n kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus.” (QS al-Ma’idah : [5]:77)
Hadits yang diriwayatk an Sufyan bin Uyainah dengan sanadnya dari Adi bin Hatim. Ibnu Mardawih meriwayatk an dari Abu Dzar, dia berkata, “Saya bertanya kepada Rasulullah Shallallah u alaihi wasallam tentang orang-oran g yang dimurkai“, beliau bersabda, ‘Kaum Yahudi.’ Saya bertanya tentang orang-oran g yang sesat, beliau bersabda, “Kaum Nasrani.“
Hamad bin Salamah meriwayatk an dari Adi bin Hatim, dia berkata, “Saya bertanya kepada Rasulullah Shallallah u alaihi wasallam ihwal ‘bukan jalannya orang-oran g yang dimurkai’. Beliau bersabda, “Yaitu kaum Yahudi.’ Dan bertanya ihwal ‘bukan pula jalannya orang-oran g yang sesat’. “Beliau bersabda, ‘Kaum Nasrani adalah orang-oran g yang sesat.’
Rasulullah shallallah u alaihi wasallam telah mengabarka n bahwa akan terus bermuncula n orang-oran g seperti Dzul Khuwaishir ah dari bani Tamim An Najdi yakni orang-oran g muda yang suka berdalil dengan Al Qur’an dan Hadits namun salah paham.
Rasulullah shallallah u alaihi wasallam bersabda “Akan keluar suatu kaum akhir jaman, orang-oran g muda yang pemahamann ya sering salah paham. Mereka banyak mengucapka n perkataan “Khairil Bariyyah” (maksudnya : suka berdalil dengan Al Qur’an dan Hadits). Iman mereka tidak melampaui tenggoroka n mereka. Mereka keluar dari agama sebagaiman a meluncurny a anak panah dari busurnya. Kalau orang-oran g ini berjumpa denganmu perangilah mereka (luruskan pemahaman mereka).” (Hadits Sahih riwayat Imam Bukhari 3342).
Orang-oran g seperti Dzul Khuwaishir ah
dari Bani Tamim An Najdi yakni mereka yang membaca Al Qur`an dan
mereka menyangka bahwa Al Qur`an itu adalah (hujjah) bagi mereka,
namun ternyata Al Qur`an itu adalah (bencana) atas mereka
Rasulullah shallallah u ‘alaihi wasallam pun bersabda: “Dari kelompok orang ini (orang-ora ng seperti Dzul Khuwaishir ah dari Bani Tamim Al Najdi), akan muncul nanti orang-oran g yang pandai membaca Al Qur`an tetapi tidak sampai melewati kerongkong an mereka, bahkan mereka membunuh orang-oran g Islam, dan membiarkan para penyembah berhala; mereka keluar dari Islam seperti panah yang meluncur dari busurnya. Seandainya aku masih mendapati mereka, akan kumusnahka n mereka seperti musnahnya kaum ‘Ad.” (HR Muslim 1762)
Kalimat yang artinya “mereka yang membaca Al Qur’an tetapi tidak sampai melewati kerongkong an” adalah kalimat majaz . “Tidak melewati kerongkong an” kiasan dari “tidak sampai ke hati” artinya mereka membaca Al Qur’an namun tidak menjadikan mereka berakhlaku l karimah.
Rasulullah shallallah u alaihi wasallam bersabda “Sesungguh nya aku diutus (Allah) untuk menyempurn akan Akhlak.” (HR Ahmad)
Rasulullah shallallah u alaihi wasallam bersabda: “Barangsia pa yang bertambah ilmunya tapi tidak bertambah hidayahnya , maka dia tidak bertambah dekat kepada Allah melainkan bertambah jauh“
Semakin banyak mengenal Allah (ma’rifatu llah) melalui ayat-ayat- Nya qauliyah dan kauniyah, maka semakin dekat hubungan dengan-Nya .
Ilmu harus dikawal hidayah. Tanpa hidayah, seseorang yang berilmu
menjadi sombong dan semakin jauh dari Allah ta’ala. Sebaliknya seorang ahli ilmu (ulama) yang mendapat hidayah (karunia hikmah) maka hubunganny a dengan Allah ta’ala semakin dekat sehingga meraih maqom disisiNya.
Sebagaiman a diperibaha sakan
oleh orang tua kita dahulu bagaikan padi semakin berisi semakin
merunduk, semakin berilmu dan beramal maka semakin tawadhu, rendah
hati dan tidak sombong.
Rasulullah shallallah u ‘alaihi wasallam bersabda: “Akan muncul suatu sekte/ firqoh/ kaum dari umatku yang pandai membaca Al Qur`an. Dimana, bacaan kalian tidak ada apa-apanya dibandingk an dengan bacaan mereka. Demikian pula shalat kalian daripada shalat mereka. Juga puasa mereka dibandingk an
dengan puasa kalian. Mereka membaca Al Qur`an dan mereka menyangka
bahwa Al Qur`an itu adalah (hujjah) bagi mereka, namun ternyata Al
Qur`an itu adalah (bencana) atas mereka. Shalat mereka tidak sampai
melewati batas tenggoroka n. Mereka keluar dari Islam sebagaiman a anak panah meluncur dari busurnya”. (HR Muslim 1773)
Kalimat yang artinya “Shalat mereka tidak sampai melewati batas tenggoroka n” adalah kalimat majaz . “Tidak melewati batas kerongkong an”
kiasan dari “tidak sampai ke hati” maknanya sholat mereka tidak
sampai ke hati yakni sholatnya tidak mencegah dari perbuatan keji dan
mungkar sehingga mereka semakin jauh dari Allah ta’ala
Rasulullah bersabda, “Barangsia pa
yang shalatnya tidak mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, maka
ia tidak bertambah dari Allah kecuali semakin jauh dariNya” (diriwayat kan oleh ath Thabarani dalam al-Kabir nomor 11025, 11/46)
Firman Allah ta’ala yang artinya “Sesungguh nya shalat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar” (QS al Ankabut [29]:45).
Merugilah bagi siapa yang sholatnya tidak mencegah dari perbuatan keji dan mungkar sehingga termasuk orang-oran g yang gagal beragama atau gagal mencapai tujuan hidup sebagaiman a yang telah disampaika n pada awal tulisan di atas
Ciri-ciri lain dari orang-oran g seperti Dzul Khuwaishir ah dari Bani Tamim an Najdi adalah
1. Suka mencela dan mengkafirk an kaum muslim
2. Merasa paling benar dalam beribadah.
3. Berburuk sangka kepada kaum muslim
4. Sangat keras kepada kaum muslim bahkan membunuh kaum muslim namun lemah lembut kepada kaum Yahudi. Mereka kelak bergabung dengan Dajjal bersama Yahudi yang telah memfitnah atau menyesatka n kaum Nasrani.
Rasulullah masuk ke kamarku dalam keadaan aku sedang menangis. Beliau berkata kepadaku: ‘Apa yang membuatmu menangis?’ Aku menjawab: ‘Saya mengingat perkara Dajjal maka aku pun menangis.’ Rasulullah Shallallah u
‘alaihi wa sallam berkata: ‘Jika dia keluar sedang aku masih berada
di antara kalian niscaya aku akan mencukupi kalian. Jika dia keluar
setelah aku mati maka ketahuilah Rabb kalian tidak buta sebelah. Dajjal keluar bersama orang-oran g
Yahudi Ashbahan hingga datang ke Madinah dan berhenti di salah satu
sudut Madinah. Madinah ketika itu memiliki tujuh pintu tiap celah ada
dua malaikat yang berjaga. maka keluarlah orang-oran g jahat dari Madinah mendatangi Dajjal.”
Dajjal tidak dapat melampaui Madinah namun orang-oran g seperti Dzul Khuwaishir ah dari Bani Tamim an Najdi akan keluar dari Madinah menemui Dajjal
Oleh karenanya orang-oran g seperti Dzul Khuwaishir ah dari Bani Tamim an Najdi yang merupakan korban hasutan atau korban ghazwul fikri (perang pemahaman) dari kaum Zionis Yahudi akan selalu membela, bekerjasam a dan mentaati kaum Zionis Yahudi
Kita harus terus meningkatk an kewaspadaa n terhadap upaya ghazwul fikri (perang pemahaman) yang dilancarka n oleh kaum Zionis Yahudi sehingga suatu zaman yang dikabarkan oleh Rasulullah shallallah u alaihi wasallam
Telah menceritak an kepada kami Qutaibah bin Sa’id telah menceritak an kepada kami Ya’qub bin Abdurrahma n dari Suhail dari ayahnya dari Abu Hurairah Rasulullah Shallallah u
‘alaihi wa Salam bersabda: “Kiamat tidak terjadi hingga kaum muslimin
memerangi Yahudi lalu kaum muslimin membunuh mereka hingga orang
Yahudi bersembuny i dibalik batu dan pohon, batu atau pohon berkata, ‘Hai Muslim, hai hamba Allah, ini orang Yahudi dibelakang ku, kemarilah, bunuhlah dia, ‘ kecuali pohon gharqad, ia adalah pohon Yahudi’.”
Wassalam
Zon di Jonggol, Kabupaten Bogor 16830
Kaum Nasrani atau siapapun yang memperinga
Kaum Nasrani berdosa karena menjadikan
Peringatan
Perkara kebiasaan maupun kebiasaan yang sering dilakukan atau tradisi atau adat istiadat berlaku kaidah ushul fiqih
“wal ashlu fi ‘aadaatina
yang artinya “dan hukum asal dalam kebiasaan (adat istiadat) adalah boleh saja sampai ada dalil yang memalingka
Peringatan
Peringatan
Allah Azza wa Jalla berfirman,
Kemungkina
Sedangkan peringatan
Rasulullah
“إِنَّ اللهَ لَا يُجْمِعُ أُمَّةِ عَلَى ضَلَالَةٍ وَيَدُ اللهِ مَعَ الجَمَاعَة
“Sesungguh
Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahull
Rasulullah
Ibnu Mas’ud radhiallah
Maksudnya tetaplah mengikuti Al-Jamaah atau as-sawad al a’zham (mayoritas
Dari Ibnu Sirin dari Abi Mas’ud, bahwa beliau mewasiatka
Imam Al hafidh Abu Syaamah rahimahull
Imam Al hafidh Ibn Abidin rahimahull
Imam Al Hafidh Ibnul Jauzi rahimahull
Imam Al Hafidh Al Qasthalani
Janganlah karena kebiasaan maulid Nabi telah ditinggalk
Firman Allah Azza wa Jalla yang artinya, “Katakanla
Dalam hadits Qudsi , Rasulullah
Allah Azza wa Jalla berfirman,
Ketika Nabi ditanya terkait dengan ayat ini, “apakah mereka menyembah para rahib dan pendeta sehingga dikatakan menjadikan
Pada riwayat yang lain disebutkan
Jadi mereka yang melarang yang tidak dilarangNy
Pengikut ajaran Muhammad bin Abdul Wahhab atau sekte Wahabi lebih suka mengadakan
Salah satu alasan perbedaann
Dengan kata lain “Pekan Memorial Muhammad bin Abdil Wahhab” adalah perbuatan menjauhkan
Mereka dengan sengaja melakukan perbuatan menjauhkan
Ibnu Taimiyyah mengatakan
Jadi menurut mereka, bid’ah adalah perbuatan yang mendekatka
Padahal perbuatan yang tidak mendekatka
Firman Allah ta’ala yang artinya
“…Janganla
“Katakanla
Sedangkan kebiasaan peringatan
Imam Qusyairi mengatakan
Ubadah bin as-shamit ra. berkata, bahwa Rasulullah
Rasulullah
حَدَّثَنَا
Telah menceritak
Imam Sayyidina Ali r.a. pernah ditanya oleh seorang sahabatnya
Beliau menjawab, “Bagaimana
“Bagaimana
Sayyidina Ali ra menjawab “Dia tak bisa dilihat oleh mata dengan pandangan manusia yang kasat, tetapi bisa dilihat oleh hati”
Sebuah riwayat dari Ja’far bin Muhammad beliau ditanya: “Apakah engkau melihat Tuhanmu ketika engkau menyembah-
Jika belum dapat melihat Allah dengan hati (ain bashiroh) atau bermakrifa
Lalu dia bertanya lagi, ‘Wahai Rasulullah
Firman Allah ta’ala yang artinya “Sesungguh
Muslim yang takut kepada Allah karena mereka selalu yakin diawasi oleh Allah Azza wa Jalla atau mereka yang selalu memandang Allah dengan hatinya (ain bashiroh),
Muslim yang dekat dengan Allah ta’ala maka berkumpul dengan Rasulullah
Firman Allah ta’ala yang artinya,
”…Sekirany
“Sesungguh
“Sesungguh
“Tunjukila
“Dan barangsiap
Muslim yang terbaik bukan nabi yang mendekatka
Rasulullah
Hadits senada, dari ‘Umar bin Khathab ra bahwa Rasulullah
Kaum yang dicintai-N
Firman Allah ta’ala yang artinya, “Hai orang-oran
Yang dimaksud “orang yang murtad dari agamanya” adalah orang-oran
Rasulullah
Rasulullah
Yang dimaksud dengan “membiarka
Kaum Yahudi yang sekarang dikenal sebagai kaum Zionis Yahudi atau disebut juga dengan freemason,
Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang membenarka
Rasulullah
Kaum Yahudi atau yang dikenal sekarang dengan kaum Zionis Yahudi , Allah ta’ala menyampaik
Kaum Nasrani, Allah ta’ala menyampaik
Hadits yang diriwayatk
Hamad bin Salamah meriwayatk
Rasulullah
Rasulullah
Orang-oran
Rasulullah
Kalimat yang artinya “mereka yang membaca Al Qur’an tetapi tidak sampai melewati kerongkong
Rasulullah
Rasulullah
Semakin banyak mengenal Allah (ma’rifatu
Sebagaiman
Rasulullah
Kalimat yang artinya “Shalat mereka tidak sampai melewati batas tenggoroka
Rasulullah
Firman Allah ta’ala yang artinya “Sesungguh
Merugilah bagi siapa yang sholatnya tidak mencegah dari perbuatan keji dan mungkar sehingga termasuk orang-oran
Ciri-ciri lain dari orang-oran
1. Suka mencela dan mengkafirk
2. Merasa paling benar dalam beribadah.
3. Berburuk sangka kepada kaum muslim
4. Sangat keras kepada kaum muslim bahkan membunuh kaum muslim namun lemah lembut kepada kaum Yahudi. Mereka kelak bergabung dengan Dajjal bersama Yahudi yang telah memfitnah atau menyesatka
Rasulullah
Dajjal tidak dapat melampaui Madinah namun orang-oran
Oleh karenanya orang-oran
Kita harus terus meningkatk
Telah menceritak
Wassalam
Zon di Jonggol, Kabupaten Bogor 16830