oleh Zon Jonggol
Pujian kepada selain Allah
Tentulah "segala pujian adalah bagi Allah" namun kaum muslim tentu juga mengakui dan memuji Nabi Muhammad Rasulullah shallallah u alaihi wasallam sebagai manusia yang paling mulia.
Kepada kaum muslim yang melakukan kebaikan , kita boleh memuji mereka. Apalagi terhadap kebaikan yang telah dilakukan oleh sayyidina Muhammad Rasulullah shallallah u alaihi wasallam.
Begitupula para ulama yang sholeh mengingatk an kita bahwa jika seseorang memuji kita maka ucapkanlah Alhamdulil lah maksudnya kembalikan segala pujian kepada yang berhak untuk dipuji yakni Allah Azza wa Jalla.
Berikut tulisan yang mengulas tentang pujian kepada Rasulullah yang diambil dari http:// albayan.had ithuna.com /2008/07/ 21/ makna-hadis t-jangan-p uji-aku-se cara-berle bihan/
***** awal kutipan *****
Sering kita mendengar propaganda yang melarang umat Islam memuji Nabi Muhammad shallallah u alaihi wasallam. Di antara ucapan mereka yang tidak suka dengan amalan kita adalah, “Kita umat Islam tidak boleh mengkultus kan Rasulullah , tidak boleh memuji dan menyanjung nya secara berlebihan . Karena perbuatan itu merupakan bentuk kemusyrika n"
Mereka berpendapa t seperti itu karena melihat hadist hanya sekilas teks sehingga terjadi pemahaman yang salah tentang itu. Rasulullah bersabda:
“Jangan memujiku secara berlebihan seperti kaum Nasrani yang memuji Isa putera Maryam. Sesungguhn ya aku adalah hamba-Nya, maka ucapkanlah , “Hamba Allah dan Rasul-Nya.” (HR. Bukhari dan Ahmad).
Dari ucapan itu kita memahami, kalau memuji Rasul itu menurut mereka adalah mengkultus kan atau mendewakan Rasulullah shallallah u alaihi wasallam. Sehingga mereka menganggap memuji-muj i beliau (yang menurut mereka berlebihan ) adalah termasuk musyrik.
Ini adalah tuduhan keji dan fitnah yang berat bagi para pecinta Nabi Muhammad sshallalla hu alaihi wasallam. Orang-oran g itu tidak mengetahui makna dan tujuan hadist, sehingga pemahamann ya salah.
Para ulama di dalam berbagai kitabnya telah menjelaska n makna hadist itu dengan gamblang. Dalam hadist tersebut Rasulullah shallallah u alaihi wasallam tidak pernah melarang umatnya untuk memujinya dalam bentuk apapun.
Yang dilarang adalah pujian yg seperti dilakukan oleh Umat Nasrani kepada Nabi Isa bin Maryam, yaitu menjadikan beliau sebagai anak Tuhan. Inilah yang dimaksud dengan pujian berlebihan yang menjadikan musyrik, bukan pujian-puj ian yang seperti biasa kita dengarkan dalam acara maulid Nabi Muhammad shallallah u alaihi wasallam.
Dan hadist di atas, juga tidak boleh dipotong seenaknya sehingga membuat maksud dan tujuan hadist itu salah. Karena jika kita memotong hadist itu dengan hanya berkata “Nabi bersabda: “Jangan puji aku secara berlebihan”, maka makna dan tujuan dari hadist itu menjadi kacau. Karena dari hadist itu sebenarnya yang dilarang oleh Rasulullah shallallah u alaihi wasallam itu bukan pujiannya terhadap beliau, tetapi adalah menjadikan beliau sebagai “anak Tuhan”, seperti yang dilakukan oleh orang nasrani terhadap Nabi Isa as.
Dan sejak larangan Nabi itu disampaika n hingga saat ini, tidak pernah ada seorangpun dari kalangan umat Islam yang memuji Rasulullah shallallah u alaihi wasallam melebihi batasannya sebagai manusia.
Sehingga benarlah apa yang disampaika n Imam Bushiri di dalam syair Burdahnya:
“Tinggalkan pengakuan orang Nasrani atas Nabi mereka… Pujilah beliau (shallalla hu alaihi wasallam) sesukamu dengan sempurna… Sandarkanl ah segala kemuliaan untuk dirinya… Dan nisbahkanl ah sesukamu segala keagungan untuk kemuliaann ya… Karena sesungguhn ya kemuliaan Rasulullah tidak ada batasnya… Sehingga takkan ada lisan yang mampu mengungkap kan kemuliaann ya itu…"
***** akhir kutipan *****
Rasulullah shallallah u alaihi wasallam telah mengabarka n bahwa akan terus bermuncula n orang-oran g seperti Dzul Khuwaishir ah dari bani Tamim An Najdi yakni orang-oran g muda yang suka berdalil dengan Al Qur’an dan Hadits namun salah paham.
Rasulullah shallallah u alaihi wasallam bersabda “Akan keluar suatu kaum akhir jaman, orang-oran g muda yang pemahamann ya sering salah paham. Mereka banyak mengucapka n perkataan “Khairil Bariyyah” (maksudnya : suka berdalil dengan Al Qur’an dan Hadits). Iman mereka tidak melampaui tenggoroka n mereka. Mereka keluar dari agama sebagaiman a meluncurny a anak panah dari busurnya. Kalau orang-oran g ini berjumpa denganmu perangilah mereka (luruskan pemahaman mereka).” (Hadits Sahih riwayat Imam Bukhari 3342).
Orang-oran g seperti Dzul Khuwaishir ah
dari Bani Tamim An Najdi yakni mereka yang membaca Al Qur`an dan
mereka menyangka bahwa Al Qur`an itu adalah (hujjah) bagi mereka,
namun ternyata Al Qur`an itu adalah (bencana) atas mereka
Rasulullah shallallah u ‘alaihi wasallam pun bersabda: “Dari kelompok orang ini (orang-ora ng seperti Dzul Khuwaishir ah dari Bani Tamim Al Najdi), akan muncul nanti orang-oran g yang pandai membaca Al Qur`an tetapi tidak sampai melewati kerongkong an mereka, bahkan mereka membunuh orang-oran g Islam, dan membiarkan para penyembah berhala; mereka keluar dari Islam seperti panah yang meluncur dari busurnya. Seandainya aku masih mendapati mereka, akan kumusnahka n mereka seperti musnahnya kaum ‘Ad.” (HR Muslim 1762)
Kalimat yang artinya “mereka yang membaca Al Qur’an tetapi tidak sampai melewati kerongkong an” adalah kalimat majaz . “Tidak melewati kerongkong an” kiasan dari “tidak sampai ke hati” artinya mereka membaca Al Qur’an namun tidak menjadikan mereka berakhlaku l karimah.
Rasulullah shallallah u alaihi wasallam bersabda “Sesungguhn ya aku diutus (Allah) untuk menyempurn akan Akhlak.” (HR Ahmad)
Rasulullah shallallah u alaihi wasallam bersabda: “Barangsiap a yang bertambah ilmunya tapi tidak bertambah hidayahnya , maka dia tidak bertambah dekat kepada Allah melainkan bertambah jauh“
Semakin banyak mengenal Allah (ma’rifatu llah) melalui ayat-ayat- Nya qauliyah dan kauniyah, maka semakin dekat hubungan dengan-Nya .
Ilmu harus dikawal hidayah. Tanpa hidayah, seseorang yang berilmu
menjadi sombong dan semakin jauh dari Allah ta’ala. Sebaliknya seorang ahli ilmu (ulama) yang mendapat hidayah (karunia hikmah) maka hubunganny a dengan Allah ta’ala semakin dekat sehingga meraih maqom disisiNya.
Sebagaiman a diperibaha sakan
oleh orang tua kita dahulu bagaikan padi semakin berisi semakin
merunduk, semakin berilmu dan beramal maka semakin tawadhu, rendah
hati dan tidak sombong.
Rasulullah shallallah u ‘alaihi wasallam bersabda: “Akan muncul suatu sekte/ firqoh/ kaum dari umatku yang pandai membaca Al Qur`an. Dimana, bacaan kalian tidak ada apa-apanya dibandingk an dengan bacaan mereka. Demikian pula shalat kalian daripada shalat mereka. Juga puasa mereka dibandingk an
dengan puasa kalian. Mereka membaca Al Qur`an dan mereka menyangka
bahwa Al Qur`an itu adalah (hujjah) bagi mereka, namun ternyata Al
Qur`an itu adalah (bencana) atas mereka. Shalat mereka tidak sampai
melewati batas tenggoroka n. Mereka keluar dari Islam sebagaiman a anak panah meluncur dari busurnya”. (HR Muslim 1773)
Kalimat yang artinya “Shalat mereka tidak sampai melewati batas tenggoroka n” adalah kalimat majaz . “Tidak melewati batas kerongkong an”
kiasan dari “tidak sampai ke hati” maknanya sholat mereka tidak
sampai ke hati yakni sholatnya tidak mencegah dari perbuatan keji dan
mungkar sehingga mereka semakin jauh dari Allah ta’ala
Rasulullah bersabda, “Barangsiap a
yang shalatnya tidak mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, maka
ia tidak bertambah dari Allah kecuali semakin jauh dariNya” (diriwayat kan oleh ath Thabarani dalam al-Kabir nomor 11025, 11/46)
Firman Allah ta’ala yang artinya “Sesungguhn ya shalat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar” (QS al Ankabut [29]:45).
Merugilah bagi siapa yang sholatnya tidak mencegah dari perbuatan keji dan mungkar sehingga termasuk orang-oran g yang gagal beragama atau gagal mencapai tujuan hidup
Tujuan beragama atau tujuan hidup adalah untuk menjadi muslim yang berakhlaku l karimah
Rasulullah shallallah u alaihi wasallam bersabda “Sesungguhn ya aku diutus (Allah) untuk menyempurn akan Akhlak.” (HR Ahmad)
Firman Allah ta’ala yang artinya,
“Sungguh dalam dirimu terdapat akhlak yang mulia”. (QS Al-Qalam:4 )
“Sesungguhn ya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatanga n) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. (QS Al-Ahzab:2 1)
Bagi kaum muslim yang berhasil dalam beragama adalah kaum muslim yang dekat dengan Allah ta'ala sehingga bermakrifa t, menyaksika nNya dengan hati (ain bashiroh)
Muslim yang bermakrifa t atau muslim yang menyaksika n Allah ta’ala dengan hati (ain bashiroh) adalah muslim yang selalu meyakini kehadiranN ya, selalu sadar dan ingat kepadaNya.
Imam Qusyairi mengatakan “Asy-Syahid untuk menunjukka n sesuatu yang hadir dalam hati, yaitu sesuatu yang membuatnya selalu sadar dan ingat, sehingga seakan-aka n pemilik hati tersebut senantiasa melihat dan menyaksika n-Nya, sekalipun Dia tidak tampak. Setiap apa yang membuat ingatannya menguasai hati seseorang maka dia adalah seorang syahid (penyaksi)”
Ubadah bin as-shamit ra. berkata, bahwa Rasulullah shallallah u alaihi wasallam berkata: “Seutama-ut ama iman seseorang, jika ia telah mengetahui (menyaksik an) bahwa Allah selalu bersamanya , di mana pun ia berada“
Rasulullah shallallah u alaihi wasallm bersabda “Iman paling afdol ialah apabila kamu mengetahui bahwa Allah selalu menyertaim u dimanapun kamu berada“. (HR. Ath Thobari)
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا حَفْصٌ عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ عَنْ عَطَاءٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ رَآهُ بِقَلْبِه
Telah menceritak an kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritak an kepada kami Hafsh dari Abdul Malik dari ‘Atha’ dari Ibnu Abbas dia berkata, “Beliau telah melihat dengan mata hatinya.” (HR Muslim 257)
Imam Sayyidina Ali r.a. pernah ditanya oleh seorang sahabatnya bernama Zi’lib Al-Yamani, “Apakah Anda pernah melihat Tuhan?”
Beliau menjawab, “Bagaimana saya menyembah yang tidak pernah saya lihat?”
“Bagaimana Anda melihat-Ny a?” tanyanya kembali.
Sayyidina Ali ra menjawab “Dia tak bisa dilihat oleh mata dengan pandangan manusia yang kasat, tetapi bisa dilihat oleh hati”
Sebuah riwayat dari Ja’far bin Muhammad beliau ditanya: “Apakah engkau melihat Tuhanmu ketika engkau menyembah- Nya?” Beliau menjawab: “Saya telah melihat Tuhan, baru saya sembah”. “Bagaimana anda melihat-Ny a?” dia menjawab: “Tidak dilihat dengan mata yang memandang, tapi dilihat dengan hati yang penuh Iman.”
Jika belum dapat melihat Allah dengan hati (ain bashiroh) atau bermakrifa t maka yakinlah bahwa Allah Azza wa Jalla melihat kita.
Lalu dia bertanya lagi, ‘Wahai Rasulullah , apakah ihsan itu? ‘ Beliau menjawab, ‘Kamu takut (khasyyah) kepada Allah seakan-aka n kamu melihat-Ny a (bermakrif at), maka jika kamu tidak melihat-Ny a (bermakrif at) maka sesungguhn ya Dia melihatmu.” (HR Muslim 11)
Firman Allah ta’ala yang artinya “Sesungguhn ya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamb a-Nya, hanyalah ulama” (QS Al Faathir [35]:28)
Muslim yang takut kepada Allah karena mereka selalu yakin diawasi oleh Allah Azza wa Jalla atau mereka yang selalu memandang Allah dengan hatinya (ain bashiroh), setiap akan bersikap atau berbuat sehingga mencegah dirinya dari melakukan sesuatu yang dibenciNya , menghindar i perbuatan maksiat, menghindar i perbuatan keji dan mungkar hingga dia dekat dengan Allah ta’ala karena berakhlaku l karimah meneladani manusia yang paling mulia Sayyidina Muhammad Rasulullah shallallah u alaihi wasallam
Muslim yang dekat dengan Allah ta’ala maka berkumpul dengan Rasulullah shallallah u alaihi wasallam, para Nabi, para Shiddiqin dan Syuhada
Firman Allah ta’ala yang artinya,
”…Sekiranya kalau bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya , niscaya tidak ada seorangpun dari kamu yang bersih (dari perbuatan keji dan mungkar) selama-lam anya, tetapi Allah membersihk an siapa saja yang dikehendak i…” (QS An-Nuur:21 )
“Sesungguhn ya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganuge rahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatk an (manusia) kepada negeri akhirat. Dan sesungguhn ya mereka pada sisi Kami benar-bena r termasuk orang-oran g pilihan yang paling baik.” (QS Shaad [38]:46-47 )
“Sesungguhn ya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu” (QS Al Hujuraat [49]:13)
“Tunjukilah kami jalan yang lurus , (yaitu) jalan orang-oran g yang telah Engkau beri ni’mat kepada mereka” (QS Al Fatihah [1]:6-7)
“Dan barangsiap a yang menta’ati Allah dan Rasul(Nya) , mereka itu akan bersama-sa ma dengan orang-oran g yang dianugerah i ni’mat oleh Allah, yaitu : Nabi-nabi, para shiddiiqii n, orang-oran g yang mati syahid, dan orang-oran g sholeh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-bai knya .” (QS An Nisaa [4]: 69)
Muslim yang terbaik bukan nabi yang mendekatka n diri (taqarub) kepada Allah sehingga meraih maqom disisiNya dan menjadi kekasih Allah (wali Allah) adalah shiddiqin, muslim yang membenarka n dan menyaksika n Allah dengan hatinya (ain bashiroh) atau muslim yang bermakrifa t. Bermacam-m acam tingkatan shiddiqin sebagaiman a yang diuraikan dalam tulisan pada http:// mutiarazuhu d.wordpres s.com/ 2011/01/14/ 2011/09/28/ maqom-wali- allah
Rasulullah shallallah u alaihi wasallam bersabda “sesungguh nya ada di antara hamba Allah (manusia) yang mereka itu bukanlah para Nabi dan bukan pula para Syuhada’. Mereka dirindukan
oleh para Nabi dan Syuhada’ pada hari kiamat karena kedudukan
(pangkat) mereka di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala“ Seorang dari
sahabatnya berkata, “siapa gerangan mereka itu wahai Rasulullah ? Semoga kita dapat mencintai mereka“. Nabi shallallah u
‘alaihi wasallam menjawab dengan sabdanya: “Mereka adalah suatu kaum
yang saling berkasih sayang dengan anugerah Allah bukan karena ada
hubungan kekeluarga an dan bukan karena harta benda, wajah-waja h mereka memancarka n cahaya dan mereka berdiri di atas mimbar-mim bar dari cahaya. Tiada mereka merasa takut seperti manusia merasakann ya dan tiada mereka berduka cita apabila para manusia berduka cita”. (HR. an Nasai dan Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya)
Hadits senada, dari ‘Umar bin Khathab ra bahwa Rasulullah shallallah u alaihi wasallam bersabda, “Sesungguh nya diantara hamba-hamb aku
itu ada manusia manusia yang bukan termasuk golongan para Nabi, bukan
pula syuhada tetapi pada hari kiamat Allah ‘Azza wa Jalla menempatka n
maqam mereka itu adalah maqam para Nabi dan syuhada.” Seorang
laki-laki bertanya : “siapa mereka itu dan apa amalan mereka?”mu dah-mudaha n kami menyukainy a“. Nabi bersabda: “yaitu Kaum yang saling menyayangi karena Allah ‘Azza wa Jalla walaupun mereka tidak bertalian darah, dan mereka itu saling menyayangi bukan karena hartanya, dan demi Allah sungguh wajah mereka itu bercahaya,
dan sungguh tempat mereka itu dari cahaya, dan mereka itu tidak takut
seperti yang ditakuti manusia, dan tidak susah seperti yang
disusahkan manusia,” kemudian beliau membaca ayat : ” Ingatlah, sesungguhn ya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatir an terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. (QS Yunus [10]:62)
Kaum yang dicintai-N ya
dan mereka mencintai Allah adalah kaum muslim yang bersikap lemah
lembut terhadap orang yang mu’min, yang bersikap keras terhadap
orang-oran g kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela.
Firman Allah ta’ala yang artinya, “Hai orang-oran g yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya maka kelak Allah akan mendatangk an suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiN ya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu’min, yang bersikap keras terhadap orang-oran g
kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada
celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan- Nya kepada siapa yang dikehendak i-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian -Nya), lagi Maha Mengetahui .” (QS Al Ma’iadah [5]:54)
Yang dimaksud “orang yang murtad dari agamanya” adalah orang-oran g seperti Dzul Khuwaishir ah dari Bani Tamim An Najdi. Murtad dikarenaka n pemahamann ya
telah keluar (kharaja) dari pemahaman mayoritas kaum muslim (as-sawad
al a’zham) yang disebut juga dengan khawarij. Khawarij adalah bentuk
jamak (plural) dari kharij (bentuk isim fail) artinya yang keluar.
Rasulullah shallallah u alaihi wasallam mengatakan bahwa orang-oran g seperti Dzul Khuwaishir ah dari Bani Tamim An Najdi yang keras kepada kaum muslim bahkan membunuh kaum muslim dan membiarkan para penyembah berhala adalah mereka keluar dari Islam atau murtad
Rasulullah shallallah u alaihi wasallam bersabda “Dari kelompok orang ini, akan muncul nanti orang-oran g yang pandai membaca Al Qur`an tetapi tidak sampai melewati kerongkong an mereka, bahkan mereka membunuh orang-oran g Islam, dan membiarkan para penyembah berhala; mereka keluar dari Islam seperti panah yang meluncur dari busurnya. (HR Muslim 1762)
Yang dimaksud dengan “membiarkan para penyembah berhala” adalah “membiarka n” kaum Yahudi.
Kaum Yahudi yang sekarang dikenal sebagai kaum Zionis Yahudi atau disebut juga dengan freemason, iluminati, lucifier yakni kaum yang meneruskan keyakinan pagan (paganisme ) atau penyembah berhala
Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang membenarka n apa (kitab) yang ada pada mereka, sebahagian dari orang-oran g yang diberi kitab (Taurat) melemparka n kitab Allah ke belakang (punggung) nya, seolah-ola h mereka tidak mengetahui (bahwa itu adalah kitab Allah). Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-sy aitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjaka n sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjaka n sihir), hanya syaitan-sy aitan lah yang kafir (mengerjak an sihir).” (QS Al Baqarah [2]:101-10 2)
Rasulullah shallallah u alaihi wasallam bersabda yang artinya “Demi Allah, yang diriku ada dalam genggaman tanganNya, tidaklah mendengar dari hal aku ini seseorangp un
dari ummat sekarang ini, Yahudi, dan tidak pula Nasrani, kemudian
tidak mereka mau beriman kepadaku, melainkan masuklah dia ke dalam
neraka.”
Kaum Yahudi atau yang dikenal sekarang dengan kaum Zionis Yahudi , Allah ta’ala menyampaik an dalam firmanNya yang arti “yaitu orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, di antara mereka yang dijadikan kera dan babi.” (QS al-Ma’idah [5]:60)
Kaum Nasrani, Allah ta’ala menyampaik an dalam firmanNya yang arti “Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-oran g yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatka n kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus.” (QS al-Ma’idah : [5]:77)
Hadits yang diriwayatk an Sufyan bin Uyainah dengan sanadnya dari Adi bin Hatim. Ibnu Mardawih meriwayatk an dari Abu Dzar, dia berkata, “Saya bertanya kepada Rasulullah Shallallah u alaihi wasallam tentang orang-oran g yang dimurkai“, beliau bersabda, ‘Kaum Yahudi.’ Saya bertanya tentang orang-oran g yang sesat, beliau bersabda, “Kaum Nasrani.“
Hamad bin Salamah meriwayatk an dari Adi bin Hatim, dia berkata, “Saya bertanya kepada Rasulullah Shallallah u alaihi wasallam ihwal ‘bukan jalannya orang-oran g yang dimurkai’. Beliau bersabda, “Yaitu kaum Yahudi.’ Dan bertanya ihwal ‘bukan pula jalannya orang-oran g yang sesat’. “Beliau bersabda, ‘Kaum Nasrani adalah orang-oran g yang sesat.’
Ciri-ciri lain dari orang-oran g seperti Dzul Khuwaishir ah dari Bani Tamim an Najdi adalah
1. Suka mencela dan mengkafirk an kaum muslim
2. Merasa paling benar dalam beribadah.
3. Berburuk sangka kepada kaum muslim
4. Sangat keras kepada kaum muslim bahkan membunuh kaum muslim namun lemah lembut kepada kaum Yahudi. Mereka kelak bergabung dengan Dajjal bersama Yahudi yang telah memfitnah atau menyesatka n kaum Nasrani.
Rasulullah masuk ke kamarku dalam keadaan aku sedang menangis. Beliau berkata kepadaku: ‘Apa yang membuatmu menangis?’ Aku menjawab: ‘Saya mengingat perkara Dajjal maka aku pun menangis.’ Rasulullah Shallallah u
‘alaihi wa sallam berkata: ‘Jika dia keluar sedang aku masih berada
di antara kalian niscaya aku akan mencukupi kalian. Jika dia keluar
setelah aku mati maka ketahuilah Rabb kalian tidak buta sebelah. Dajjal keluar bersama orang-oran g
Yahudi Ashbahan hingga datang ke Madinah dan berhenti di salah satu
sudut Madinah. Madinah ketika itu memiliki tujuh pintu tiap celah ada
dua malaikat yang berjaga. maka keluarlah orang-oran g jahat dari Madinah mendatangi Dajjal.”
Dajjal tidak dapat melampaui Madinah namun orang-oran g seperti Dzul Khuwaishir ah dari Bani Tamim an Najdi akan keluar dari Madinah menemui Dajjal
Oleh karenanya orang-oran g seperti Dzul Khuwaishir ah dari Bani Tamim an Najdi yang merupakan korban hasutan atau korban ghazwul fikri (perang pemahaman) dari kaum Zionis Yahudi akan selalu membela, bekerjasam a dan mentaati kaum Zionis Yahudi
Kita harus terus meningkatk an kewaspadaa n terhadap upaya ghazwul fikri (perang pemahaman) yang dilancarka n oleh kaum Zionis Yahudi sehingga suatu zaman yang dikabarkan oleh Rasulullah shallallah u alaihi wasallam
Telah menceritak an kepada kami Qutaibah bin Sa’id telah menceritak an kepada kami Ya’qub bin Abdurrahma n dari Suhail dari ayahnya dari Abu Hurairah Rasulullah Shallallah u
‘alaihi wa Salam bersabda: “Kiamat tidak terjadi hingga kaum muslimin
memerangi Yahudi lalu kaum muslimin membunuh mereka hingga orang
Yahudi bersembuny i dibalik batu dan pohon, batu atau pohon berkata, ‘Hai Muslim, hai hamba Allah, ini orang Yahudi dibelakang ku, kemarilah, bunuhlah dia, ‘ kecuali pohon gharqad, ia adalah pohon Yahudi’.”
Wassalam
Zon di Jonggol, Kabupaten Bogor 16830
Tentulah "segala pujian adalah bagi Allah" namun kaum muslim tentu juga mengakui dan memuji Nabi Muhammad Rasulullah
Kepada kaum muslim yang melakukan kebaikan , kita boleh memuji mereka. Apalagi terhadap kebaikan yang telah dilakukan oleh sayyidina Muhammad Rasulullah
Begitupula
Berikut tulisan yang mengulas tentang pujian kepada Rasulullah
***** awal kutipan *****
Sering kita mendengar propaganda
Mereka berpendapa
“Jangan memujiku secara berlebihan
Dari ucapan itu kita memahami, kalau memuji Rasul itu menurut mereka adalah mengkultus
Ini adalah tuduhan keji dan fitnah yang berat bagi para pecinta Nabi Muhammad sshallalla
Para ulama di dalam berbagai kitabnya telah menjelaska
Yang dilarang adalah pujian yg seperti dilakukan oleh Umat Nasrani kepada Nabi Isa bin Maryam, yaitu menjadikan
Dan hadist di atas, juga tidak boleh dipotong seenaknya sehingga membuat maksud dan tujuan hadist itu salah. Karena jika kita memotong hadist itu dengan hanya berkata “Nabi bersabda: “Jangan puji aku secara berlebihan”, maka makna dan tujuan dari hadist itu menjadi kacau. Karena dari hadist itu sebenarnya
Dan sejak larangan Nabi itu disampaika
Sehingga benarlah apa yang disampaika
“Tinggalkan
***** akhir kutipan *****
Rasulullah
Rasulullah
Orang-oran
Rasulullah
Kalimat yang artinya “mereka yang membaca Al Qur’an tetapi tidak sampai melewati kerongkong
Rasulullah
Rasulullah
Semakin banyak mengenal Allah (ma’rifatu
Sebagaiman
Rasulullah
Kalimat yang artinya “Shalat mereka tidak sampai melewati batas tenggoroka
Rasulullah
Firman Allah ta’ala yang artinya “Sesungguhn
Merugilah bagi siapa yang sholatnya tidak mencegah dari perbuatan keji dan mungkar sehingga termasuk orang-oran
Tujuan beragama atau tujuan hidup adalah untuk menjadi muslim yang berakhlaku
Rasulullah
Firman Allah ta’ala yang artinya,
“Sungguh dalam dirimu terdapat akhlak yang mulia”. (QS Al-Qalam:4
“Sesungguhn
Bagi kaum muslim yang berhasil dalam beragama adalah kaum muslim yang dekat dengan Allah ta'ala sehingga bermakrifa
Muslim yang bermakrifa
Imam Qusyairi mengatakan
Ubadah bin as-shamit ra. berkata, bahwa Rasulullah
Rasulullah
حَدَّثَنَا
Telah menceritak
Imam Sayyidina Ali r.a. pernah ditanya oleh seorang sahabatnya
Beliau menjawab, “Bagaimana
“Bagaimana
Sayyidina Ali ra menjawab “Dia tak bisa dilihat oleh mata dengan pandangan manusia yang kasat, tetapi bisa dilihat oleh hati”
Sebuah riwayat dari Ja’far bin Muhammad beliau ditanya: “Apakah engkau melihat Tuhanmu ketika engkau menyembah-
Jika belum dapat melihat Allah dengan hati (ain bashiroh) atau bermakrifa
Lalu dia bertanya lagi, ‘Wahai Rasulullah
Firman Allah ta’ala yang artinya “Sesungguhn
Muslim yang takut kepada Allah karena mereka selalu yakin diawasi oleh Allah Azza wa Jalla atau mereka yang selalu memandang Allah dengan hatinya (ain bashiroh),
Muslim yang dekat dengan Allah ta’ala maka berkumpul dengan Rasulullah
Firman Allah ta’ala yang artinya,
”…Sekiranya
“Sesungguhn
“Sesungguhn
“Tunjukilah
“Dan barangsiap
Muslim yang terbaik bukan nabi yang mendekatka
Rasulullah
Hadits senada, dari ‘Umar bin Khathab ra bahwa Rasulullah
Kaum yang dicintai-N
Firman Allah ta’ala yang artinya, “Hai orang-oran
Yang dimaksud “orang yang murtad dari agamanya” adalah orang-oran
Rasulullah
Rasulullah
Yang dimaksud dengan “membiarkan
Kaum Yahudi yang sekarang dikenal sebagai kaum Zionis Yahudi atau disebut juga dengan freemason,
Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang membenarka
Rasulullah
Kaum Yahudi atau yang dikenal sekarang dengan kaum Zionis Yahudi , Allah ta’ala menyampaik
Kaum Nasrani, Allah ta’ala menyampaik
Hadits yang diriwayatk
Hamad bin Salamah meriwayatk
Ciri-ciri lain dari orang-oran
1. Suka mencela dan mengkafirk
2. Merasa paling benar dalam beribadah.
3. Berburuk sangka kepada kaum muslim
4. Sangat keras kepada kaum muslim bahkan membunuh kaum muslim namun lemah lembut kepada kaum Yahudi. Mereka kelak bergabung dengan Dajjal bersama Yahudi yang telah memfitnah atau menyesatka
Rasulullah
Dajjal tidak dapat melampaui Madinah namun orang-oran
Oleh karenanya orang-oran
Kita harus terus meningkatk
Telah menceritak
Wassalam
Zon di Jonggol, Kabupaten Bogor 16830