oleh Zon Jonggol
Mereka sekedar mengaku Salafi
Pada hakikatnya mereka bukanlah salafi namun mereka sekedar merasa atau mengaku mengikuti pemahaman Salafush Sholeh.
Tentu mereka tidak bertemu dengan Salafush Sholeh sehingga mendapatka n pemahaman Salafush Sholeh.
Apa yang ulama mereka katakan sebagai pemahaman Salafush Sholeh adalah ketika mereka membaca hadits, tentunya ada sanad yang tersusun dari Tabi’ut Tabi’in, Tabi’in dan Sahabat. Inilah yang mereka katakan bahwa mereka telah mengetahui pemahaman Salafush Sholeh. Bukankah itu pemahaman mereka sendiri terhadap hadits tersebut.
Mereka berijtihad dengan pendapatny a terhadap hadits tersebut. Apa yang mereka katakan tentang hadits tersebut, pada hakikatnya
adalah hasil ijtihad dan ra’yu mereka sendiri. Sumbernya memang hadits
tersebut tapi apa yang mereka sampaikan semata lahir dari kepala
mereka sendiri. Sayangnya mereka mengatakan kepada orang banyak bahwa apa yang mereka sampaikan adalah pemahaman Salafush Sholeh.
Tidak ada yang dapat menjamin hasil upaya ijtihad mereka pasti benar dan terlebih lagi mereka tidak dikenal berkompete nsi sebagai Imam Mujtahid Mutlak. Apapun hasil ijtihad mereka, benar atau salah, mereka atasnamaka n kepada Salafush Sholeh.
Jika hasil ijtihad mereka salah, inilah yang namanya fitnah terhadap Salafush Sholeh. Fitnah dari orang-oran g yang serupa dengan Dzul Khuwaishir ah dari Bani Tamim Al Najdi yang karena kesalahpah amannya atau karena pemahamann ya telah keluar (kharaja) dari pemahaman mayoritas kaum muslim (as-sawad al a’zham) sehingga berani menghardik Rasulullah shalallahu alaihi wasallam
Telah bercerita kepada kami Abu Al Yaman telah mengabarka n kepada kami Syu’aib dari Az Zuhriy berkata, telah mengabarka n kepadaku Abu Salamah bin ‘Abdur Rahman bahwa Abu Sa’id Al Khudriy radliallah u ‘anhu berkata; Ketika kami sedang bersama Rasulullah shallallah u ‘alaihi wasallam yang sedang membagi-ba gikan pembagian( harta), datang Dzul Khuwaishir ah, seorang laki-laki dari Bani Tamim, lalu berkata; Wahai Rasulullah ,
tolong engkau berlaku adil. Maka beliau berkata: Celaka kamu!. Siapa
yang bisa berbuat adil kalau aku saja tidak bisa berbuat adil. Sungguh
kamu telah mengalami keburukan dan kerugian jika aku tidak berbuat
adil. Kemudian ‘Umar berkata; Wahai Rasulullah , izinkan aku untuk memenggal batang lehernya!. Beliau berkata: Biarkanlah dia. Karena dia nanti akan memiliki teman-tema n
yang salah seorang dari kalian memandang remeh shalatnya dibanding
shalat mereka, puasanya dibanding puasa mereka. Mereka membaca Al
Qur’an namun tidak sampai ke tenggoroka n mereka. Mereka keluar dari agama seperti melesatnya anak panah dari target (hewan buruan). (HR Bukhari 3341)
Mereka mengaku-ak u mengikuti Salafush Sholeh namun pada kenyataann ya mereka tidak memperliha tkan ke-sholeh- annya.
Mereka suka sekali berkata atau menuliskan kata-kata buruk, mencela, memperolok olok, memberikan julukan julukan yang tidak baik. Semua itu dapat menjerumus kan
mereka menjadi kaum munafik, tidak sesuai pengakuan dengan perilaku.
Kita sudah paham bahwa kaum munafik akan bertempat di neraka yang
paling dasar
Firman Allah ta’ala yang artinya
“Sesungguhn ya orang-oran g munafik itu (ditempatk an) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kal i tidak akan mendapat seorang penolongpu n bagi mereka“. QS An Nisaa [4]:145 )
Berhambura n
celaan seperti dungu, bodoh, pendusta, kadzdzab dan bahkan diantara
mereka sendiri seperti yang dapat kita saksikan sebagaiman a mereka publikasik an di dunia maya
http:// isnad.net/ terjemahan- dialog-kho lid-al-gho rbani-deng an-syaikh- robi-bulan -robiuts-t sani-1433
http:// tukpencaria lhaq.wordp ress.com/ 2012/04/08/ inilah-bukt i-kebohong an-dan-ked ustaan-kha lid-al-ghi rbani/
http:// www.darussa laf.or.id/ hizbiyyahal iran/ dusta-firan da-ditenga h-badai-fi tnah-yang- sedang-mel anda-bag1- firanda-me mfitnah-ul ama-ahlus- sunnah/
http:// firanda.com / index.php/ artikel/ 31-bantahan / 144-tanggap an-terhada p-tulisan- seorang-us tadz-hafiz ohullah
http:// www.darussa laf.or.id/ stories.php ?id=1706
http:// isnad.net/ media/ Muhammad_Se wed_di_Gug at.pdf
http:// isnad.net/ ?dl_name=ku mal-kumal- dzul-akmal .pdf
http:// isnad.net/ dialog-luqm an-hizbi-f iranda-sur uri
http:// isnad.net/ ?dl_name=dz ulqornain_ yayasan.ra r
http:// isnad.net/ media/ dzul-akmal- undercover .pdf
http:// semogakamis elamat.wor dpress.com /2011/11/ 07/ point-point -kesesatan -para-peny embah-thog ut-radio-r odja/
http:// www.darussa laf.or.id/ stories.php ?catid=16
http:// ad-diin.blo gspot.com/ 2012/01/ untukmu-yan g-masih-be rtanya-ten tang.html
http:// www.youtube .com/ watch?v=m3h 1jEQFNhI
http:// www.youtube .com/ watch?v=CNr EijcGSK
Rasulullah shallallah u alaihi wasallam bersabda, “mencela seorang muslim adalah kefasikan, dan membunuhny a adalah kekufuran”. (HR Muslim)
Seberapapu n besar kesalahpah aman atau dosa mereka, sebaiknya berdakwah tidak dengan celaan atau “kekerasan ”. Bayangkan berdakwah agar manusia mau beragama atau agar masuk Islam saja tidak dibolehkan dengan paksaan.
Firman Allah ta’ala yang artinya, “Tidak ada paksaan untuk beragama (Islam) ” (QS Al Baqarah [2]:256)
Apalagi kita berdakwah kepada manusia yang telah bersyahada t, seharusnya lah ketika kita berdakwah kepada mereka dengan membayangk an Rasulullah shallallah u alaihi wasallam kelak nanti akan memanggil mereka dengan penuh cintanya, “ummati….u mmati….umm ati”. Malulah kita kepada Rasulullah shallallah u alaihi wasallam, tauladan kita semua.
Berikut adalah beberapa pesan dari Sayyidina Umar ra,
“Orang yang tidak memiliki tiga perkara berikut, berarti imannya belum bermanfaat . Tiga perkara tersebut adalah santun ketika mengingatk an orang lain; wara yang menjauhkan nya dari hal-hal yang haram / terlarang; dan akhlak mulia dalam bermasyark at (bergaul)“.
“Yang paling aku khawatirka n dari kalian adalah bangga terhadap pendapatny a sendiri. Ketahuilah orang yang mengakui sebagai orang cerdas sebenarnya adalah orang yang sangat bodoh. Orang yang mengatakan bahwa dirinya pasti masuk surga, dia akan masuk neraka“
“Jangan pernah tertipu oleh teriakan seseorang (dakwah bersuara / bernada keras). Tapi akuilah orang yang menyampaikan amanah dan tidak menyakiti orang lain dengan tangan dan lidahnya“
“Jangan sampai kalian tertipu oleh puasa dan sholat seseorang. Tetapi perhatikan kejujuran, amanah dan waranya“
“Nilai seseorang dilihat dari agamanya. Dasarnya adalah akal dan wibawanya terletak pada akhlak“
Habib Ali Al Jifri mengingatk an bahwa sebaiknya janganlah mencela orang yang salah paham namun celalah kesalahpah amannya atau luruskanla h kesalahpah amannya
***** awal kutipan *****
Maka tidak dibenarkan bagimu untuk menghina seseorang. Hinakanlah maksiat tapi jangan kaum menghina pelaku maksiat.Hi nakanlah kufur tapi jangan kau menghina orang kafir karena dzat yang dihinakan pada kafir itu adalah hakikat kekufurann ya,
apakah hakikat kekufuran itu ? yaitu orang yang mati dalam keadaan
kufur tetapi selagi dia hidup maka dia tidak boleh dihina karena
sesungguhn ya kita tidak mengetahui bagaimana dia akan mati maka kita tidak dibenarkan menghina seseorangp un dari makhluk Allah
Ada tiga jenis bentuk pandangan, sehingga kita tidak mendholimi hati ini (maksudnya adalah pandangan yang tidak boleh kita lakukan)
1. Melihat kepada aurot (yakni apa yang diingini nafsu) dengan pandangan Nafsu
2. Melihat dunia dengan pandangan pengagunga n (Ainu al ta’dhim)
3. Melihat makhluk Allah dengan pandangan penghinaan (Ainu Al tahqir)
Tiga pandangan ini mudah mudahan kita dijauhkan dari padanya , kita berlidung dari tiga perkara ini dengan pandangan yang akan memberikan pancaran pada hati ini, sedangkan pandangan yang dapat memberikan pancaran pada hati ini adalah :
1. pandangan yang dibenarkan Allah Azza Wajalla untuk dilihat dengan pandangan tafakkur (Ainu Al tafakkur)
2. pandangan kepada orang tua ,kepada ulama ,kepada saudara saudara muslim dengan pandangan kasih sayang / cinta “Ainu Almahabbah”
3. pandangan kepada pelaku maksiat dengan pandangan belas kasihan (Ainu Al syafaqoh)
4. pandangan kepada orang yang taat dengan pandangan memuliakan (Ainu Al-ijlal)
***** akhir kutipan *****
Oleh karenanyal ah kita sebaiknya berdakwah bil hikmah dengan memahami hakikat perintah dan laranganNy a kemudian menyampaik an dengan cara yang arif bijaksana sehingga objek dakwah dapat memahami, menerima dan mengikuti atas kesadarann ya
sendiri. Sehingga mereka beribadah bukan karena kita (kita perintah)
atau bukan karena terpaksa (kita paksa) namun karena Allah ta’ala
semata.
Rasulullah shallallah u alaihi wasallam telah mengabarka n bahwa akan terus bermuncula n orang-oran g seperti Dzul Khuwaishir ah dari bani Tamim An Najdi yakni orang-oran g muda yang suka berdalil dengan Al Qur'an dan Hadits namun salah paham.
Rasulullah shallallah u alaihi wasallam bersabda “Akan keluar suatu kaum akhir jaman, orang-oran g muda yang pemahamann ya sering salah paham. Mereka banyak mengucapka n perkataan “Khairil Bariyyah” (maksudnya : suka berdalil dengan Al Qur’an dan Hadits). Iman mereka tidak melampaui tenggoroka n mereka. Mereka keluar dari agama sebagaiman a meluncurny a anak panah dari busurnya. Kalau orang-oran g ini berjumpa denganmu perangilah mereka (luruskan pemahaman mereka).” (Hadits Sahih riwayat Imam Bukhari 3342).
Orang-oran g seperti Dzul Khuwaishir ah
dari Bani Tamim An Najdi yakni mereka yang membaca Al Qur`an dan
mereka menyangka bahwa Al Qur`an itu adalah (hujjah) bagi mereka,
namun ternyata Al Qur`an itu adalah (bencana) atas mereka
Rasulullah shallallah u ‘alaihi wasallam pun bersabda: “Dari kelompok orang ini (orang-ora ng seperti Dzul Khuwaishir ah dari Bani Tamim Al Najdi), akan muncul nanti orang-oran g yang pandai membaca Al Qur`an tetapi tidak sampai melewati kerongkong an mereka, bahkan mereka membunuh orang-oran g Islam, dan membiarkan para penyembah berhala; mereka keluar dari Islam seperti panah yang meluncur dari busurnya. Seandainya aku masih mendapati mereka, akan kumusnahka n mereka seperti musnahnya kaum ‘Ad.” (HR Muslim 1762)
Kalimat yang artinya “mereka yang membaca Al Qur’an tetapi tidak sampai melewati kerongkong an” adalah kalimat majaz . “Tidak melewati kerongkong an” kiasan dari “tidak sampai ke hati” artinya mereka membaca Al Qur’an namun tidak menjadikan mereka berakhlaku l karimah.
Rasulullah shallallah u alaihi wasallam bersabda “Sesungguhn ya aku diutus (Allah) untuk menyempurn akan Akhlak.” (HR Ahmad)
Rasulullah shallallah u alaihi wasallam bersabda: “Barangsiap a yang bertambah ilmunya tapi tidak bertambah hidayahnya , maka dia tidak bertambah dekat kepada Allah melainkan bertambah jauh“
Semakin banyak mengenal Allah (ma’rifatu llah) melalui ayat-ayat- Nya qauliyah dan kauniyah, maka semakin dekat hubungan dengan-Nya .
Ilmu harus dikawal hidayah. Tanpa hidayah, seseorang yang berilmu
menjadi sombong dan semakin jauh dari Allah ta’ala. Sebaliknya seorang ahli ilmu (ulama) yang mendapat hidayah (karunia hikmah) maka hubunganny a dengan Allah ta’ala semakin dekat sehingga meraih maqom disisiNya.
Sebagaiman a diperibaha sakan
oleh orang tua kita dahulu bagaikan padi semakin berisi semakin
merunduk, semakin berilmu dan beramal maka semakin tawadhu, rendah
hati dan tidak sombong.
Rasulullah shallallah u ‘alaihi wasallam bersabda: “Akan muncul suatu sekte/ firqoh/ kaum dari umatku yang pandai membaca Al Qur`an. Dimana, bacaan kalian tidak ada apa-apanya dibandingk an dengan bacaan mereka. Demikian pula shalat kalian daripada shalat mereka. Juga puasa mereka dibandingk an
dengan puasa kalian. Mereka membaca Al Qur`an dan mereka menyangka
bahwa Al Qur`an itu adalah (hujjah) bagi mereka, namun ternyata Al
Qur`an itu adalah (bencana) atas mereka. Shalat mereka tidak sampai
melewati batas tenggoroka n. Mereka keluar dari Islam sebagaiman a anak panah meluncur dari busurnya”. (HR Muslim 1773)
Kalimat yang artinya “Shalat mereka tidak sampai melewati batas tenggoroka n” adalah kalimat majaz . “Tidak melewati batas kerongkong an” kiasan dari “tidak sampai ke hati”
maknanya sholat mereka tidak sampai ke hati yakni sholatnya tidak
mencegah dari perbuatan keji dan mungkar sehingga mereka semakin jauh
dari Allah ta’ala
Rasulullah bersabda, “Barangsiap a
yang shalatnya tidak mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, maka
ia tidak bertambah dari Allah kecuali semakin jauh dariNya” (diriwayat kan oleh ath Thabarani dalam al-Kabir nomor 11025, 11/46)
Firman Allah ta’ala yang artinya “Sesungguhn ya shalat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar” (QS al Ankabut [29]:45).
Merugilah bagisiapa yang sholatnya tidak mencegah dari perbuatan keji dan mungkar sehingga termasuk orang-oran g yang gagal beragama.
Tujuan beragama adalah untuk menjadi muslim yang berakhlaku l karimah, muslim yang baik, sholihin, muslim yang ihsan , muslim yang bermakrifa t yakni muslim yang menyaksika n Allah dengan hati (ain bashiroh)
Rasulullah menyampaik an yang maknanya “Sesungguhn ya aku diutus (Allah) untuk menyempurn akan Akhlak.” (HR Ahmad).
Firman Allah ta’ala yang artinya,
“Sungguh dalam dirimu terdapat akhlak yang mulia”. (QS Al-Qalam:4 )
“Sesungguhn ya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatanga n) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. (QS Al-Ahzab:2 1)
Akhlak yang buruk adalah mereka yang tidak takut kepada Allah atau mereka yang berpaling dari Allah karena mereka memperturu tkan hawa nafsu.
Firman Allah ta’ala yang artinya
“…Janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatka n kamu dari jalan Allah..” (QS Shaad [38]:26)
“Katakanlah : “Aku tidak akan mengikuti hawa nafsumu, sungguh tersesatla h aku jika berbuat demikian dan tidaklah (pula) aku termasuk orang-oran g yang mendapat petunjuk” (QS An’Aam [6]:56 )
Sedangkan muslim yang bermakrifa t atau muslim yang menyaksika n Allah ta’ala dengan hati (ain bashiroh) adalah muslim yang selalu meyakini kehadiranN ya, selalu sadar dan ingat kepadaNya.
Imam Qusyairi mengatakan “Asy-Syahid untuk menunjukka n sesuatu yang hadir dalam hati, yaitu sesuatu yang membuatnya selalu sadar dan ingat, sehingga seakan-aka n pemilik hati tersebut senantiasa melihat dan menyaksika n-Nya, sekalipun Dia tidak tampak. Setiap apa yang membuat ingatannya menguasai hati seseorang maka dia adalah seorang syahid (penyaksi)”
Ubadah bin as-shamit ra. berkata, bahwa Rasulullah shallallah u alaihi wasallam berkata: “Seutama-ut ama iman seseorang, jika ia telah mengetahui (menyaksik an) bahwa Allah selalu bersamanya , di mana pun ia berada“
Rasulullah shallallah u alaihi wasallm bersabda “Iman paling afdol ialah apabila kamu mengetahui bahwa Allah selalu menyertaim u dimanapun kamu berada“. (HR. Ath Thobari)
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا حَفْصٌ عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ عَنْ عَطَاءٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ رَآهُ بِقَلْبِه
Telah menceritak an kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritak an kepada kami Hafsh dari Abdul Malik dari ‘Atha’ dari Ibnu Abbas dia berkata, “Beliau telah melihat dengan mata hatinya.” (HR Muslim 257)
Imam Sayyidina Ali r.a. pernah ditanya oleh seorang sahabatnya bernama Zi’lib Al-Yamani, “Apakah Anda pernah melihat Tuhan?”
Beliau menjawab, “Bagaimana saya menyembah yang tidak pernah saya lihat?”
“Bagaimana Anda melihat-Ny a?” tanyanya kembali.
Sayyidina Ali ra menjawab “Dia tak bisa dilihat oleh mata dengan pandangan manusia yang kasat, tetapi bisa dilihat oleh hati”
Sebuah riwayat dari Ja’far bin Muhammad beliau ditanya: “Apakah engkau melihat Tuhanmu ketika engkau menyembah- Nya?” Beliau menjawab: “Saya telah melihat Tuhan, baru saya sembah”. “Bagaimana anda melihat-Ny a?” dia menjawab: “Tidak dilihat dengan mata yang memandang, tapi dilihat dengan hati yang penuh Iman.”
Jika belum dapat melihat Allah dengan hati (ain bashiroh) atau bermakrifa t maka yakinlah bahwa Allah Azza wa Jalla melihat kita.
Lalu dia bertanya lagi, ‘Wahai Rasulullah , apakah ihsan itu? ‘ Beliau menjawab, ‘Kamu takut (khasyyah) kepada Allah seakan-aka n kamu melihat-Ny a (bermakrif at), maka jika kamu tidak melihat-Ny a (bermakrif at) maka sesungguhn ya Dia melihatmu. ” (HR Muslim 11)
Firman Allah ta’ala yang artinya “Sesungguhn ya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamb a-Nya, hanyalah ulama” (QS Al Faathir [35]:28)
Muslim yang takut kepada Allah karena mereka selalu yakin diawasi oleh Allah Azza wa Jalla atau mereka yang selalu memandang Allah dengan hatinya (ain bashiroh), setiap akan bersikap atau berbuat sehingga mencegah dirinya dari melakukan sesuatu yang dibenciNya , menghindar i perbuatan maksiat, menghindar i perbuatan keji dan mungkar hingga dia dekat dengan Allah ta’ala karena berakhlaku l karimah meneladani manusia yang paling mulia Sayyidina Muhammad Rasulullah shallallah u alaihi wasallam
Muslim yang dekat dengan Allah ta’ala maka berkumpul dengan Rasulullah shallallah u alaihi wasallam, para Nabi, para Shiddiqin dan Syuhada
Firman Allah ta’ala yang artinya,
”…Sekiranya kalau bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya , niscaya tidak ada seorangpun dari kamu yang bersih (dari perbuatan keji dan mungkar) selama-lam anya, tetapi Allah membersihk an siapa saja yang dikehendak i…” (QS An-Nuur:21 )
“Sesungguhn ya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganuge rahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatk an (manusia) kepada negeri akhirat. Dan sesungguhn ya mereka pada sisi Kami benar-bena r termasuk orang-oran g pilihan yang paling baik.” (QS Shaad [38]:46-47 )
“Sesungguhn ya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu” (QS Al Hujuraat [49]:13)
“Tunjukilah kami jalan yang lurus , (yaitu) jalan orang-oran g yang telah Engkau beri ni’mat kepada mereka” (QS Al Fatihah [1]:6-7)
“Dan barangsiap a yang menta’ati Allah dan Rasul(Nya) , mereka itu akan bersama-sa ma dengan orang-oran g yang dianugerah i ni’mat oleh Allah, yaitu : Nabi-nabi, para shiddiiqii n, orang-oran g yang mati syahid, dan orang-oran g sholeh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-bai knya .” (QS An Nisaa [4]: 69)
Muslim yang terbaik bukan nabi yang mendekatka n diri (taqarub) kepada Allah sehingga meraih maqom disisiNya dan menjadi kekasih Allah (wali Allah) adalah shiddiqin, muslim yang membenarka n dan menyaksika n Allah dengan hatinya (ain bashiroh) atau muslim yang bermakrifa t. Bermacam-m acam tingkatan shiddiqin sebagaiman a yang diuraikan dalam tulisan pada http:// mutiarazuhu d.wordpres s.com/ 2011/01/14/ 2011/09/28/ maqom-wali- allah
Rasulullah shallallah u alaihi wasallam bersabda “sesungguh nya ada di antara hamba Allah (manusia) yang mereka itu bukanlah para Nabi dan bukan pula para Syuhada’. Mereka dirindukan
oleh para Nabi dan Syuhada’ pada hari kiamat karena kedudukan
(pangkat) mereka di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala“ Seorang dari
sahabatnya berkata, “siapa gerangan mereka itu wahai Rasulullah ? Semoga kita dapat mencintai mereka“. Nabi shallallah u
‘alaihi wasallam menjawab dengan sabdanya: “Mereka adalah suatu kaum
yang saling berkasih sayang dengan anugerah Allah bukan karena ada
hubungan kekeluarga an dan bukan karena harta benda, wajah-waja h mereka memancarka n cahaya dan mereka berdiri di atas mimbar-mim bar dari cahaya. Tiada mereka merasa takut seperti manusia merasakann ya dan tiada mereka berduka cita apabila para manusia berduka cita”. (HR. an Nasai dan Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya)
Hadits senada, dari ‘Umar bin Khathab ra bahwa Rasulullah shallallah u alaihi wasallam bersabda, “Sesungguh nya diantara hamba-hamb aku
itu ada manusia manusia yang bukan termasuk golongan para Nabi, bukan
pula syuhada tetapi pada hari kiamat Allah ‘Azza wa Jalla menempatka n
maqam mereka itu adalah maqam para Nabi dan syuhada.” Seorang
laki-laki bertanya : “siapa mereka itu dan apa amalan mereka?”mu dah-mudaha n kami menyukainy a“. Nabi bersabda: “yaitu Kaum yang saling menyayangi karena Allah ‘Azza wa Jalla walaupun mereka tidak bertalian darah, dan mereka itu saling menyayangi bukan karena hartanya, dan demi Allah sungguh wajah mereka itu bercahaya,
dan sungguh tempat mereka itu dari cahaya, dan mereka itu tidak takut
seperti yang ditakuti manusia, dan tidak susah seperti yang
disusahkan manusia,” kemudian beliau membaca ayat : ” Ingatlah, sesungguhn ya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatir an terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. (QS Yunus [10]:62)
Kaum yang dicintai-N ya
dan mereka mencintai Allah adalah kaum muslim yang bersikap lemah
lembut terhadap orang yang mu’min, yang bersikap keras terhadap
orang-oran g kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela.
Firman Allah ta’ala yang artinya, “Hai orang-oran g yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya maka kelak Allah akan mendatangk an suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiN ya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu’min, yang bersikap keras terhadap orang-oran g
kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada
celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan- Nya kepada siapa yang dikehendak i-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian -Nya), lagi Maha Mengetahui .” (QS Al Ma’iadah [5]:54)
Yang dimaksud “orang yang murtad dari agamanya” adalah orang-oran g seperti Dzul Khuwaishir ah dari Bani Tamim An Najdi. Murtad dikarenaka n pemahamann ya
telah keluar (kharaja) dari pemahaman mayoritas kaum muslim (as-sawad
al a’zham) yang disebut juga dengan khawarij. Khawarij adalah bentuk
jamak (plural) dari kharij (bentuk isim fail) artinya yang keluar.
Rasulullah shallallah u alaihi wasallam mengatakan bahwa orang-oran g seperti Dzul Khuwaishir ah dari Bani Tamim An Najdi yang keras kepada kaum muslim bahkan membunuh kaum muslim dan membiarkan para penyembah berhala atau membiarkan kaum Zionis Yahudi bahkan berteman dengan mereka adalah mereka keluar dari Islam atau murtad
Rasulullah shallallah u alaihi wasallam bersabda “Dari kelompok orang ini, akan muncul nanti orang-oran g yang pandai membaca Al Qur`an tetapi tidak sampai melewati kerongkong an mereka, bahkan mereka membunuh orang-oran g Islam, dan membiarkan para penyembah berhala; mereka keluar dari Islam seperti panah yang meluncur dari busurnya. (HR Muslim 1762)
Ciri-ciri lain dari orang-oran g seperti Dzul Khuwaishir ah dari Bani Tamim an Najdi adalah
1. Suka mencela dan mengkafirk an kaum muslim
2. Merasa paling benar dalam beribadah.
3. Berburuk sangka kepada kaum muslim
4. Sangat keras kepada kaum muslim bahkan membunuh kaum muslim namun lemah lembut kepada kaum Yahudi. Mereka kelak bergabung dengan Dajjal bersama Yahudi yang telah memfitnah atau menyesatka n kaum Nasrani.
Rasulullah masuk ke kamarku dalam keadaan aku sedang menangis. Beliau berkata kepadaku: ‘Apa yang membuatmu menangis?’ Aku menjawab: ‘Saya mengingat perkara Dajjal maka aku pun menangis.’ Rasulullah Shallallah u
‘alaihi wa sallam berkata: ‘Jika dia keluar sedang aku masih berada
di antara kalian niscaya aku akan mencukupi kalian. Jika dia keluar
setelah aku mati maka ketahuilah Rabb kalian tidak buta sebelah. Dajjal keluar bersama orang-oran g
Yahudi Ashbahan hingga datang ke Madinah dan berhenti di salah satu
sudut Madinah. Madinah ketika itu memiliki tujuh pintu tiap celah ada
dua malaikat yang berjaga. maka keluarlah orang-oran g jahat dari Madinah mendatangi Dajjal.”
Dajjal tidak dapat melampaui Madinah namun orang-oran g seperti Dzul Khuwaishir ah dari Bani Tamim an Najdi akan keluar dari Madinah menemui Dajjal
Oleh karenanya orang-oran g seperti Dzul Khuwaishir ah dari Bani Tamim an Najdi yang merupakan korban hasutan atau korban ghazwul fikri (perang pemahaman) dari kaum Zionis Yahudi akan selalu membela, bekerjasam a dan mentaati kaum Zionis Yahudi
Kita harus terus meningkatk an kewaspadaa n terhadap upaya ghazwul fikri (perang pemahaman) yang dilancarka n oleh kaum Zionis Yahudi sehingga suatu zaman yang dikabarkan oleh Rasulullah shallallah u alaihi wasallam
Telah menceritak an kepada kami Qutaibah bin Sa’id telah menceritak an kepada kami Ya’qub bin Abdurrahma n dari Suhail dari ayahnya dari Abu Hurairah Rasulullah Shallallah u
‘alaihi wa Salam bersabda: “Kiamat tidak terjadi hingga kaum
muslimin memerangi Yahudi lalu kaum muslimin membunuh mereka hingga
orang Yahudi bersembuny i dibalik batu dan pohon, batu atau pohon berkata, ‘Hai Muslim, hai hamba Allah, ini orang Yahudi dibelakang ku, kemarilah, bunuhlah dia, ‘ kecuali pohon gharqad, ia adalah pohon Yahudi’.”
Wassalam
Zon di Jonggol, Kabupaten Bogor 16830
Pada hakikatnya
Tentu mereka tidak bertemu dengan Salafush Sholeh sehingga mendapatka
Apa yang ulama mereka katakan sebagai pemahaman Salafush Sholeh adalah ketika mereka membaca hadits, tentunya ada sanad yang tersusun dari Tabi’ut Tabi’in, Tabi’in dan Sahabat. Inilah yang mereka katakan bahwa mereka telah mengetahui
Mereka berijtihad
Tidak ada yang dapat menjamin hasil upaya ijtihad mereka pasti benar dan terlebih lagi mereka tidak dikenal berkompete
Jika hasil ijtihad mereka salah, inilah yang namanya fitnah terhadap Salafush Sholeh. Fitnah dari orang-oran
Telah bercerita kepada kami Abu Al Yaman telah mengabarka
Mereka mengaku-ak
Mereka suka sekali berkata atau menuliskan
Firman Allah ta’ala yang artinya
“Sesungguhn
Berhambura
http://
http://
http://
http://
http://
http://
http://
http://
http://
http://
http://
http://
http://
http://
http://
Rasulullah
Seberapapu
Firman Allah ta’ala yang artinya, “Tidak ada paksaan untuk beragama (Islam) ” (QS Al Baqarah [2]:256)
Apalagi kita berdakwah kepada manusia yang telah bersyahada
Berikut adalah beberapa pesan dari Sayyidina Umar ra,
“Orang yang tidak memiliki tiga perkara berikut, berarti imannya belum bermanfaat
“Yang paling aku khawatirka
“Jangan pernah tertipu oleh teriakan seseorang (dakwah bersuara /
“Jangan sampai kalian tertipu oleh puasa dan sholat seseorang.
“Nilai seseorang dilihat dari agamanya. Dasarnya adalah akal dan wibawanya terletak pada akhlak“
Habib Ali Al Jifri mengingatk
***** awal kutipan *****
Maka tidak dibenarkan
Ada tiga jenis bentuk pandangan,
1. Melihat kepada aurot (yakni apa yang diingini nafsu) dengan pandangan Nafsu
2. Melihat dunia dengan pandangan pengagunga
3. Melihat makhluk Allah dengan pandangan penghinaan
Tiga pandangan ini mudah mudahan kita dijauhkan dari padanya , kita berlidung dari tiga perkara ini dengan pandangan yang akan memberikan
1. pandangan yang dibenarkan
2. pandangan kepada orang tua ,kepada ulama ,kepada saudara saudara muslim dengan pandangan kasih sayang /
3. pandangan kepada pelaku maksiat dengan pandangan belas kasihan (Ainu Al syafaqoh)
4. pandangan kepada orang yang taat dengan pandangan memuliakan
***** akhir kutipan *****
Oleh karenanyal
Rasulullah
Rasulullah
Orang-oran
Rasulullah
Kalimat yang artinya “mereka yang membaca Al Qur’an tetapi tidak sampai melewati kerongkong
Rasulullah
Rasulullah
Semakin banyak mengenal Allah (ma’rifatu
Sebagaiman
Rasulullah
Kalimat yang artinya “Shalat mereka tidak sampai melewati batas tenggoroka
Rasulullah
Firman Allah ta’ala yang artinya “Sesungguhn
Merugilah bagisiapa yang sholatnya tidak mencegah dari perbuatan keji dan mungkar sehingga termasuk orang-oran
Tujuan beragama adalah untuk menjadi muslim yang berakhlaku
Rasulullah
Firman Allah ta’ala yang artinya,
“Sungguh dalam dirimu terdapat akhlak yang mulia”. (QS Al-Qalam:4
“Sesungguhn
Akhlak yang buruk adalah mereka yang tidak takut kepada Allah atau mereka yang berpaling dari Allah karena mereka memperturu
Firman Allah ta’ala yang artinya
“…Janganlah
“Katakanlah
Sedangkan muslim yang bermakrifa
Imam Qusyairi mengatakan
Ubadah bin as-shamit ra. berkata, bahwa Rasulullah
Rasulullah
حَدَّثَنَا
Telah menceritak
Imam Sayyidina Ali r.a. pernah ditanya oleh seorang sahabatnya
Beliau menjawab, “Bagaimana
“Bagaimana
Sayyidina Ali ra menjawab “Dia tak bisa dilihat oleh mata dengan pandangan manusia yang kasat, tetapi bisa dilihat oleh hati”
Sebuah riwayat dari Ja’far bin Muhammad beliau ditanya: “Apakah engkau melihat Tuhanmu ketika engkau menyembah-
Jika belum dapat melihat Allah dengan hati (ain bashiroh) atau bermakrifa
Lalu dia bertanya lagi, ‘Wahai Rasulullah
Firman Allah ta’ala yang artinya “Sesungguhn
Muslim yang takut kepada Allah karena mereka selalu yakin diawasi oleh Allah Azza wa Jalla atau mereka yang selalu memandang Allah dengan hatinya (ain bashiroh),
Muslim yang dekat dengan Allah ta’ala maka berkumpul dengan Rasulullah
Firman Allah ta’ala yang artinya,
”…Sekiranya
“Sesungguhn
“Sesungguhn
“Tunjukilah
“Dan barangsiap
Muslim yang terbaik bukan nabi yang mendekatka
Rasulullah
Hadits senada, dari ‘Umar bin Khathab ra bahwa Rasulullah
Kaum yang dicintai-N
Firman Allah ta’ala yang artinya, “Hai orang-oran
Yang dimaksud “orang yang murtad dari agamanya” adalah orang-oran
Rasulullah
Rasulullah
Ciri-ciri lain dari orang-oran
1. Suka mencela dan mengkafirk
2. Merasa paling benar dalam beribadah.
3. Berburuk sangka kepada kaum muslim
4. Sangat keras kepada kaum muslim bahkan membunuh kaum muslim namun lemah lembut kepada kaum Yahudi. Mereka kelak bergabung dengan Dajjal bersama Yahudi yang telah memfitnah atau menyesatka
Rasulullah
Dajjal tidak dapat melampaui Madinah namun orang-oran
Oleh karenanya orang-oran
Kita harus terus meningkatk
Telah menceritak
Wassalam
Zon di Jonggol, Kabupaten Bogor 16830