oleh Zon Jonggol
Apakah mereka telah memperliha tkan kesholehan nya
Kaum Yahudi atau yang dikenal sekarang kaum Zionis Yahudi adalah pengikut syaitan
Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang membenarka n apa (kitab) yang ada pada mereka, sebahagian dari orang-oran g yang diberi kitab (Taurat) melemparka n kitab Allah ke belakang (punggung) nya, seolah-ola h mereka tidak mengetahui (bahwa itu adalah kitab Allah). Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-sy aitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjaka n sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjaka n sihir), hanya syaitan-sy aitan lah yang kafir (mengerjak an sihir).” (QS Al Baqarah [2]:101-10 2 )
Kaum Zionis Yahudi karena mereka adalah pengikut syaitan maka mereka ingin menyesatka n manusia, contohnya mereka menyesatka n kaum Nasrani
Kaum Zionis Yahudi , Allah ta’ala menyampaik an dalam firmanNya yang arti “yaitu orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, di antara mereka yang dijadikan kera dan babi.” (QS al-Ma’idah [5]:60)
Kaum Nasrani, Allah ta’ala menyampaik an dalam firmanNya yang arti “Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-oran g yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatka n kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus.” (QS al-Ma’idah : [5]:77)
Hadits yang diriwayatk an Sufyan bin Uyainah dengan sanadnya dari Adi bin Hatim. Ibnu Mardawih meriwayatk an dari Abu Dzar, dia berkata, “Saya bertanya kepada Rasulullah Shallallah u alaihi wasallam tentang orang-oran g yang dimurkai“, beliau bersabda, ‘Kaum Yahudi.’ Saya bertanya tentang orang-oran g yang sesat, beliau bersabda, “Kaum Nasrani.“
Hamad bin Salamah meriwayatk an dari Adi bin Hatim, dia berkata, “Saya bertanya kepada Rasulullah Shallallah u alaihi wasallam ihwal ‘bukan jalannya orang-oran g yang dimurkai’. Beliau bersabda, “Yaitu kaum Yahudi.’ Dan bertanya ihwal ‘bukan pula jalannya orang-oran g yang sesat’. “Beliau bersabda, ‘Kaum Nasrani adalah orang-oran g yang sesat.’
Sekarang kaum Zionis Yahudi ingin menyesatka n kaum muslim sehingga mereka “kembali kepada Al Qur’an dan As Sunnah” dengan pemahaman mereka sendiri berdasarka n makna dzahir/ harfiah/ tertulis/ tersurat atau memahami dengan metodologi “terjemahk an saja” dari sudut arti bahasa (lughot) dan istilah (terminolo gi) saja. Serupa dengan kompetensi yang dikuasai oleh kaum Zionis Yahudi yang diperlukan untuk menghasut kaum muslim sehingga timbul perselisih an karena perbedaan pemahaman.
Sekarang ini tersebarlu as tempat kursus kilat untuk dapat mengerti bahasa Arab, tujuannya untuk dapat mempelajar i atau memahami Al Qur’an dan As Sunnah secara mandiri.
Padahal untuk memahami Al Qur’an dan As Sunnah, tidak cukup dengan arti bahasa. Diperlukan kompetensi menguasai alat bahasa seperti Nahwu, Shorof, Balaghoh (ma’ani, bayan dan badi’).
Apalagi jika ingin menetapkan hukum-huku m syara’ bedasarkan dalil syar’i diperlukan penguasaan ilmu ushul fiqih. Penjelasan tentang hal ini telah disampaika n dalam tulisan pada http:// mutiarazuhu d.wordpres s.com/ 2012/10/07/ tak-cukup-a rti-bahasa /
Ilmu fiqh adalah hukum yang terinci pada setiap perbuatan manusia, baik halal, haram, makruh atau wajib beserta dalilnya masing-mas ing.
Adapun pengertian ‘ashl’ (jamaknya: ‘ushul’) menurut etimologi adalah dasar (fundamen) yang diatasnya dibangun sesuatu. Pengertian ini sama dengan pengertian ushul secara terminolog i, karena ushul fiqh menurut terminolog i adalah “dasar yang dijadikan pijakan oleh ilmu fiqh”.
Oleh karena itu Syeikh Kamaluddin ibn Himam di dalam Tahrir memberikan defenisi ushul fiqh: “ushul fiqh adalah pengertian tentang kaidah-kai dah yang dijadikan sarana (alat) untuk menggali hukum-huku m fiqh”. Atau dengan kata lain, ushul fiqh adalah kaidah-kai dah yang menjelaska n tentang cara (methode) pengambila n (penggalia n) hukum-huku m yang berkaitan dengan perbuatan manusia dari dalil-dali l syar’i. Sebagai contoh, ushul fiqh mnenetapka n, bahwa perintah (amar) itu menunjukka n hukum wajib, dan larangan (nahi) menunjukka n hukum haram dan lain lain.
Jadi Ushul Fiqh adalah pendekatan metodologi yang harus diikuti dalam penafsiran teks, atau dengan redaksi lain, Ushul Fiqh adalah tata bahasa dan ilmu pengetahua n yang harus diikuti dalam upaya menggali hukum dari sumber-sum bernya. Atau menjelaska n sumber-sum ber hukum fiqh yang sudah mendapatka n legitimasi syari’at seperti Al-Quran, Sunnah, konsensus, analogi, dan seterusnya .
Berkata Imam Ahmad bin Hanbal rahimahull ah : Aku bertanya pada bapakku : “Ada seorang lelaki yang memiliki kitab-kita b mushannaf, di dalam kitab tersebut ada perkataan Rasulullah Shallallah u alaihi wa Sallam, para sahabat dan tabi’in, akan tetapi ia tidak meliliki ilmu untuk bisa mengetahui hadits yang lemah yang matruk dan tidak pula bisa membedakan hadits yang kuat dari yang lemah, maka bolehkah mengamalka n sesuai dengan apa yang dia inginkan dan memilih sekehendak nya lantas ia berfatwa dan mengamalka nnya?”. Beliau menjawab : “Tidaklah boleh mengamalka nnya
sehingga ia bertanya dari apa yang ia ambil, maka hendaknya ia
beramal di atas perkara yang shahih dan hendaknya ia bertanya tentang
yang demikian itu kepada ahli ilmu” (lihat i’lamul muwaqi’in 4/179)
Untuk memahami hukum bersumber dari Al Quran dan As Sunnah maka harus betul betul memahami gaya bahasa (uslub) yang ada dalam bahasa Arab dan cara penunjukka n lafazh nash kepada artinya.
Kompetensi yang dibutuhkan untuk dapat menggali sendiri dari Al Qur’an dan As Sunnah seperti
a. Mengetahui dan menguasai bahasa arab sedalam-da lamnya, karena al-Quran dan as-sunnah diturunkan Allah dan disampaika n Rasulullah Shallallah u ‘Alaihi Wasallam dalam bahasa Arab yang fushahah dan balaghah yang bermutu tinggi, pengertian nya luas dan dalam, mengandung hukum yang harus diterima. Yang perlu diketahui dan dikuasainy a bukan hanya arti bahasa tetapi juga ilmu-ilmu yang bersangkut an dengan bahasa arab itu seumpama nahwu, sharaf, balaghah (ma’ani, bayan dan badi’).
b. Mengetahui
dan menguasai ilmu ushul fiqh, sebab kalau tidak, bagaimana mungkin
menggali hukum secara baik dan benar dari al-Quran dan as-Sunnah
padahal tidak menguasai sifat lafad-lafa d
dalam al-Quran dan as-Sunnah itu yang beraneka ragam seperti ada
lafadz nash, ada lafadz dlahir, ada lafadz mijmal, ada lafadz bayan,
ada lafadz muawwal, ada yang umum, ada yang khusus, ada yang mutlaq,
ada yang muqoyyad, ada majaz, ada lafadz kinayah selain lafadz
hakikat. Semua itu masing-mas ing mempengaru hi hukum-huku m yang terkandung di dalamnya.
c. Mengetahui dan menguasai dalil ‘aqli penyelaras dalil naqli terutama dalam masalah-ma salah yaqiniyah qath’iyah.
d. Mengetahui yang nasikh dan yang mansukh dan mengetahui asbab an-nuzul dan asbab al-wurud, mengetahui yang mutawatir dan yang ahad, baik dalam al-Quran maupun dalam as-Sunnah. Mengetahui yang sahih dan yang lainnya dan mengetahui para rawi as-Sunnah.
e. Mengetahui ilmu-ilmu yang lainnya yang berhubunga n dengan tata cara menggali hukum dari al-Quran dan as-Sunnah.
Bagi yang tidak memiliki sanad ilmu dan kompetensi
di atas maka termasuk orang awam (bukan ahli istidlal) sehingga tidak
ada jalan lain kecuali taqlid kepada imam mujtahid yang dapat
dipertangg ungjawabka n kemampuann ya.
Diantara para mujtahid yang madzhabnya mudawwan adalah empat imam mujtahid, yaitu:
- Imam Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit;
- Imam Malik bin Anas;
- Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi’ i ; dan
- Imam Ahmad bin Hanbal.
Jadi bermazhab adalah sebuah kebutuhan bagi kaum muslim yang tidak lagi bertemu dengan Salafush Sholeh.
Al Qur’an adalah kitab petunjuk namun kaum muslim membutuhka n seorang penunjuk. Penunjuk para Sahabat adalah Rasulullah shallallah u
alaihi wasallam. Penunjuk para Tabi’in adalah para Sahabat. penunjuk
para Tabi’ut Tabi’in adalah para Tabi’in dan penunjuk kaum muslim
sampai akhir zaman adalah Imam Mazhab yang empat.
Suatu ketika Rasulullah shallallah u alaihi wasallam mengadu kepada Tuhan: “Aku akan meninggalk an dunia ini, Aku akan meninggalk an umatku. Siapakah yang akan menuntun mereka setelahku? Bagaimana nasib mereka sesudahku?”
Allah ta’ala lalu menurunkan firman-Nya :
walaqad atainaaka sab’an mina almatsaani i wal wur’aana al’azhiima (QS Al Hijr [15] : 87)
“Kami telah mengarunia kanmu Assab’ul-m atsani dan al-Qur’an yang agung..” (Q.S. 15:87)
Kita temukan terjemahan yang seperti misalnya versi Departemen Haji dan Wakaf Saudi Arabia tahun 1990 yang telah menambahka n kata-kata "ayat yang dibaca" pada ayat di atas sehingga secara lengkapnya versi Departemen Haji dan Wakaf Saudi Arabia tahun 1990 berbunyi:
"Dan sesungguhn ya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-u lang dan Al Qur'an yang agung"
Frasa yang bermakna "ayat yang dibaca" tidak akan ditemukan pada kalimat asli (Q.S. 15:87) Mestinya kata-kata tambahan yang berpotensi mengeliruk an makna diapit oleh tanda kurung, sehingga pembaca memaklumi bahwa kata-kata tersebut bukan bagian dari firman Allah.
Allah melaknati perbuatan mengada-ad a tulisan seakan-aka n itu bagian dari apa yang diwahyukan Nya. Kepada mereka Allah menjanjika n kecelakaan .
"Maka kecelakaan lah bagi orang-oran g yang menulis al-Kitab dengan tangan-tan gan mereka, kemudian mereka berkata, 'Ini dari Allah', supaya mereka menjualnya untuk harga yang sedikit; kecelakaan lah bagi mereka karena apa yang tangan-tan gan mereka tulis, dan kecelakaan lah bagi mereka karena usaha-usah a mereka." (Q.S. 2:79)
Assab’ul-m atsani dan al-Qur’an, dua pegangan yang menyelamat kan kita dari kesesatan, dua perkara yang telah membuat Rasulullah shallallah u alaihi wasallam tenang meninggalk an umat.
Al Qur’an kita telah mengetahui nya lalu apakah yang dimaksud dengan Assab’ul-m atsani ?
“Sab’an minal-mats ani” terdiri dari tiga kata; Sab’an, Min dan al-Matsani . Sab’an berarti tujuh. Min berarti dari. Sementara al-Matsani adalah bentuk jama’ dari Matsna yang artinya dua-dua. Dengan demikian maka Matsani berarti empat-empa t (berkelomp ok-kelompo k, setiap kelompok terdiri dari empat).
Dalam sebuah hadits Rasul menyebutka n bahwa Assab’ul-m atsani itu adalah surat Fatihah. Itu benar, namun yang dimaksud oleh hadits tersebut adalah bahwasanya Assab’ul-m atsani (tujuh kelompok) itu telah diisyaratk an oleh salah satu ayat dalam surat Fatihah, tepatnya pada firman-Nya :
” اهدنا الصراط المستقيم صراط الذين أنعمت عليهم “
Ya Allah, tunjukilah kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang-oran g yang Engkau karuniai nikmat. Mereka itulah Assba’ul-m atsani, sebagaiman a firman Allah :
” الذين أنعم الله عليهم من النبيين والصديقين والشهداء والصالحين وحسن أولئك رفيقا “
Orang-oran g yang dikaruniai nikmat oleh Allah adalah: Para nabi, para shiddiqin, para syuhada’ dan orang-oran g shalih, mereka itulah sebaik-bai k teman. Mereka itulah Assab’ul-m atsani.
Imam Mazhab yang empat adalah termasuk Assab’ul-m atsani. Selengkapn ya telah disampaika n dalam tulisan pada http:// mutiarazuhu d.wordpres s.com/ 2012/09/16/ yang-dikaru niai-nikma tnya/ dan http:// mutiarazuhu d.wordpres s.com/ 2012/09/17/ seorang-pen unjuk/
Sunan Bonang salah satu dari Wali Songo memberikan petunjuk dalam syair lagu yang berjudul "Tombo Ati" atau "Obat hati" agar kita berkumpul dengan muslim yang sholeh
Kaping telu wong kang sholeh kumpulono
Yang ketiga, berkumpula h dengan orang sholeh
“ar-ruuhu junnudun mujannadah "
“Ruh itu kelompok (berbala) yang mengelompo k atau teman yang ditemankan .” (HR Bukhari)
Kalau kita berkumpul dengan orang-oran g
sholeh, maka kita akan menjadi orang sholeh. Orang sholeh seperti
penjual minyak wangi – kata Nabi. Jadi orang sholeh itu akan
menyemprot kan wangi-wang iannya ke sekeliling nya. Jadi sekitarnya akan menjadi wangi karenanya. Oleh karena itu dekat-deka tlah kita kepada penjual minyak wangi sebab kalaupun toh tidak mampu membeli kita akan memperoleh bau wanginya. Berkumpul adalah melihat dan mendengar. Termasuk berkumpul dengan orang sholeh jika kita membaca tulisan/ buku-buku yang ditulis oleh para ulama yang sholeh.
Sedangkan mereka yang mengaku-ak u mengikuti Salafush Sholeh pada kenyataann ya mereka tidak memperliha tkan ke-sholeh- annya. Mereka suka sekali berkata atau menuliskan kata-kata buruk, mencela, memperolok olok, memberikan julukan julukan yang tidak baik. Semua itu dapat menjerumus kan
mereka menjadi kaum munafik, tidak sesuai pengakuan dengan perilaku.
Kita sudah paham bahwa kaum munafik akan bertempat di neraka yang
paling dasar
Firman Allah ta’ala yang artinya
“Sesungguhn ya orang-oran g munafik itu (ditempatk an) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kal i tidak akan mendapat seorang penolongpu n bagi mereka“. QS An Nisaa [4]:145 )
Cintailah kaum muslim sebagaiman a yang telah diuraikan dalam tulisan pada http:// mutiarazuhu d.wordpres s.com/ 2012/10/06/ cintailah-k aum-muslim /
Diriwayatk an hadits dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallah u alaihi wasallam bersabda: “Demi
Allah, kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman. Belum
sempurna keimanan kalian hingga kalian saling mencintai.” (HR Muslim)
Rasulullah shallallah u ‘alaihi wasallam bersabda: “Kamu akan melihat orang-oran g mukmin dalam hal saling mengasihi, mencintai, dan menyayangi
bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit,
maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan panas (turut merasakan
sakitnya).” (HR Bukhari 5552) (HR Muslim 4685)
Rasulullah shallallah u alaihi wasallam bersabda, “mencela seorang muslim adalah kefasikan, dan membunuhny a adalah kekufuran”. (HR Muslim).
Cintailah kaum muslim karena orang-oran g yang tidak mencintai kaum muslim atau orang yang mempunyai rasa permusuhan dengan kaum muslim adalah kaum Yahudi atau yang dikenal sekarang kaum Zionis Yahudi dan kaum musyrik.
Firman Allah ta’ala yang artinya, “orang-oran g yang paling keras permusuhan nya terhadap orang beriman adalah orang-oran g Yahudi dan orang-oran g musyrik” (QS Al Maaidah [5]: 82)
Jadi kalau ada seorang muslim membenci muslim lainnya atau bahkan membunuhny a maka kemungkina n besar dia adalah korban hasutan atau korban ghazwul fikri (perang pemahaman) dari kaum Zionis Yahudi.
Seberapa besarpun dosa mereka dan kesalahpah aman mereka, sebaiknya berdakwah tidak dengan “kekerasan ”. Bayangkan berdakwah agar manusia mau beragama atau agar masuk Islam saja tidak dibolehkan dengan paksaan.
Firman Allah ta’ala yang artinya, “Tidak ada paksaan untuk beragama (Islam) ” (QS Al Baqarah [2]:256)
Apalagi kita berdakwah kepada manusia yang telah bersyahada t, seharusnya lah ketika kita berdakwah kepada mereka dengan membayangk an Rasulullah shallallah u alaihi wasallam kelak nanti akan memanggil mereka dengan penuh cintanya, “ummati….u mmati….umm ati”.
Malulah kita kepada Rasulullah shallallah u alaihi wasallam, tauladan kita semua.
Berikut adalah beberapa pesan dari Sayyidina Umar ra,
“Orang yang tidak memiliki tiga perkara berikut, berarti imannya belum bermanfaat . Tiga perkara tersebut adalah santun ketika mengingatk an orang lain; wara yang menjauhkan nya dari hal-hal yang haram / terlarang; dan akhlak mulia dalam bermasyark at (bergaul)“.
“Yang paling aku khawatirka n dari kalian adalah bangga terhadap pendapatny a sendiri. Ketahuilah orang yang mengakui sebagai orang cerdas sebenarnya adalah orang yang sangat bodoh. Orang yang mengatakan bahwa dirinya pasti masuk surga, dia akan masuk neraka“
“Jangan pernah tertipu oleh teriakan seseorang (dakwah bersuara / bernada keras). Tapi akuilah orang yang menyampaikan amanah dan tidak menyakiti orang lain dengan tangan dan lidahnya“
“Jangan sampai kalian tertipu oleh puasa dan sholat seseorang. Tetapi perhatikan kejujuran, amanah dan waranya“
“Nilai seseorang dilihat dari agamanya. Dasarnya adalah akal dan wibawanya terletak pada akhlak“
Habib Ali Al Jifri mengatakan
***** awal kutipan ****
Maka tidak dibenarkan bagimu untuk menghina seseorang. Hinakanlah maksiat tapi jangan kaum menghina pelaku maksiat.Hi nakanlah kufur tapi jangan kau menghina orang kafir karena dzat yang dihinakan pada kafir itu adalah hakikat kekufurann ya,
apakah hakikat kekufuran itu ? yaitu orang yang mati dalam keadaan
kufur tetapi selagi dia hidup maka dia tidak boleh dihina karena
sesungguhn ya kita tidak mengetahui bagaimana dia akan mati maka kita tidak dibenarkan menghina seseorangp un dari makhluk Allah
Ada tiga jenis bentuk pandangan, sehingga kita tidak mendholimi hati ini (maksudnya adalah pandangan yang tidak boleh kita lakukan)
1. Melihat kepada aurot (yakni apa yang diingini nafsu) dengan pandangan Nafsu
2. Melihat dunia dengan pandangan pengagunga n (Ainu al ta’dhim)
3. Melihat makhluk Allah dengan pandangan penghinaan (Ainu Al tahqir)
Tiga pandangan ini mudah mudahan kita dijauhkan dari padanya , kita berlidung dari tiga perkara ini dengan pandangan yang akan memberikan pancaran pada hati ini, sedangkan pandangan yang dapat memberikan pancaran pada hati ini adalah :
1. pandangan yang dibenarkan Allah Azza Wajalla untuk dilihat dengan pandangan tafakkur (Ainu Al tafakkur)
2. pandangan kepada orang tua ,kepada ulama ,kepada saudara saudara muslim dengan pandangan kasih sayang / cinta “Ainu Almahabbah”
3. pandangan kepada pelaku maksiat dengan pandangan belas kasihan (Ainu Al syafaqoh)
4. pandangan kepada orang yang taat dengan pandangan memuliakan (Ainu Al-ijlal)
***** akhir kutipan *****
Oleh karenanyal ah kita sebaiknya berdakwah bil hikmah dengan memahami hakikat perintah dan laranganNy a kemudian menyampaik an dengan cara yang arif bijaksana sehingga objek dakwah dapat memahami, menerima dan mengikuti atas kesadarann ya
sendiri. Sehingga mereka beribadah bukan karena kita (kita perintah)
atau bukan karena terpaksa (kita paksa) namun karena Allah ta’ala
semata.
Kaum yang dicintai Allah dan mereka mencintai Allah adalah kaum muslim yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu’min, yang bersikap keras terhadap orang-oran g kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela.
Firman Allah ta’ala yang artinya, “Hai orang-oran g yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya maka kelak Allah akan mendatangk an suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiN ya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu’min, yang bersikap keras terhadap orang-oran g
kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada
celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan- Nya kepada siapa yang dikehendak i-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian -Nya), lagi Maha Mengetahui .” (QS Al Ma’iadah [5]:54)
Yang dimaksud “orang yang murtad dari agamanya” adalah orang-oran g seperti Dzul Khuwaishir ah dari Bani Tamim An Najdi. Murtad dikarenaka n pemahamann ya
telah keluar (kharaja) dari pemahaman mayoritas kaum muslim (as-sawad
al a’zham) yang disebut juga dengan khawarij. Khawarij adalah bentuk
jamak (plural) dari kharij (bentuk isim fail) artinya yang keluar.
Rasulullah shallallah u alaihi wasallam mengatakan bahwa orang-oran g seperti Dzul Khuwaishir ah dari Bani Tamim An Najdi yang keras kepada kaum muslim bahkan membunuh kaum muslim dan membiarkan para penyembah berhala atau membiarkan kaum Zionis Yahudi bahkan berteman dengan mereka adalah mereka keluar dari Islam atau murtad
Rasulullah shallallah u alaihi wasallam bersabda “Dari kelompok orang ini, akan muncul nanti orang-oran g yang pandai membaca Al Qur`an tetapi tidak sampai melewati kerongkong an mereka, bahkan mereka membunuh orang-oran g Islam, dan membiarkan para penyembah berhala; mereka keluar dari Islam seperti panah yang meluncur dari busurnya. Seandainya aku masih mendapati mereka, akan kumusnahka n mereka seperti musnahnya kaum ‘Ad. (HR Muslim 1762)
Orang-oran g seperti Dzul Khuwaishir ah dari Bani Tamim an Najdi memperguna kan ayat-ayat yang diturunkan bagi orang-oran g kafir lantas mereka terapkan untuk menyerang kaum muslim
Abdullah bin Umar ra dalam mensifati kelompok khawarij mengatakan : “Mereka menggunaka n ayat-ayat yang diturunkan bagi orang-oran g kafir lantas mereka terapkan untuk menyerang orang-oran g beriman”.[Lihat: kitab Sohih Bukhari jilid:4 halaman:19 7].
Orang-oran g seperti Dzul Khuwaishir ah dari Bani Tamim an Najdi, mereka yang membaca Al Qur’an namun tidak melampaui tenggoroka n, artinya tidak sampai ke hati atau tidak menjadikan mereka berakhlak baik, ciri-ciri lainnya adalah
1. Suka mencela dan mengkafirk an kaum muslim
2. Merasa paling benar dalam beribadah.
3. Berburuk sangka kepada kaum muslim
4. Sangat keras kepada kaum muslim bahkan membunuh kaum muslim namun lemah lembut kepada kaum Yahudi. Mereka kelak bergabung dengan Dajjal bersama Yahudi yang telah memfitnah atau menyesatka n kaum Nasrani.
Rasulullah masuk ke kamarku dalam keadaan aku sedang menangis. Beliau berkata kepadaku: ‘Apa yang membuatmu menangis?’ Aku menjawab: ‘Saya mengingat perkara Dajjal maka aku pun menangis.’ Rasulullah Shallallah u
‘alaihi wa sallam berkata: ‘Jika dia keluar sedang aku masih berada
di antara kalian niscaya aku akan mencukupi kalian. Jika dia keluar
setelah aku mati maka ketahuilah Rabb kalian tidak buta sebelah. Dajjal keluar bersama orang-oran g
Yahudi Ashbahan hingga datang ke Madinah dan berhenti di salah satu
sudut Madinah. Madinah ketika itu memiliki tujuh pintu tiap celah ada
dua malaikat yang berjaga. maka keluarlah orang-oran g jahat dari Madinah mendatangi Dajjal.”
Dajjal tidak dapat melampaui Madinah namun orang-oran g seperti Dzul Khuwaishir ah dari Bani Tamim an Najdi akan keluar dari Madinah menemui Dajjal
Oleh karenanya orang-oran g seperti Dzul Khuwaishir ah dari Bani Tamim an Najdi yang merupakan korban hasutan atau korban ghazwul fikri (perang pemahaman) dari kaum Zionis Yahudi akan selalu membela, bekerjasam a dan mentaati kaum yang dimurkai oleh Allah Azza wa Jalla yakni kaum Zionis Yahudi
Firman Allah ta’ala yang artinya
“Tidakkah kamu perhatikan orang-oran g yang menjadikan suatu kaum yang dimurkai Allah sebagai teman? Orang-oran g itu bukan dari golongan kamu dan bukan (pula) dari golongan mereka. Dan mereka bersumpah untuk menguatkan kebohongan , sedang mereka mengetahui“. (QS Al Mujaadilah [58]:14 )
“Hai orang-oran g yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaa nmu orang-oran g yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hent inya (menimbulk an) kemudharat an bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahka n kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyi kan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminy a” , (QS Ali Imran, 118)
“Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu, dan kamu beriman kepada kitab-kita b semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata “Kami beriman”, dan apabila mereka menyendiri , mereka menggigit ujung jari antaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka): “Matilah kamu karena kemarahanm u itu”. Sesungguhn ya Allah mengetahui segala isi hati“. (QS Ali Imran, 119)
Kita harus terus meningkatk an kewaspadaa n terhadap upaya ghazwul fikri (perang pemahaman) yang dilancarka n oleh kaum Zionis Yahudi sehingga suatu zaman yang dikabarkan oleh Rasulullah shallallah u alaihi wasallam
Telah menceritak an kepada kami Qutaibah bin Sa’id telah menceritak an kepada kami Ya’qub bin Abdurrahma n dari Suhail dari ayahnya dari Abu Hurairah Rasulullah Shallallah u ‘alaihi wa Salam bersabda: “Kiamat tidak terjadi hingga kaum muslimin memerangi Yahudi lalu kaum muslimin membunuh mereka hingga orang Yahudi bersembuny i dibalik batu dan pohon, batu atau pohon berkata, ‘Hai Muslim, hai hamba Allah, ini orang Yahudi dibelakang ku, kemarilah, bunuhlah dia, ‘ kecuali pohon gharqad, ia adalah pohon Yahudi’.”
Wassalam
Zon di Jonggol, Kabupaten Bogor 16830
Kaum Yahudi atau yang dikenal sekarang kaum Zionis Yahudi adalah pengikut syaitan
Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang membenarka
Kaum Zionis Yahudi karena mereka adalah pengikut syaitan maka mereka ingin menyesatka
Kaum Zionis Yahudi , Allah ta’ala menyampaik
Kaum Nasrani, Allah ta’ala menyampaik
Hadits yang diriwayatk
Hamad bin Salamah meriwayatk
Sekarang kaum Zionis Yahudi ingin menyesatka
Sekarang ini tersebarlu
Padahal untuk memahami Al Qur’an dan As Sunnah, tidak cukup dengan arti bahasa. Diperlukan
Apalagi jika ingin menetapkan
Ilmu fiqh adalah hukum yang terinci pada setiap perbuatan manusia, baik halal, haram, makruh atau wajib beserta dalilnya masing-mas
Adapun pengertian
Oleh karena itu Syeikh Kamaluddin
Jadi Ushul Fiqh adalah pendekatan
Berkata Imam Ahmad bin Hanbal rahimahull
Untuk memahami hukum bersumber dari Al Quran dan As Sunnah maka harus betul betul memahami gaya bahasa (uslub) yang ada dalam bahasa Arab dan cara penunjukka
Kompetensi
a. Mengetahui
b. Mengetahui
c. Mengetahui
d. Mengetahui
e. Mengetahui
Bagi yang tidak memiliki sanad ilmu dan kompetensi
Diantara para mujtahid yang madzhabnya
- Imam Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit;
- Imam Malik bin Anas;
- Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi’
- Imam Ahmad bin Hanbal.
Jadi bermazhab adalah sebuah kebutuhan bagi kaum muslim yang tidak lagi bertemu dengan Salafush Sholeh.
Al Qur’an adalah kitab petunjuk namun kaum muslim membutuhka
Suatu ketika Rasulullah
Allah ta’ala lalu menurunkan
walaqad atainaaka sab’an mina almatsaani
“Kami telah mengarunia
Kita temukan terjemahan
"Dan sesungguhn
Frasa yang bermakna "ayat yang dibaca" tidak akan ditemukan pada kalimat asli (Q.S. 15:87) Mestinya kata-kata tambahan yang berpotensi
Allah melaknati perbuatan mengada-ad
"Maka kecelakaan
Assab’ul-m
Al Qur’an kita telah mengetahui
“Sab’an minal-mats
Dalam sebuah hadits Rasul menyebutka
” اهدنا الصراط المستقيم صراط الذين أنعمت عليهم “
Ya Allah, tunjukilah
” الذين أنعم الله عليهم من النبيين والصديقين والشهداء والصالحين وحسن أولئك رفيقا “
Orang-oran
Imam Mazhab yang empat adalah termasuk Assab’ul-m
Sunan Bonang salah satu dari Wali Songo memberikan
Kaping telu wong kang sholeh kumpulono
Yang ketiga, berkumpula
“ar-ruuhu junnudun mujannadah
“Ruh itu kelompok (berbala) yang mengelompo
Kalau kita berkumpul dengan orang-oran
Sedangkan mereka yang mengaku-ak
Firman Allah ta’ala yang artinya
“Sesungguhn
Cintailah kaum muslim sebagaiman
Diriwayatk
Rasulullah
Rasulullah
Cintailah kaum muslim karena orang-oran
Firman Allah ta’ala yang artinya, “orang-oran
Jadi kalau ada seorang muslim membenci muslim lainnya atau bahkan membunuhny
Seberapa besarpun dosa mereka dan kesalahpah
Firman Allah ta’ala yang artinya, “Tidak ada paksaan untuk beragama (Islam) ” (QS Al Baqarah [2]:256)
Apalagi kita berdakwah kepada manusia yang telah bersyahada
Malulah kita kepada Rasulullah
Berikut adalah beberapa pesan dari Sayyidina Umar ra,
“Orang yang tidak memiliki tiga perkara berikut, berarti imannya belum bermanfaat
“Yang paling aku khawatirka
“Jangan pernah tertipu oleh teriakan seseorang (dakwah bersuara /
“Jangan sampai kalian tertipu oleh puasa dan sholat seseorang.
“Nilai seseorang dilihat dari agamanya. Dasarnya adalah akal dan wibawanya terletak pada akhlak“
Habib Ali Al Jifri mengatakan
***** awal kutipan ****
Maka tidak dibenarkan
Ada tiga jenis bentuk pandangan,
1. Melihat kepada aurot (yakni apa yang diingini nafsu) dengan pandangan Nafsu
2. Melihat dunia dengan pandangan pengagunga
3. Melihat makhluk Allah dengan pandangan penghinaan
Tiga pandangan ini mudah mudahan kita dijauhkan dari padanya , kita berlidung dari tiga perkara ini dengan pandangan yang akan memberikan
1. pandangan yang dibenarkan
2. pandangan kepada orang tua ,kepada ulama ,kepada saudara saudara muslim dengan pandangan kasih sayang /
3. pandangan kepada pelaku maksiat dengan pandangan belas kasihan (Ainu Al syafaqoh)
4. pandangan kepada orang yang taat dengan pandangan memuliakan
***** akhir kutipan *****
Oleh karenanyal
Kaum yang dicintai Allah dan mereka mencintai Allah adalah kaum muslim yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu’min, yang bersikap keras terhadap orang-oran
Firman Allah ta’ala yang artinya, “Hai orang-oran
Yang dimaksud “orang yang murtad dari agamanya” adalah orang-oran
Rasulullah
Rasulullah
Orang-oran
Abdullah bin Umar ra dalam mensifati kelompok khawarij mengatakan
Orang-oran
1. Suka mencela dan mengkafirk
2. Merasa paling benar dalam beribadah.
3. Berburuk sangka kepada kaum muslim
4. Sangat keras kepada kaum muslim bahkan membunuh kaum muslim namun lemah lembut kepada kaum Yahudi. Mereka kelak bergabung dengan Dajjal bersama Yahudi yang telah memfitnah atau menyesatka
Rasulullah
Dajjal tidak dapat melampaui Madinah namun orang-oran
Oleh karenanya orang-oran
Firman Allah ta’ala yang artinya
“Tidakkah kamu perhatikan
“Hai orang-oran
“Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu, dan kamu beriman kepada kitab-kita
Kita harus terus meningkatk
Telah menceritak
Wassalam
Zon di Jonggol, Kabupaten Bogor 16830