PERTANYAAN
:
Assalamu laikum ustadz apa
ustzah, bolehkah orang yang meninggal kukunya dan kumisnya yang panjang,
dipotong ? makasih pencerahannya ya ustadz. [Risky
Imam ].
JAWABAN
:
Wa'alaikumsalam. Menurut
Qaul Qadim rambut, kuku, kumis yang terdapat pada mayat dibiarkan begitu saja
namun menurut Qaul Jadid sunah dipotong dengan rincian sebagai berikut
:
Berkata as-Syafi’i :
“Diantara madzhab kami ada yang memberlakukan memotong rambut dan kuku-kuku
mayat dan diantara kami terdapat pendapat yang tidak mengerjakannya”.
Al-Mazani berkata :
“Meninggalkannya membuatku kagum karena artinya menjadikan kelusuhan sedikit dan
kami memohon pada Allah kebaikannya tempat kembali”.
Al-Mawardi berkata :
“Sedang dalam mengambil rambut dan memotong kuku-kuku jenazah maka tidak
diperintahkan bila ia sedikit dan bila panjang dan jorok mengambilnya juga tidak
wajib, sedang dalam kesunahannya terdapat dua pendapat :
1.Menurut Qaul Qadim hukum
menjalankannya makruh, lebih baik tidak dilakukan, pendapat ini sesuai dengan
madzhab Imam Malik, al-Mazani karena khitan yang diwajibkan saat hidup saja
tidak dikerjakan kala ia sudah meninggal maka dalam masalah ini tentu lebih
utama juga untuk tidak dikerjakan disamping karena alasan bila tulangnya
tersambung dengan tulang najis maka harus dipisah saat ia masih hidup dan yang
demikian tidak diperintahkan saat ia telah meninggal maka dalam masalah ini
tentu lebih utama juga untuk tidak dikerjakan, al-Mazani berkata “ karena
artinya menjadikan kelusuhan sedikit dan kami memohon pada Allah kebaikannya
tempat kembali”.
2.Menurut Qaul Jadid yang
demikian disunahkan, meninggalkannya makruh hukumnya berdasarkan sabda nabi
“Kerjakanlah oleh kalian pada orang-orang mati kalian apa yang kalian lakukan
untuk pengantin-pengantin kalian” dan karena kebersihan disunahkan juga
dikerjakan saaat masih hidup dengan catatan tidak menyakitkan maka sudah
selayaknya bila yang demikian juga dianjurkan saat sudah meninggal seperti
menghilangkan aneka najis pada diri jenazah.
Dengan demikian maka
dianjurkan mengambil bulu-bulu ketiak dan kemaluannya dengan memakai batu kapur
tidak dengan memakai gunting agar lebih berbuat kelembutan dengannya, bulu
kumisnya dipendekkan tapi tidak dicukur habis dan jangan lakukan apapun dan
menyentuh bulu jenggotnya.
Sedang untuk rambut
kepalanya bila semasa hidupnya dia orang yang senang dengan rambut yang
menjuntai maka jangan memotongnya bila bukan maka potonglah.
Sedang untuk kukunya maka
potonglah bahkan Imam al-Auzaa’i menganjurkan menguburkan potongan-potongan
kukunya dengannya namun kami lebih memilih yang demikian tidak beralasan dan
berpedoaman dalil hadits sama sekali. Wallohu a'lam. [Masaji
Antoro ].
- Al-Haawi al-Kabiir
III/171-172 :
مسألة:
قَالَ الشَّافِعِيُّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: «وَمِنْ أَصْحَابِنَا مَنْ رَأَى
خَلْعه الشَّعْرِ وَتَقْلِيمَ الأَظْفَارِ وَمِنْهُمْ مَنْ لَمْ يَرَهُ (قال
المزني) وَتَرْكُهُ أَعْجَبُ إِلَيَّ لأَنَّهُ يَصِيرُ إِلَى بِلىً عَنْ قَلِيلٍ
وَنَسْأَلُ اللَّهُ حُسْنَ ذَلِكَ الْمَصِيرِ». قال الماوردي: أما أخذ شعره وتقليم
ظفره فغير مأمور به إذا كان يسيراً، وإن طال ذلك وفحش فأخذه غير واجب، وفي استحبابه
قولان:
أحدهما:
وهو قوله في القديم: أن أخذه مكروه وتركه أولى، وهو مذهب مالك والمزني؛ لأنه لما
كان الختان الواجب في حال الحياة لا يفعل بعد الوفاة كان هذا أولى، ولأنه لو وصل
عظمه بعظم نجس كان مأخوذاً بقلعه في الحياة ولا يؤمر بقلعه بعد الوفاة، فهذا أولى،
قال المزني لأنه يصير إلى بلى عن قليل، ونسأل الله خير ذلك المصير.
والقول
الثاني: وهو قوله في الجديد أن أخذه مستحب وتركه مكروه، لِقَوْلِهِ صلى الله عليه
وسلّم اصْنَعُوا مُمِيِّتَكُمْ مَا تَصْنَعُونَ بِعَرُوسِكُمْ، ولأن تنظيف سن في
حال الحياة من غير ألم، فوجب أن يستحب بعد الوفاة كإزالة الأنجاس، فعلى هذا يختار
أن يؤخذ شعر عانته وإبطيه بالنورة لا بالموسى، لأن ذلك ارفق به، ويقصر شعر شاربه
ولا يحلق، ويترك لحيته ولا يمسها، فأما شعر رأسه فإن كان ذا جمة في حياته ترك، وإن
لم يكن ذا جمة حلق ويقلم أظفار أطرافه، ثم حكى عن الأوزاعي أن ذلك يدفن معه،
والاختيار عندنا أنه لم يرد فيه خبر يعمل عليه ولا أثر يستند إليه.
Link Asal :
www.fb.com/groups/piss.ktb/474038059285674/