PERTANYAAN
:
Assalamu'alaikum. Mohon
saya [ارمل
الزواج]
dicerahkan tafsir postingan kang Alvin Hadi di bawah ini :
الثانية
- قال علماؤنا: أفعال الرب سبحانه لا تخلو عن مصالح وإن لم يجب على الله الاستصلاح،
فقد يعلم من حال عبد أنه لو بسط عليه قاده ذلك إلى الفساد فيزوى عنه الدنيا، مصلحة
له.
فليس
ضيق الرزق هوانا ولا سعة فضيلة، وقد أعطى أقواما مع علمه أنهم يستعملونه في الفساد،
ولو فعل بهم خلاف ما فعل لكانوا أقرب إلى الصلاح.
والامر
على الجملة مفوض إلى مشيئته، ولا يمكن التزام مذهب الاستصلاح في كل فعل من أفعال
الله تعالى
JAWABAN
:
Wa'alaikumsalam
Warohmatullaahi Wabarakaatuh.
الثانية
- قال علماؤنا: أفعال الرب سبحانه لا تخلو عن مصالح وإن لم يجب على الله الاستصلاح،
فقد يعلم من حال عبد أنه لو بسط عليه قاده ذلك إلى الفساد فيزوى عنه الدنيا، مصلحة
له.
Poin ini menekankan, bahwa
perbuatan (af'al) Allah itu pasti mengandung kebaikan walaupun hal itu tidak
wajib baginya (laisa
Bizollamil lil abiid). Karena Allah maha
mengetahui posisi yang akan di lakukan hamba, jika ia di berikan atau tidak
diberikan.
فليس
ضيق الرزق هوانا ولا سعة فضيلة، وقد أعطى أقواما مع علمه أنهم يستعملونه في الفساد،
ولو فعل بهم خلاف ما فعل لكانوا أقرب إلى الصلاح.
والامر
على الجملة مفوض إلى مشيئته، ولا يمكن التزام مذهب الاستصلاح في كل فعل من أفعال
الله تعالى
Di sini dijelaskan bahwa
situasi hamba(baik susah atau senang)bukanlah alamat yang kental tuk menunjukan
posisi ia, karena terkadang allah memberikan kemurahan kepada orang yang dia
ketahui akan perbuatan rusaknya. andai saja allah menyalahi dalam keputusannya
terhadap hambanya, maka niscaya akan lahir sebuah anggapan, bahwa manusialah
yang layak tuk melakukan hal yang terbaik, dan ini adalah anggapan batil. dalam
hal ini kesimpulannya adalah Mustahilah/tidaklah mungkin menetapkan perbauatan
Allah kepada mazhab Istislah( melakukan yang terbaik).
الثانية
: قال علماؤنا : أفعال الرب سبحانه لا تخلو عن مصالح وإن لم يجب على الله الاستصلاح
فقد يعلم من حال عبد أنه لو بسط عليه قاده ذلك الفساد فيزوي عنه الدنيا مصلحة له
فليس ضيق الرزق هوانا ولا سعة الرزق فضيلة وقد أعطى أقواما مع علمه أنهم يستعملونه
في الفساد ولو فعل بهم خلاف ما فعل لكانوا أقرب إلى الصلاح والأمر على الجملة مفوض
إلى مشيئته ولا يمكن التزام مذهب الاستصلاح في كل فعل من أفعال الله
تعالى
Kedua. Para Alim kami
berkata “Perbuatan Allah tidak akan lepas dari kemashlahatan meskipun tidak
wajib bagi Allah berbuat kemashlahatan untuk hamba-Nya, sungguh Allah Maha
Mengetahui keberadaan hamba-Nya yang andaikan Allah lapangkan rizkinya niscaya
akan menyeretnya pada kerusakan maka Allah himpitkan rizkinya sebagai bentuk
kemashlahatan untuk dirinya. Dengan demikian sempitnya rizki seseorang bukan
berarti penghinaan dari Allah dan lapangnya rizki seseorang juga bukan berarti
dia telah mendapatkan anugerah dari Allah.
Dan sungguh Allah pun telah
berikan rizki pada suatu kaum sementara Dia Maha Mengetahui rizki mereka
digunakan untuk berbuat kerusakan dan andai Allah berbuat kebalikannya (tidak
berikan rizki mereka berlimpah) niscaya mereka lebih dekat pada kebaikan.
Karenanya segalanya tergantung pada kehendak Allah dan tidak mungkin membuat
ketetapan akan wajibnya Allah berbuat kebaikan pada setiap hal yang Allah
perbuat.
Keterangan tafsir tersebut
terdapat pada : al-Jaami’ Li Ahkaam al-Quraan 16/28, Tafsiir al-Qurthuuby 16/25,
Tafsiir al-Muniir Li az-Zuhaily 16/25.
قال
الشيخ إبراهيم اللقاني في جوهرة التوحيد :-
44-
وَجَائِزٌ فِي حقِّهِ مَا أَمْكَنَا ... إِيجَادًا إعْدَامًا كَرَزْقِهِ
الْغِنَا
45-
فَخَالِقٌ لِعَبَدْه وَمَا عَمِلْ ... مُوَفِّقٌ لِمَنْ أَرَادَ أَنْ
يَصِلْ
46
وَخَاذِلٌ لِمَنْ أَرَادَ بُعْدَهُ ... وَمُنْجِزٌ لِمَنْ أَرَادَ
وَعْدَهُ
47-
فَوْزُ السَّعِيدِ عِنْدَهُ فِي اْلأَزّلِ ... كَذَا الشَّقُّيِ ثُمَّ لَمْ
يَنْتَقِلِ
48-
وَعِنْدَنَا لِلْعَبْدِ كَسْبٌ كُلِّفَا ... بِهِ وَلكِنْ لَمْ يُؤَثِّرْ
فَاعْرِفَا
49-
فَلَيْسَ مَجْبُورًا وَلاَ اخْتِيَارَا ... وَلَيْسَ كَلاًّ يَفْعَلُ
اخْتِيَارَا
50-
فَإِنْ يُثِبْنَا فَبِمَحْضِ الْفَضْلِ ... وَإِن يُعَذِّبْ فَبِمَحْص
الْعَدْلِ
51-
وَقَوْلُهُمْ: إِنَّ الصَّلاَحَ وَاجِبٌ ... عَلَيْهِ زُورٌ مَا عَلَيْهِ
وَاجِبُ
52-
أَلَمْ يَرَوْا إيلاَمَهُ اْلأَطْفَالاَ ... وَشِبْهَهَا فَحَاذِرِ
المُحَالاَ
53-
وَجَائِزٌ عَلَيْهِ خَلْقُ الشِّرِّ ... وَالْخَيْرِ كالإِسْلاَمْ وَجَهْلِ
الْكُفْرِ
As-Syaikh Ibrahim
al-Laqqani dalam kitab Jauharatut Tauhid berkata :
44.Dan Jaiz (boleh) bagi Allah
setiap hal yang mumkin (perkara yang antara wujud dan tiadanya masih
fifty-fifty) baik menwujudkannya atau meniadakaannya seperti memberi rizki pada
orang kaya.
45.Allah adalah pencipta
setiap perbuatan hamba-Nya sesuai dengan kehendak-Nya
46.Allah adalah Yang
menelantarkan hamba-Nya yang dikehendaki jauh dari-Nya dan yang memenuhi janji
bagi yang Dia kehendaki
47.Kebahagiaan orang yang
beruntung telah tertetapkan dizaman Azali begitu juga kecelakaan orang yang
celaka dan kemudian tiada bisa beralih
48.Dan menurut kami (Ahlus
Sunnah Wal jamaah) Seorang hamba diwajibkan berusaha meski tidak dapat merobah
titahNya
49.Maka hamba tidaklah murni
terpaksa tidak pula murni punya pilihan
50.Bila Allah memberi kita
pahala maka semata-mata anugerahNya, bila Allah menyiksa kita maka semata-mata
karena keadilanNya
51.Ungkapan Kaum Mu’tazila
“Sungguh wajib bagi Allah berbuat kebaikan adalah bohong kaena tidak ada suatu
kewajiban apapun bagi-Nya
52.Apakah mereka tidak melihat
pemberian petaka bagi para bocah dan sejenisnya ? Maka tinggalkanlah ketidak
mungkinan
53.Jaiz (Boleh) bagi Allah
berbuat kejelekan dan kebaikan seperti membuat islam atau kebodohan kufur atas
seseorang.
Dalam keterangan kitab
Jauharatut Tauhid karya As-Syaikh Ibrahim al-Laqqani dijelaskan tidak ada
sesuatupun yang wajib bagi Allah termasuk berbuat kebaikan pada hambaNya karena
bila ada kewajiban niscaya Allah bukanlah Dzat Yang memiliki kuasa mutlak yang
tunggal yang dapat berbuat sesuai kehendakNya. [ Tuhfah al-Muriid Hal. 64 ].
Wallaahu A'lamu Bis Showaab. [Masaji
Antoro, Cecep Furqon].
Link Asal :
www.fb.com/groups/piss.ktb/452464568109690/