Firman Allah ta'ala yang artinya,
"Hai manusia, sesungguhn ya Kami menciptaka n kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa- bangsa dan bersuku-su ku supaya kamu saling kenal-meng enal. Sesungguhn ya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhn ya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal". (QS Al Hujuraat [49]:13)
Kaum Syiah berkeyakin an bahwa para Sahabat Nabi Muhammad shallallah u alaihi wasallam selepas wafatnya Nabi Muhammad shallallah u alaihi wasallam kembali murtad.
Berikut kutipan dari tulisan pada http:// syiahali.wo rdpress.co m/2012/04/ 28/ pokok-pokok -kesesatan -syiah-bah wa-syiah-m eyakini-ba hwa-para-s ahabat-sep eninggal-n abi-saw-me reka-murta d-kecuali- 3-orang-sa ja-membant ah-httpabu salma-word press-com/
***** awal kutipan *****
Munculnya penyimpang an, seperti bid’ah dan kemurtadan , di kalangan sebagian sahabat setelah wafatnya Rasulullah , pertama; dalam perspektif sumber-sum ber pertama umat Islam, merupakan perkara yang disepakati secara umum (musallam) dan tidak diragukan lagi serta tidak terkhusus pada sumber-sum ber mazhab Syiah saja. Pada sebagian riwayat Ahlusunnah terdapat penyandara n kemurtadan terhadap para sahabat Rasulullah shallallah u 'alaihi wasallam
Nabi shallallah u 'alaihi wasallam menyatakan kafir kepada sahabat yang berperang dengan sesamanya… Kafir disini bukan keluar dari Islam !!! Seperti dalam hadis Imam Bukhari juga dari Ibnu Umar, ia mendengar Nabi shallallah u 'alaihi wasallam. bersabda: “Janganlah kamu kembali menjadi kafir sepeningga lku nanti, sebagian dari kamu menebas leher sebagian yang lain”. Hadis yang sama juga diriwayatk an oleh Abu Bakrah, Jarir dan Ibnu Abbas dari Nabi saw. (Shahih Bukhari,9/ 63-64, Shahih Muslim, 1/58)
Ummul Mukminin Aisyah telah berkata:“Sekalian orang Arab telah murtad setelah wafatnya Rasulullah” (Al-Bidaya h wa al-Nihayah : 6/336; Tarikh Madinah Dimasyq: 30/316)
Ummul Mukminin Aisyah mengatakan
semua orang Islam itu murtad, tentunya dalam pandangan Syiah yang
dimaksud dengan murtad bukanlah murtad daripada keimanan, akan tetapi
menentang perintah-p erintah yang telah ditetapkan oleh Rasulullah .
Dari segi tata bahasa Arab, murtad banyak maknanya tergantung apa kalimat setelah kata “murtadad/ yartadid/ murtadin”. Contoh :“MURTADDI NA ‘ALA A’QAABIHIM ” artinya membelot dari janji mereka
Syi’ah menganggap mayoritas sahabat pasca wafat Nabi shallallah u 'alaihi wasallam tidak patuh pada wasiat), karena mereka telah mengubah atau membatalka n hukum Allah dan Sunnah Rasulullah shallallah u 'alaihi wasallam, jadi hanya sedikit saja atau segelintir yang selamat di haudh. Kafir dan Murtad yang dimaksudka n
syi’ah bukan seperti kafirnya Abu Thalib versi Sunni, sama sekali
tidak.. Bukhari dan Muslim telah mencatat di dalam Sahih Sahih mereka
mengenai perkara tersebut
***** akhir kutipan *****
Hal yang diperbinca ngkan dalam tulisan kaum syiah di atas adalah hadits-had its seperti berikut
Dari Abu Hurairah bahwasanya ia menceritak an, bahwa Rasulullah shallallah u ‘alaihi wasallam bersabda: "Pada hari kiamat beberapa orang sahabatku mendatangi ku, kemudian mereka disingkirk an dari telaga, maka aku katakan; ‘ya rabbi, (mereka) sahabatku! ‘ Allah menjawab; ‘Kamu tak mempunyai pengetahua n tentang yang mereka kerjakan sepeningga lmu. Mereka berbalik ke belakang dengan melakukan murtad, bid’ah dan dosa besar". (HR Bukhari 6097)
Rasulullah shallallah u ‘alaihi wasallam bersabda: "Ingatlah! Ada golongan lelaki yang dihalangi dari datang ke telagaku sebagaiman a dihalaunya unta-unta sesat’. Aku memanggil mereka, ‘Kemarilah kamu semua’. Maka dikatakan, ‘Sesungguh nya mereka telah menukar ajaranmu selepas kamu wafat’. Maka aku bersabda: Pergilah jauh-jauh dari sini" (HR Muslim 367)
Hal yang dimaksud dengan para Sahabat yang dihalau dari telaga haudh bukanlah para Sahabat secara umum karena Rasulullah menyatakan hal itu di depan para Sahabat dan tentulah para Sahabat akan mengkonfir masikan atau menyanyaka n apakah benar mereka setelah wafatnya Rasulullah shallallah u alaihi wasallam , pada umumnya para Sahabat akan kembali murtad dalam pengertian menentang perintah-p erintah atau wasiat dari Rasulullah shallallah u alaihi wasallam
Hadits-had its tersebut disalahgun akan oleh kaum Zionis Yahudi untuk menghasut atau melancarka n ghazwul fikri (perang pemahaman) kepada kaum Syiah bahwa Sayyidina Abu Bakar ra, Sayyidina Umar ra dan Sayyidina Ustman telah mengkhiana ti Rasulullah shallallah u alaihi wasallam, mengkhiana ti ketetapan di Ghadir Khum
Riwayat dari Sa’ad bin Abi Waqash, Aku mendengar khutbah Rasulullah shallallah u alaihi wasallam pada hari Jumat. Ia memegang lengan Ali dan berkhutbah dengan didahului lafaz pujian kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, dan memuji-Nya . Kemudin beliau bersabda, “Wahai sekalian manusia, aku adalah wali bagi kalian semua“. Mereka menjawab, “Benar apa yang engkau katakan wahai Rasulullah Shallallah u alaihi wasallam“. Kemudian beliau mengangkat lengan Ali dan bersabda. “Orang ini adalah waliku, dan dialah yang akan meneruskan perjuangan agamaku. “Aku adalah wali bagi orang-oran g yang mengakui/ meyakini Ali sebagai wali, dan aku juga merupakan orang yang akan memerangi orang yang memerangin ya“
Rasulullah mengatakan “Aku adalah wali bagi orang-oran g yang mengakui/ meyakini Ali sebagai wali” maksudnya hanya muslim yang ahlinya yang dapat mengakui/ meyakini Ali sebagai wali atau imamnya para Wali Allah. Mereka adalah orang-oran g yang dapat memahami/ meyakini pula bahwa Rasulullah adalah imamnya para Wali Allah.
Dalam hadits qudsi, “Allah berfirman yang artinya: “Para Wali-Ku itu ada dibawah naungan-Ku , tiada yang mengenal mereka dan mendekat kepada seorang wali, kecuali jika Allah memberikan Taufiq HidayahNya”
Abu Yazid al Busthami mengatakan : "Para wali Allah merupakan pengantin- pengantin di bumi-Nya dan takkan dapat melihat para pengantin itu melainkan ahlinya".
Sahl Ibn ‘Abd Allah at-Tustari ketika ditanya oleh muridnya tentang bagaimana (cara) mengenal Waliyullah , ia menjawab: “Allah tidak akan memperkena lkan mereka kecuali kepada orang-oran g
yang serupa dengan mereka, atau kepada orang yang bakal mendapat
manfaat dari mereka – untuk mengenal dan mendekat kepada-Nya.”
As Sarraj at-Tusi mengatakan : “Jika ada yang menanyakan kepadamu perihal siapa sebenarnya wali itu dan bagaimana sifat mereka, maka jawablah : Mereka adalah orang yang tahu tentang Allah dan hukum-huku m Allah, dan mengamalka n apa yang diajakrkan Allah kepada mereka. Mereka adalah hamba-hamb a Allah yang tulus dan wali-wali- Nya yang bertakwa".
Rasulullah shallallah u alaihi wasallam bersabda “sesungguhn ya ada di antara hamba Allah (manusia) yang mereka itu bukanlah para Nabi dan bukan pula para Syuhada’. Mereka dirindukan oleh para Nabi dan Syuhada’ pada hari kiamat karena kedudukan (pangkat) mereka di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala" Seorang dari sahabatnya berkata, "siapa gerangan mereka itu wahai Rasulullah ? Semoga kita dapat mencintai mereka". Nabi shallallah u 'alaihi wasallam menjawab dengan sabdanya: "Mereka adalah suatu kaum yang saling berkasih sayang dengan anugerah Allah bukan karena ada hubungan kekeluarga an dan bukan karena harta benda, wajah-waja h mereka memancarka n cahaya dan mereka berdiri di atas mimbar-mim bar dari cahaya. Tiada mereka merasa takut seperti manusia merasakann ya dan tiada mereka berduka cita apabila para manusia berduka cita”. (HR. an Nasai dan Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya)
Hadits senada, dari ‘Umar bin Khathab ra bahwa Rasulullah shallallah u alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhn ya diantara hamba-hamb aku
itu ada manusia manusia yang bukan termasuk golongan para Nabi, bukan
pula syuhada tetapi pada hari kiamat Allah ‘Azza wa Jalla menempatka n maqam mereka itu adalah maqam para Nabi dan syuhada.” Seorang laki-laki bertanya : “siapa mereka itu dan apa amalan mereka?”mu dah-mudaha n kami menyukainy a". Nabi bersabda: “yaitu Kaum yang saling menyayangi karena Allah ‘Azza wa Jalla walaupun mereka tidak bertalian darah, dan mereka itu saling menyayangi bukan karena hartanya, dan demi Allah sungguh wajah mereka itu bercahaya,
dan sungguh tempat mereka itu dari cahaya, dan mereka itu tidak takut
seperti yang ditakuti manusia, dan tidak susah seperti yang disusahkan manusia,” kemudian beliau membaca ayat : ” Ingatlah, sesungguhn ya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatir an terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati". (QS Yunus [10]:62 )
Rasulullah shallallah u alaihi wasallam bersabda :
اِنَّ ِللهِ ضَنَائِنَ مِنْ عِبَادِهِ يُعْذِيْهِ مْ فِى رَحْمَتِهِ وَيُحْيِيْ هِمْ فِى عَافِيَتِه ِ اِذَا تَوَافَّاه ُمْ تَوَافاَّه ُمْ اِلَى جَنَّتِهِ اُولَئِكَ الَّذِيْنَ تَمُرُّ عَلَيْهِمُ الْفِتَنُ كَقَطْعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِم ِ وَهُوَ مِنْهَا فِى عَافِيَةٍ
Sesungguhn ya bagi Allah ada orang-oran g yang baik (yang tidak pernah menonjolka n diri) di antara para hamba-Nya yang dipelihara dalam kasih sayang dan dihidupkan di dalam afiat. Apabila mereka diwafatkan , niscaya dimasukkan
kedalam surganya. Mereka terkena fitnah atau ujian, sehingga mereka
seperti berjalan di sebagian malam yang gelap, sedang mereka selamat
daripadany a. (Hadits riwayat Abu Nu’aim dalam kitab Al Hilya jilid I hal 6).
Rasulullah shallallah u alaihi wasallam bersabda: “Wahai Ali, tidakkah kamu rela bahwa kedudukanm u denganku seperti kedudukan Harun dengan Musa? hanya saja tidak ada Nabi setelahku”. (HR Muslim 4420)
Rasulullah shallallah u alaihi wasallam telah menyampaik an
setelah wafatnya Beliau maka pengganti Beliau sebagai Imamnya para
Wali Allah adalah Sayyidina Ali ra dan kedudukan dan tugas Imam Wali
Allah seperti Nabi , penerus pemimpin perjuangan agama, namun kita ketahui, paham dan yakini bahwa tiada Nabi setelah Rasulullah .
Imam Sayyidina Ali ra terkena fitnah dari kaum Yahudi yang pada masa
kini disebut kaum Zionis Yahudi, salah satunya adalah Abdullah bin
Saba (Yahudi dari Yaman).
Imam Syaidina Ali ra bertanya kepada Rasulullah shallallah u alaihi wasallam, “Wahai Rasulullah ! Apakah ciri-ciri mereka?” Baginda shallallah u alaihi wasallam bersabda: “Mereka menyanjung imu dengan sesuatu yang tidak ada padamu”.
Di riwayatkan oleh Imam al-Dar Qutni dari Sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib Karamallah u wajhu, beliau berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah shallallah u alaihi wasallam tentang ciri-ciri mereka, lalu Baginda shallallah u alaihi wasallam bersabda:
ينتحلون حب أهل البيت وليسوا كذلك وعلامة ذلك أنهم يسبون أبا بكر وعمر
“Mereka seolah-ola h mencintai ahlul bait (keluarga Nabi), padahal mereka tidak sedemikian dan tandanya ialah mereka mencaci Abu Bakar dan ‘ Umar”
Telah terjadi fitnah, perselisih an dan kesalahpah aman umat muslim tentang pemahaman riwayat yang disampaika n
Sa’ad bin Abi Waqash ataupun riwayat yang semakna, mereka memahami
imamnya para Wali Allah adalah khalifah dan mengakui riwayat-ri wayat seperti itu merupakan ketetapan Rasulullah untuk pengangkat an Sayyidina Ali ra sebagai khalifah.
Jadi apa yang diperselis ihkan umat muslim bahwa Sayyidina Abu Bakar ra ataupun Sayyidina Umar ra “merebut” kepemimpin an
atau khalifah dari Imam Sayyidina Ali ra atau bahkan anggapan keji
bahwa Sayyidina Abu Bakar ra ataupun Sayyidina Umar ra menghianat i ketetapan Rasulullah di Ghadir Khum adalah merupakan kesalahpah aman karena sesungguhn ya kepemimpin an pada wilayah yang berbeda.
Hal yang dimaksud para Sahabat yang dihalau dari telaga haudh
karena murtad, dosa besar (membunuh kaum muslim) dan melakukan bid'ah
atau menukar atau mengubah ajaran Rasulullah shallallah u alaihi wasallam yakni melarang sesuatu yang tidak dilarangNy a, mengharamk an sesuatu yang tidak diharamkan Nya, mewajibkan sesuatu yang tidak diwajibkan Nya adalah orang-oran g seperti Dzul Khuwaishir ah dari Bani Tamim al Najdi
Telah bercerita kepada kami Abu Al Yaman telah mengabarka n kepada kami Syu’aib dari Az Zuhriy berkata, telah mengabarka n kepadaku Abu Salamah bin ‘Abdur Rahman bahwa Abu Sa’id Al Khudriy radliallah u ‘anhu berkata; Ketika kami sedang bersama Rasulullah shallallah u ‘alaihi wasallam yang sedang membagi-ba gikan pembagian( harta), datang Dzul Khuwaishir ah, seorang laki-laki dari Bani Tamim, lalu berkata; Wahai Rasulullah ,
tolong engkau berlaku adil. Maka beliau berkata: Celaka kamu!. Siapa
yang bisa berbuat adil kalau aku saja tidak bisa berbuat adil. Sungguh
kamu telah mengalami keburukan dan kerugian jika aku tidak berbuat adil.
Kemudian ‘Umar berkata; Wahai Rasulullah , izinkan aku untuk memenggal batang lehernya!. Beliau berkata: Biarkanlah dia. Karena dia nanti akan memiliki teman-tema n
yang salah seorang dari kalian memandang remeh shalatnya dibanding
shalat mereka, puasanya dibanding puasa mereka. Mereka membaca Al
Qur’an namun tidak sampai ke tenggoroka n mereka. Mereka keluar dari agama seperti melesatnya anak panah dari target (hewan buruan). (HR Bukhari 3341)
Orang-oran g seperti Dzul Khuwaishir ah at Tamimi al Najdi, mereka melakukan dosa besar yakni membunuh orang-oran g Islam dan membiarkan para penyembah berhala yakni kaum Zionis Yahudi
Rasulullah shallallah u ‘alaihi wasallam pun bersabda: Dari kelompok orang ini (Dzul Khuwaishir ah at Tamimi al Najdi), akan muncul nanti orang-oran g yang pandai membaca Al Qur`an tetapi tidak sampai melewati kerongkong an mereka, bahkan mereka membunuh orang-oran g Islam, dan membiarkan para penyembah berhala; mereka keluar dari Islam seperti panah yang meluncur dari busurnya. Seandainya aku masih mendapati mereka, akan kumusnahka n mereka seperti musnahnya kaum ‘Ad. (HR Muslim 1762)
Kaum Zionis Yahudi adalah para penyembah berhala, Wali Syaitan atau pengikut syaitan
Firman Allah ta’ala yang artinya “Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang membenarka n apa (kitab) yang ada pada mereka, sebahagian dari orang-oran g yang diberi kitab (Taurat) melemparka n kitab Allah ke belakang (punggung) nya, seolah-ola h mereka tidak mengetahui (bahwa itu adalah kitab Allah) dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-sy aitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjaka n sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjaka n sihir), hanya syaitan-sy aitan lah yang kafir (mengerjak an sihir).” (QS Al Baqarah [2]: 101-102
Orang-oran g seperti Dzul Khuwaishir ah at Tamimi al Najdi yang pemahamann ya
terhadap Al Qur’an dan Hadits telah keluar (kharaja) dari pemahaman
mayoritas kaum muslim (as-sawad al a’zham) sehingga dinamakan kaum
khawarij Khawarij adalah bentuk jamak (plural) dari kharij (bentuk isim
fail) artinya yang keluar.
Orang-oran g seperti Dzul Khuwaishir ah at Tamimi al Najdi pulalah yang karena kesalahpah amannya berani menghardik Sayyidina Ali bin Abi Thalib telah berhukum dengan thagut, berhukum dengan selain hukum Allah.
Orang-oran g seperti Dzul Khuwaishir ah at Tamimi al Najdi pulalah yang karena kesalahpah amannya sampai membunuh Sayyidina Ali ra
Abdurrahma n ibn Muljam adalah seorang yang sangat rajin beribadah. Shalat dan shaum, baik yang wajib maupun sunnah, melebihi kebiasaan rata-rata orang di zaman itu. Bacaan Al-Quranny a
sangat baik. Karena bacaannya yang baik itu, pada masa Sayyidina Umar
ibn Khattab ra, ia diutus untuk mengajar Al-Quran ke Mesir atas
permintaan gubernur Mesir, Amr ibn Al-’Ash. Namun, karena ilmunya yang dangkal (pemahaman nya tidak melampaui tenggoroka nnya) , sesampai di Mesir ia malah terpangaru h oleh hasutan (gahzwul fikri) orang-oran g Khawarij yang selalu berbicara mengatasna makan Islam, tapi sesungguhn ya hawa nafsu yang mereka turuti. Ia pun terpengaru h. Ia tinggalkan tugasnya mengajar dan memilih bergabung dengan orang-oran g Khawarij sampai akhirnya, dialah yang ditugasi menjadi eksekutor pembunuhan Imam Sayyidina Ali ra.
Orang-oran g serupa Dzul Khuwaishir ah
dari Bani Tamim al Najdi , mereka membaca Al Qur`an dan mereka
menyangka bahwa Al Qur`an itu adalah (hujjah) bagi mereka, namun
ternyata Al Qur`an itu adalah (bencana) atas mereka
Rasulullah shallallah u ‘alaihi wasallam bersabda: Akan muncul suatu sekte/ firqoh/ kaum dari umatku yang pandai membaca Al Qur`an. Dimana, bacaan kalian tidak ada apa-apanya dibandingk an dengan bacaan mereka. Demikian pula shalat kalian daripada shalat mereka. Juga puasa mereka dibandingk an
dengan puasa kalian. Mereka membaca Al Qur`an dan mereka menyangka
bahwa Al Qur`an itu adalah (hujjah) bagi mereka, namun ternyata Al
Qur`an itu adalah (bencana) atas mereka. Shalat mereka tidak sampai
melewati batas tenggoroka n. Mereka keluar dari Islam sebagaiman a anak panah meluncur dari busurnya. (HR Muslim 1773)
Orang-oran g serupa Dzul Khuwaishir ah dari Bani Tamim al Najdi yakni anak-anak muda yang belum memahami agama dengan baik, mereka seringkali mengutip ayat-ayat al-Qur’an dan hadits-had its Nabi, tapi itu semua dipergunak an untuk menyesatka n, atau bahkan untuk mengkafirk an orang-oran g yang berada di luar kelompok mereka. Padahal kualitas iman mereka sedikitpun tidak melampaui kerongkong an mereka.
Telah bercerita kepada kami Muhammad bin Katsir telah mengabarka n kepada kami Sufyan dari Al A'masy dari Khaitsamah dari Suwaid bin Ghafalah berkata, 'Ali radliallah u 'anhu berkata; Sungguh, aku terjatuh dari langit lebih aku sukai dari pada berbohong atas nama beliau shallallah u 'alaihi wasallam dan jika aku sampaikan kepada kalian tentang urusan antara aku dan kalian, (ketahuila h) bahwa perang itu tipu daya. Aku mendengar Rasulullah shallallah u 'alaihi wasallam yang bersabda: Akan datang di akhir zaman orang-oran g
muda dalam pemahaman (lemah pemahaman atau sering salah pahaman).
Mereka berbicara dengan ucapan manusia terbaik (Khairi Qaulil Bariyyah,
maksudnya suka berdalil dengan Al Qur’an dan Hadits)) namun mereka
keluar dari agama bagaikan anak panah melesat keluar dari target buruan
yang sudah dikenainya . Iman mereka tidak sampai ke tenggoroka n mereka. Maka dimana saja kalian menjumpai mereka, bunuhllah mereka karena pembunuhan atas mereka adalah pahala di hari qiyamat bagi siapa yang membunuhny a. (HR Bukhari 3342)
Rasulullah shallallah u alaihi wasallam telah menyampaik an bahwa Ahlul Yaman atau penduduk Yaman cepat menerima kebenaran sedangkan Bani Tamim Al Najdi, orang-oran g yang seperti Dzul Khuwaishir ah, berwatak keras , mereka membela diri oleh karena mereka muslim maka mereka merasa berhak atas penghidupa n yang baik di alam dunia dibandingk an orang kafir sehingga mereka merasa wajar meraih kehidupan ekonomi yang lebih baik bahkan kaya raya.
Telah menceritak an kepada kami Abu Nu’aim Telah menceritak an kepada kami Sufyan dari Abu Shakhrah dari Shafwan bin Muhriz Al Mazini dari ‘Imran bin Hushain radliallah u ‘anhuma dia berkata; Sekelompok orang dari Bani Tamim datang menemui Rasulullah shallallah u ‘alaihi wasallam, maka beliau bersabda: ‘Terimahla h kabar gembira wahai Bani Tamim.’ Mereka menjawab; ‘Anda telah memberikan kabar gembira kepada kami, oleh karena itu berikanlah sesuatu (harta) kepada kami.’ Maka muka Rasulullah shallallah u ‘alaihi wasallam berubah, tidak lama kemudian serombonga n
dari penduduk Yaman datang kepada beliau, maka beliau bersabda:
Terimalah kabar gembira, karena Bani Tamim tidak mau menerimany a! Mereka berkata; Ya Rasulallah , kami telah menerimany a. (HR Bukhari 4017)
Telah bercerita kepada kami ‘Umar bin Hafsh bin Ghiyats telah
bercerita kepada kami bapakku telah bercerita kepada kami Al A’masy
telah bercerita kepada kami Jami bin Syaddad dari Shafwan bin Muhriz
bahwa dia bercerita kepadanya dari ‘Imran bin Hushain radliallah u ‘anhuma berkata; Aku datang menemui Nabi shallallah u
‘alaihi wasallam dan untaku aku ikat di depan pintu. Kemudian datang
rombongan dari Bani Tamim maka Beliau berkata: Terimalah kabar gembira
wahai Bani Tamim. Mereka berkata:; Tuan telah memberikan kabar gembira kepada kami maka itu berilah kami (sesuatu harta) . Mereka mengatakan nya dua kali. Kemudian datang orang-oran g
dari penduduk Yaman menemui Beliau, lalu Beliau berkata: Terimalah
kabar gembira, wahai penduduk Yaman, jika Bani Tamim tidak mau
menerimany a. Mereka berkata; Kami siap menerimany a, wahai Rasulullah . (HR Bukhari 2953)
Rasulullah shallallah u alaihi wasallam telah menasehatk an bahwa jika terjadi fitnah atau perselisih an karena perbedaan pemahaman atau bagaimana cara kembali kepada Al Qur'an dan As Sunnah jika terjadi perselisih an maka ikutilah ahlul Yaman.
Diriwayatk an dari Ibnu Abi al-Shoif dalam kitab Fadhoil al-Yaman, dari Abu Dzar al-Ghifari , Nabi shallallah u alaihi wasallam bersabda, ‘Kalau terjadi fitnah pergilah kamu ke negeri Yaman karena disana banyak terdapat keberkahan’
Diriwayatk an oleh Jabir bin Abdillah al-Anshari , Nabi shallallah u alaihi wasallam bersabda, ‘Dua pertiga keberkahan dunia akan tertumpah ke negeri Yaman. Barang siapa yang akan lari dari fitnah, pergilah ke negeri Yaman, Sesungguhn ya di sana tempat beribadah’
Abu Said al-Khudri ra meriwayatk an hadits dari Rasulullah shallallah u
alaihi wasallam, ‘Pergilah kalian ke Yaman jika terjadi fitnah, karena
kaumnya mempunyai sifat kasih sayang dan buminya mempunyai keberkahan dan beribadat di dalamnya mendatangk an pahala yang banyak’
Abu Musa al-Asy’ari meriwayatk an dari Rasulullah shallallah u alaihi wasallam, ‘Allah akan mendatangk an suatu kaum yang dicintai-N ya dan mereka mencintai Allah". Bersabda Nabi shallallah u alaihi wasallam : “mereka adalah kaummu Ya Abu Musa, orang-oran g Yaman“.
Firman Allah ta’ala yang artinya, “Hai orang-oran g yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya maka kelak Allah akan mendatangk an suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiN ya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu’min, yang bersikap keras terhadap orang-oran g
kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan
orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan- Nya kepada siapa yang dikehendak i-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian -Nya), lagi Maha Mengetahui .” (QS Al Ma’iadah [5]:54)
Dari Jabir, Rasulullah shallallah u alaihi wasallam ditanya mengenai ayat tersebut, maka Rasul menjawab, ‘Mereka adalah ahlu Yaman dari suku Kindah, Sukun dan Tajib’.
Ibnu Jarir meriwayatk an, ketika dibacakan tentang ayat tersebut di depan Rasulullah shallallah u alaihi wasallam, beliau berkata, ‘Kaummu wahai Abu Musa, orang-oran g Yaman’.
Dalam kitab Fath al-Qadir, Ibnu Jarir meriwayat dari Suraikh bin Ubaid, ketika turun ayat 54 surat al-Maidah, Umar berkata, ‘Saya dan kaum saya wahai Rasulullah’. Rasul menjawab, ‘Bukan, tetapi ini untuk dia dan kaumnya, yakni Abu Musa al-Asy’ari’.
Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalan i telah meriwayatk an suatu hadits dalam kitabnya berjudul Fath al-Bari, dari Jabir bin Math’am dari Rasulullah shallallah u alaihi wasallam berkata, ‘Wahai ahlu Yaman kamu mempunyai derajat yang tinggi. Mereka seperti awan dan merekalah sebaik-bai knya manusia di muka bumi’
Dalam Jami’ al-Kabir, Imam al-Suyuthi meriwayatk an hadits dari Salmah bin Nufail, ‘Sesungguhn ya aku menemukan nafas al-Rahman dari sini’. Dengan isyarat yang menunjuk ke negeri Yaman. Masih dalam Jami’ al-Kabir, Imam al-Sayuthi meriwayatk an hadits marfu’ dari Amru ibnu Usbah , berkata Rasulullah shallallah u alaihi wasallam, ‘Sebaik-bai knya lelaki, lelaki ahlu Yaman‘.
Dari Ali bin Abi Thalib, Rasulullah shallallah u alaihi wasallam bersabda, ‘Siapa yang mencintai orang-oran g Yaman berarti telah mencintaik u, siapa yang membenci mereka berarti telah membenciku”
Rasulullah shallallah u alaihi wasallam telah menyampaik an bahwa ahlul Yaman adalah orang-oran g yang mudah menerima kebenaran, mudah terbuka mata hatinya (ain bashiroh) dann banyak dikaruniak an hikmah (pemahaman yang dalam terhadap Al Qur'an dan Hadits) sebagaiman a Ulil Albab
حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ أَخْبَرَنَ ا شُعَيْبٌ حَدَّثَنَا أَبُو الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَج ِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَتَاكُمْ أَهْلُ الْيَمَنِ أَضْعَفُ قُلُوبًا وَأَرَقُّ أَفْئِدَةً الْفِقْهُ يَمَانٍ وَالْحِكْم َةُ يَمَانِيَة ٌ
Telah menceritak an kepada kami Abul Yaman Telah mengabarka n kepada kami Syu’aib Telah menceritak an kepada kami Abu Zinad dari Al A’raj dari Abu Hurairah radliallah u ‘anhu dari Nabi shallallah u ‘alaihi wasallam beliau bersabda: “Telah datang penduduk Yaman, mereka adalah orang-oran g yang berperasaa n dan hatinya paling lembut, kefaqihan dari Yaman, hikmah ada pada orang Yaman.” (HR Bukhari 4039
و حَدَّثَنِي عَمْرٌو النَّاقِدُ وَحَسَنٌ الْحُلْوَا نِيُّ قَالَا حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ وَهُوَ ابْنُ إِبْرَاهِي مَ بْنِ سَعْدٍ حَدَّثَنَا أَبِي عَنْ صَالِحٍ عَنْ الْأَعْرَج ِ قَالَ قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَاكُمْ
أَهْلُ الْيَمَنِ هُمْ أَضْعَفُ قُلُوبًا وَأَرَقُّ أَفْئِدَةً الْفِقْهُ يَمَانٍ وَالْحِكْم َةُ يَمَانِيَة ٌ
Dan telah menceritak an kepada kami Amru an-Naqid dan Hasan al-Hulwani keduanya berkata, telah menceritak an kepada kami Ya’qub -yaitu Ibnu Ibrahim bin Sa’d- telah menceritak an kepada kami bapakku dari Shalih dari al-A’raj dia berkata, Abu Hurairah berkata; “Rasululla h shallallah u ‘alaihi wasallam bersabda: “Telah
datang penduduk Yaman, mereka adalah kaum yang paling lembut hatinya.
Fiqh ada pada orang Yaman. Hikmah juga ada pada orang Yaman. (HR Muslim 74)
Allah Azza wa Jalla berfirman yang artinya
“Allah menganuger ahkan al hikmah (pemahaman yang dalam tentang Al Qur’an dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendak i-Nya. Dan barangsiap a yang dianugerah i hikmah, ia benar-bena r telah dianugerah i karunia yang banyak. Dan hanya Ulil Albab yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)“. (QS Al Baqarah [2]:269 ).
“Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadan ya) melainkan Ulil Albab” (QS Ali Imron [3]:7 )
Sejak abad 7 H di Hadramaut (Yaman), dengan keluasan ilmu, akhlak yang lembut, dan keberanian ,
Imam Ahmad Al Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al Uraidhi bin
Ja’far Ash Shodiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal Abidin bin
Sayyidina Husain ra beliau berhasil mengajak para pengikut Khawarij
untuk menganut madzhab Syafi’i dalam fiqih , Ahlus Sunnah wal jama’ah
dalam akidah (i’tiqod) mengikuti Imam Asy’ari (bermazhab Imam Syafi’i) dan Imam Maturidi (bermazhab Imam Hanafi) serta tentang akhlak atau tentang ihsan mengikuti ulama-ulam a tasawuf yang mutakbaroh dan bermazhab dengan Imam Mazhab yang empat.
Di Hadramaut kini, akidah dan madzhab Imam Al Muhajir yang adalah Sunni Syafi’i, terus berkembang sampai sekarang, dan Hadramaut menjadi kiblat kaum sunni yang “ideal” karena kemutawati ran sanad serta kemurnian agama dan aqidahnya.
Dari Hadramaut (Yaman), anak cucu Imam Al Muhajir menjadi pelopor
dakwah Islam sampai ke “ufuk Timur”, seperti di daratan India,
kepulauan Melayu dan Indonesia. Mereka rela berdakwah dengan memainkan wayang mengenalka n kalimat syahadah , mereka berjuang dan berdakwah dengan kelembutan tanpa senjata , tanpa kekerasan,
tanpa pasukan , tetapi mereka datang dengan kedamaian dan kebaikan.
Juga ada yang ke daerah Afrika seperti Ethopia, sampai kepulauan
Madagaskar . Dalam berdakwah, mereka tidak pernah bergeser dari asas keyakinann ya yang berdasar Al Qur’an, As Sunnah, Ijma dan Qiyas
Prof.Dr.H. Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA) dalam majalah tengah bulanan “Panji Masyarakat ” No.169/ tahun ke XV11 15 februari 1975 (4 Shafar 1395 H) halaman 37-38 menjelaskan bahwa pengajaran agama Islam di negeri kita diajarkan langsung oleh para ulama keturunan cucu Rasulullah seperti Syarif Hidayatull ah atau yang dikenal dengan Sunan Gunung Jati. Berikut kutipan penjelasan Buya Hamka
***** awal kutipan ****
“Rasulalla h shallallah u
alaihi wasallam mempunyai empat anak-anak lelaki yang semuanya wafat
waktu kecil dan mempunyai empat anak wanita. Dari empat anak wanita ini
hanya satu saja yaitu (Siti) Fathimah yang memberikan beliau shallallah u alaihi wasallam dua cucu lelaki dari perkawinan nya
dengan Ali bin Abi Thalib. Dua anak ini bernama Al-Hasan dan Al-Husain
dan keturunan dari dua anak ini disebut orang Sayyid jamaknya ialah
Sadat. Sebab Nabi sendiri mengatakan , ‘kedua anakku ini menjadi Sayyid (Tuan) dari pemuda-pem uda
di Syurga’. Dan sebagian negeri lainnya memanggil keturunan Al-Hasan
dan Al-Husain Syarif yang berarti orang mulia dan jamaknya adalah
Asyraf.
Sejak zaman kebesaran Aceh telah banyak keturunan Al-Hasan dan
Al-Husain itu datang ketanah air kita ini. Sejak dari semenanjun g Tanah Melayu, kepulauan Indonesia dan Pilipina. Harus diakui banyak jasa mereka dalam penyebaran Islam diseluruh Nusantara ini. Diantarany a Penyebar Islam dan pembanguna n kerajaan Banten dan Cirebon adalah Syarif Hidayatull ah yang diperanakk an di Aceh. Syarif kebungsuan
tercatat sebagai penyebar Islam ke Mindanao dan Sulu. Yang pernah jadi
raja di Aceh adalah bangsa Sayid dari keluarga Jamalullai l, di Pontianak pernah diperintah bangsa Sayyid Al-Qadri. Di Siak oleh keluaga Sayyid bin Syahab, Perlis (Malaysia) dirajai oleh bangsa Sayyid Jamalullai l.
Yang dipertuan Agung 111 Malaysia Sayyid Putera adalah Raja Perlis.
Gubernur Serawak yang ketiga, Tun Tuanku Haji Bujang dari keluarga
Alaydrus.
Kedudukan mereka dinegeri ini yang turun temurun menyebabka n mereka telah menjadi anak negeri dimana mereka berdiam. Kebanyakan mereka jadi Ulama. Mereka datang dari hadramaut dari keturunan Isa Al-Muhajir dan Fagih Al-Muqadda m.
Yang banyak kita kenal dinegeri kita yaitu keluarga Alatas, Assegaf,
Alkaff, Bafaqih, Balfaqih, Alaydrus, bin Syekh Abubakar, Alhabsyi,
Alhaddad, Al Jufri, Albar, Almusawa, bin Smith, bin Syahab, bin Yahya
…..dan seterusnya .
Yang terbanyak dari mereka adalah keturunan dari Al-Husain
dari Hadramaut (Yaman selatan), ada juga yang keturunan Al-Hasan yang
datang dari Hejaz, keturunan syarif-sya rif Makkah Abi Numay, tetapi tidak sebanyak dari Hadramaut. Selain dipanggil Tuan Sayid mereka juga dipanggil Habib. Mereka ini telah tersebar didunia. Di negeri-neg eri besar seperti Mesir, Baqdad, Syam dan lain-lain mereka adakan NAQIB, yaitu yang bertugas mencatat dan mendaftark an keturunan- keturunan
Sadat tersebut. Disaat sekarang umum- nya mencapai 36-37-38 silsilah
sampai kepada Sayyidina Ali bin Abi Thalib dan Sayyidati Fathimah
Az-Zahra ra.
****** akhir kutipan ******
Wassalam
Zon di Jonggol, Kab Bogor 16830