PERTANYAAN :
Asalamuala ikum. Ada yang mau saya tanya kan nich barang kali ada yang tahu jawaban nya dari pertanyaan saya ini : APA HUKUM NYA ZDIKIR DENGAN SUARA LANTANG ?? [Lutfiah Gumelar].
JAWABAN :
Wa'alaikumussalam. Yang haram karena mengganggu orang, jika tidak mengganggu maka berdzikir bersuara lantang juga tidak masalah.
Diambil dari Buku : Dzikir Qurani, Mengingat Allah sesuai Fitrah Manusia, Yayasan Al-Idrisiy yah Indonesia, menurut Nash dan Qaul Ulama, berdzikir dengan metode jahar memiliki sandaran kuat dari Al Quran dan Hadits. Di antarany a adalah firman Allah Ta’ala:
“Maka jika engkau telah menunaikan shalat, berdzikirl ah kepada Allah dengan keadaan ber diri, duduk dan berbaring” . (an-Nisaa’ : 103)
Diriwayatk an dalam Shahih Muslim:
Dari Ibnu ’Abbas Ra. berkata: “bahwasany a dzikir dengan suara keras setelah selesai sha lat wajib adalah biasa pada masa Rasulullah SAW”. Kata Ibnu ’Abbas, “Aku segera tahu bahwa mereka telah selesai shalat, kalau suara mereka membaca dzikir telah kedengaran ”. [Lihat Shahih Muslim I, Bab Shalat. Hal senada juga diungkapka n oleh al Bukhari (li hat: Shahih al Bukhari hal: 109, Juz I)]
“Dari Abu Hurairah Ra. bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: Allah berfirman: ‘Aku bergantung kepada prasangka hambaKu kepada-Ku, dan Aku menyertain ya ketika mereka berd zikir. Apabila mereka menyebut-K u di dalam dirinya, maka Aku sebut dirinya di dalam diri-Ku. Apabila mereka menyebut-K u di tempat yang ramai, maka Aku sebut merek a di tempat yang lebih ramai dari itu......”.
As-Sayid Muhammad bin Alwi al-Maliki al-Hasani Rhm. mengatakan bahwa hadits ini menunju kkan bahwa menyebut di tempat keramaian itu (fil-Mala- i) tidak lain adalahberd zikir jahar (dengan suara keras), agar seluruh orang-oran g yang ada di sekitarnya mendengar apa yang mereka sebutkan (dari dzikirnya itu). [Abwabul Faraj, Pen. AlHaramain , tth., hal. 366]
Habib Ali bin Hasan al Aththas dalam Kitabnya Al Qirthas juga mengungkap kan hadits diatas untuk mendukung dalil dzikir dengan jahar. Selanjutny a beliau mengatakan bahwatanda syukur adalah memperjela s sesuatu dan tanda kufur adalah menyembuny ikannya.Da n itulah yang dimaksud dengan ‘dzikrulla h’ dengan mengeraska n suaranya danmenyeba rluaskanny a. [Terj. Al-Qirthas , Darul Ulum Press, 2003, hal. 190]
“Dari Zaid bin Aslam Ra. bahwasanya Ibnu Adra’ berkata: Saya telah berjalan bersama Nab i SAW di suatu malam, maka Beliau melewati seorang laki-laki yang sedang berdzikir d engan mengangkat suara (suara yang keras) di dalam masjid. Aku bertanya kepada beliau SAW: ‘Wahai Rasulullah , barangkali
orang ini (yang sedang berdzikir dengan suara keras)itu sedang pamer?’
Beliau bersabda: ‘Tidak, akan tetapi ia sedang merintih (mengeluh) ‘.
Para pendidik ruhani masa lalu menyatakan dengan berbagai landasan eksperimen nya bahwa “Orang-ora ng yang mubtadi (pemula) dan bagi orang-oran g yang menuntut te rbukanya pintu hati adalah wajib berjahar dalam dzikirnya” . Syaikh Abdul Wahhab asySya’ran i Rahimahull ahu Ta’ala berkata: “Sesungguh nya sebagian besar Ulama Ahli Tasawu f telah mufakat bahwasanya wajib atas murid itu berdzikir dengan jahar, yakni denga n menyaringk an akan suaranya dan di dalamkan nya. Dan berdzikir dengan sirri dan perlaha n-lahan itu tidak akan memberi faidah kepadanya untuk menaikkan kepada mart abat yang tinggi” [Lihat Siyarus Salikin, Abdush Shomad Palembani, III: 191]
Abdullah bin Alwi al Haddad Rhm. mengungkap kan dalam dalam suatu kitabnya:
“Telah bersabda Nabi SAW: “Sebaik-ba ik dzikir adalah dzikir khofi, dan sebaik-bai k rizkiadala h yang cukup”. Andaikata kamu menjalanka n dzikir dengan ikhlas karena Allah didalam dzikirnya dan tidak mewaswaska n (menggangg u) orang lain yang sedang shalat dantidak membuat orang yang sedang membaca Al-Quran menjadi kacau bacaannya karenadzik ir itu, maka tidaklah apa-apa berdzikir jahar. Hal yang demikian itu tidak dilarangba hkan disunatkan , dan dicintai walaupun keadaan dzikir itu berjama’ah . Mereka berk umpul untuk berdzikir kepada Allah sesuai dengan apa yang telah kami terangkand engan ikhlas dan tidak mewaswaska n orang-oran g yang sedang shalat dan membaca Al-Quran, dan sebagainya , maka dzikir seperti itu disunatkan dan sangat dianjurkan . [An-Nasha- ihud Diniyyah, hal 50]
“Para jama’ah dari kalangan Thariqat Shufi mengangkat suara keras ketika berdzikir, danmereka berjama’ah ketika berdzikir, hal yang demikian itu merupakan metode thariqatya ng sudah umum/ dikenal”. [An-Nasha- ihud Diniyyah, hal 51]
Berdzikir jahar yang dimaksud adalah berdzikir dengan suara keras yang sempurna,s ehingga bagian atas kepala hingga kaki mereka itu bergerak. Dan seutama-ut ama dzikirjaha r adalah berdiri, dengan menghentak ,
bergerak teratur dari ujung rambut hingga ujung kaki, hingga seluruh
jasadnya turut merasakan Keagungan dan Kebesaran Allah ‘Azza waJalla.
(Al-Minahu s Saniyyah, Abd. Wahab as Sya’rani).
D alam kitab Taswiful Asma’, hal. 33 diterangka n:
“Adapun bergoyang- goyang di kala berdzikir itu dianjurkan , karena telah meriwayatk an AlHafizh Abu Nu’aim dengan sanadnya dari Sayidina Ali (semoga Allah memuliakan wajahnya) bahwa sesungguhn ya beliau pada suatu hari telah mensifati keadaan sahabatden gan katanya: ‘Adalah mereka (para sahabat) apabila berdzikir kepada Allah bergoyang- goyang seperti bergoyangn ya kayu ketika datangnya angin kencang, dan mengalir airmatanya pada pakaiannya ’.
Telah berkata Syekh kita yang ‘Arif, Jamaluddin al Bushthami( semoga Allah Ta’ala menyucikan ruhnya): ‘Ini merupakan perkataan yang jelas,sesu ngguhnya sahabat-sa habat (semoga Allah meridhai mereka) bergoyang- goyang ketikaberd zikir dengan gerakan yang keras ke kanan dan ke kiri. Sesungguhn ya berdzikir sepertiitu menyerupai bergerakny a kayu pada waktu datangnya angin kencang”.
Keunggulan dzikir jahar itu adalah seperti yang dikatakan seorang Ulama Ahli Tasawuf : “A pabila seorang murid berdzikir kepada Tuhannya ‘Azza wa Jalla dengan sangat kuat dan semanga t yang tinggi, niscaya dilipat baginya maqam-maqa m thariqah dengan sangat cepa t tanpa halangan. Maka dalam waktu sesaat (relatif singkat) ia dapat menempuh jalan(dera jat) yang tidak bisa ditempuh oleh orang lain selama waktu sebulan atau lebih”.
Sye khul Hadits, Maulana Zakaria Khandalawi mengatakan , ‘Sebahagia n orang menga takan bahwa dzikir jahar (dzikir dengan mengeraskk an suara) adalah termasuk bi d’ah dan perbuatan yang tiada dibolehkan ). Pendapat ini adalah menunjukka n bahwapenge tahuan mereka itu di dalam hadits adalah sangat tipis. Maulana Abdul Hayy Rahima hullahu Ta’ala mengarang sebuah risalah yang berjudul ‘Shabahatu l Fikri’. Beliau menu kil di dalam risalahnya itu sebanyak 50 hadits yang menjadi dasar bahwa dzikir jahar itu disunnahka n’. [Fadhilat zikir, Muh Zakariya Khandalawi . Terj. HM. Yaqoob Ansari, Penang Mala ysia, hal 72]
Dan dzikir jahar itu dianjurkan dengan berjama’ah , dikarenaka n dzikir dalam berjama’ah itu lebih banyak membekas di hati dan berpengaru h dalam mengangkat hijab. Rasu lullah SAW bersabda: “Tiadalah duduk suatu kaum berdzikir (menyebut nama Allah‘Azza wa Jalla) melainkan mereka dinaungi oleh para malaikat, dipenuhi oleh rahmat Alla h dan mereka diberikan ketenangan hati, juga Allah menyebut-n yebut nama mereka itu dihadap an para malaikat yang ada di sisi-Nya”. [At Targhib wat Tarhib, II: 404].
Imam al Ghazali Rahimahull ahu Ta’ala telah mengumpama kan dzikir seorang diri dengandzik ir berjama’ah itu bagaikan adzan orang sendiri dengan adzan berjama’ah . Maka sebaga imana suara-suar a muadzin secara kelompok lebih bergema di udara daripada suara seora ng muadzin, begitu pula dzikir berjama’ah lebih berpengaru h pada hati seseorang d alam mengangkat hijab, karena Allah Ta’ala mengumpama kan hati dengan batu. Telah diketahui bahwa batu tidak bisa pecah kecuali dengan kekuatan sekelompok orang yang lebih hebat daripada kekuatan satu orang”. [Al-Minahu s Saniyyah, Abd. Wahab as Sya’rani]
Sayyid Abdurrahma n bin Muhammad bin Husein bin Umar Rhm. mengatakan :
“Berdzikir itu laksana orang yang membaca Al-Quran, yang diperlukan kejelasan ayat danriwayat nya, dan juga diperlukan keras suaranya, apabila tidak khawatir riya’ dan tidak mengg anggu kepada orang shalat. Berdzikir seperti itu lebih afdhal, karena sesungguhn ya dzikir yang banyak itu akan melimpah ruah pahalanya kepada yang mendengarn ya. Dan manfaat berdzikir jahar itu akan mengetuk hati penyebutny a, menciptaka n konsentras i (fokus) pikirannya terhadap dzikirnya, mengalihka n pendengara nnya pada dzikir, men ghilangkan rasa kantuk, serta menambah semangat (bersunggu h-sungguh) ”. [Bughyatul Mustarsyid in, hal. 48]
Dalam suatu hadits disebutkan :
“Tidak ada suatu pujian seseorang yang dicintai Allah, kecuali pujian yang diucapkan d engan suara jelas”.
Seorang penyair mengatakan :
Dengan suara keras aku telah memujinya tanpa tergagap-g agap, Baran g siapa yang memuji kekasihnya tentu tidak tergagap-g agap. [Terj. Al-Qirthas , Darul Ulum Press, 2003, hal. 191]
Jadi dzikir dengan suara keras atau suara pelan itu ada dasarnya semua, dan kita harus melihat keadaan dan tempat, sekiranya tidak mengganggu .
Wallaahu A'lamu Bis Showaab. [Sunde Pati, Toni Iman Tontowi, Ibnu Ma'mun].
Link Asal :
www.fb.com/ groups/ piss.ktb/ 42481190420 8290/
http:// pondokhabib .wordpress .com/2009/ 11/30/ dzikir-jaha r-2/
http:// mbina.elaph blog.com/ posts.aspx? U=6222&A=8 2827
Asalamuala
JAWABAN :
Wa'alaikumussalam. Yang haram karena mengganggu
بغية المشترشدين ص : 66 دار الفكر
(مسألة ك) لايكره فى المسجد الجهر بالذكر بأنواعه ومنه قراءة القران إلا
إن شوش على مصل أو آذى نائما بل إن كثر التأذى حرم فيمنع منه حينئذكما لو
جلس بعد الأذان يذكر الله تعالى وكل من أتى للصلاة جلس معه وشوش على
المصلين فإن لم يكن ثم تشويش أبيح بل ندب لنحو تعليم إن لم يخف رياء ويكره
تعليق الأوراق المنقوش فيها صورة الحرمين وما فيها من المشاعر المسماة
بالعمر فى المسجد للتشويش على المصلين وغيرهم ولكراهة الصلاة إلى ما يلهى
لأنه يخل بالخشوع وقد صرحوا بكراهة نقش المسجد وهذا منه نعم إن كانت مرتفعة
بحيث لا تشوش فلا بأس إلا إن تولد من إلصاقها تلويث المسجد أو فساد تجصيصه
ولا يجوز الإنتفاع بها بغير رضا مالكها إلا إن بليت وسقطت ماليتها فلكل
أخدها لقضاء العرف بذلك.
Diambil dari Buku : Dzikir Qurani, Mengingat Allah sesuai Fitrah Manusia, Yayasan Al-Idrisiy
فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلَاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِكُمْ
“Maka jika engkau telah menunaikan
Diriwayatk
َأَنَّ رَفْعَ الصَّوْتِ بِالذِّكْرِ حِينَ يَنْصَرِفُ النَّاسُ مِنَ الْمَكْتُوبَةِ كَانَ عَلَى عَهْدِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – . وَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ كُنْتُ أَعْلَمُ إِذَا انْصَرَفُوا بِذَلِكَ إِذَا سَمِعْتُهُ
Dari Ibnu ’Abbas Ra. berkata: “bahwasany
عَنْ أََبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى: أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي، فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي، وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلأٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلأٍ خَيْرٌ مِنْهُمْ، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ شِبْرًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ مِنْهُ بَاعًا، وَإِذَا أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً. الْبُخَارِيُّ
“Dari Abu Hurairah Ra. bahwasanya
As-Sayid Muhammad bin Alwi al-Maliki al-Hasani Rhm. mengatakan
Habib Ali bin Hasan al Aththas dalam Kitabnya Al Qirthas juga mengungkap
عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ ر.ض قَالَ: قَالَ ابْنُ اْلَدْرَعِ : اِنْطَلَقْتُ مَعَ النّبِيّ ص.م لَيْلَةً فَمَرّ بِرَجُلٍ فِى الْمَسْجِدِ يَرْفَعُ صَوْتَه, قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ الِ عَسى أَنْ يّكُوْنَ هذَا مُرَائِيّا؟ قَالَ: (لَ وَلكِنّه أَوَاهٌ {رواه البيهقي}
“Dari Zaid bin Aslam Ra. bahwasanya
Para pendidik ruhani masa lalu menyatakan
Abdullah bin Alwi al Haddad Rhm. mengungkap
قَالَ عَلَيْهِ الصّلَةُ وَالسّلَمُ خَيْرُ الذِّكْرِ الْخَفِيّ وَخَيْرُ الرّزْقِ مَا يَكْفِيْ, وَإِنْ جَهَرْتَ بِالذّكْرِ مَعَ اْلِخْلَصِ لِ فِيْهِ وَلَمْ تُشَوّشْ بِسَبَبِ ذلِكَ عَلى مُصَلّ وَلَ قَارِئٍ بِحَيْثُ تُخَلّطْ عَلَيْهِ صَلَتُه وَقِرَآئَتُه فَلَ بَأْسَ بِالْجَهْرِ فَلَ مُنِعَ مِنْهُ بَلْ هُوَ مُسْتَحَبٌ وَمَحْبُوْبٌ وَإِنْ كَانَ ذلِكَ مَعَ جَمَاعَةٍ. اجْتَمَعُوا ذّكْرَ الِ تَعَال عَلى وِفْقِ مَا ذَكَرْنَاُه مِنَ اْلِخْلَصِ وَعَدَمِ التّسْوِيْشِ عَلىَ الْمُصَلّيْنَ وَالتّالِيْنَ وَنَحْوِهِمْ فَذلِكَ مَنْدُوْبٌ إِلَيْهِ وَمُرَغَبٌ فِيْهِ
“Telah bersabda Nabi SAW: “Sebaik-ba
وَقَدِ اخْتَارَ جَمَاعَةٌ مِنْ أَهْلِ الطّرِيْقَةِ التّصَوّفِ الْجَهْرَ بِالذّكْرِ وَاْلِجْتِمَاعَ بِذَالِكَ وَلَهُمْ فِيْ ذلِكَ طَرَائِقُ مَعْرُوْفَةٌ
“Para jama’ah dari kalangan Thariqat Shufi mengangkat
Berdzikir jahar yang dimaksud adalah berdzikir dengan suara keras yang sempurna,s
D
وَأَمّا اْلِهْتِزَازُ فِيْ حَالَةِ الذّكْرِ فَمَنْدُوْبٌ إِلَيْهِ لِمَا رَوَى الْحَافِظُ أَبُوْ نُعَيْمِ بِسَنَدِه عَنْ عَلِيّ كَرّمَ الُ وَجْهَهُ أَنّه وَصَفَ الصّحَابَةَ يَوْمًا فَقَالَ كَانُوْا إِذَا ذَكَرُوْا الَ مَادّوْا كَمَا يَمُدّ الشّجَرُ فِيْ يَوْمِ الشّدِيْدِ الرّيحِ وَجَرَتْ دُمُوْعُهُمْ عَلى ثِيَابِهِمْ, قَالَ شَيْخُنَا الْعَارِفُ جَمَالُ الدّيْن الْبُسْطَامِيْ قَدّسَ الُ تَعَال رُوْحَه وَهذَا صَرِيْحٌ فِيْ أَنّ الصّحَابَةَ رَضِيَ الُ تَعَال عَنْهُمْ كَانُوْا يَتَحَرّكُوْنَ فِى الذّكْرِ حَرْكَةً شَدِيْدَةً يَمِيْنًا وَشِمَالً لَنه شُبّهَ حَرْكَتُهُمْ بِحَرْكَةِ الشّجَرِ يَوْمَ الشّدِيْدِ الرّيْحِ
“Adapun bergoyang-
Telah berkata Syekh kita yang ‘Arif, Jamaluddin
Keunggulan
Sye
Dan dzikir jahar itu dianjurkan
Imam al Ghazali Rahimahull
Sayyid Abdurrahma
اَلذّكْرُ كَالْقِرَاءَةِ مَطْلُوْبٌ بِصَرِيْحِ اْلياتِ وَالرّوَايَاتِ وَالجَهْرُ بِه حَيْثُ لَمْ يَخَفْ رِيَاءً وَلَمْ يُشَوّشْ عَلى نَحْوِ مُصَلّ أَفْضَلُ لَنّ الْعَمَلَ فِيْهِ أَكْثَرُ وَتتَعَاوَنُ فَضِيْلَتُه لِلسّمَاعِ وَِلَنّه يُوْقِظُ قَلْبَ الْقَارِئِ وَ يَجْمَعُ هَمّه لِلْفِكْرِ وَيُصَرّفُ سَمْعَه إِلَيْهِ وَيطْرُدُ النّوْمَ وَيزِيدُ فِى ( النّشَاطِ (بغية الشترشدين: ٤٨
“Berdzikir
Dalam suatu hadits disebutkan
لَيْسَ أَحَدٌ أَحَبَّ إِلَيْهِ الْمَدْحُ مِنَ اللَّهِ وَالْمَدْحُ لا يَكُوْنَ إلا جَهْرًا
“Tidak ada suatu pujian seseorang yang dicintai Allah, kecuali pujian yang diucapkan d
Seorang penyair mengatakan
جَهَرْتُ بِمَدْحِي فِيهِ لاَ مُتَلَجْلِجاً * وَمَنْ يَمْدَحُ المَحْبُوبَ لاَ يَتَلَجْلَجُ
Dengan suara keras aku telah memujinya tanpa tergagap-g
Jadi dzikir dengan suara keras atau suara pelan itu ada dasarnya semua, dan kita harus melihat keadaan dan tempat, sekiranya tidak mengganggu
أخرج البزار، والحاكم في المستدرك وصححه، عن جابر رضي الله عنه قال :
خرج علينا النبي صلى الله عليه وآله وسلم فقال : " يا أيها النَّاس، إنَّ
لله سرايا من الملائكة تحلّ وتقف على مجالس الذكر في الأرض، فارتعُوا في
رياض الجنَّة، قالوا : وأين رياض الجنَّة ؟ قال : مجالس الذكر، فاغدوا
ورُوحوا في ذكر ( ذكر الأحاديث الدالة على استحباب الجهر بالذكر تصريحاً أو التزاماً )
Wallaahu A'lamu Bis Showaab. [Sunde Pati, Toni Iman Tontowi, Ibnu Ma'mun].
Link Asal :
www.fb.com/
http://
http://