PERTANYAAN
:
Assalaamu alaikum. Apa
hukumnya perempuan cantik pergi ke masjid untuk melakukan sholat berjamaah,
sehingga menimbulkan fitnah ? [Jauhar
Nur Lathiefah].
JAWABAN
:
Wa'alaykumsalam.
Dimakruhkan bagi wanita menghadiri jama'ah di masjid jika menimbulkan syahwat
(fitnah) atau tidak menimbulkan syahwat tetapi memakai perhiasan, wangi-wangian
yang dapat menarik perhatian lawan jenis. Dan haram bagi wanita menghadiri
jama'ah di masjid tanpa izin walinya, suaminya, tuannya yang disertai
ditakutkannya timbulnya fitnah. [ Lihat I'anatut tholibin 1/5, Hasyiyah al
bajuri 1/193 ]
Kesimpulannya:
1.Bila tanpa seizin wali atau
suami dan dikhawatirkan terjadi fitnah baik darinya atau kepadanya maka
haram
2.Bila dengan izin namun ia
termasuk wanita yang masih menimbulkan pesona syahwat maka makruh
3.Bila sudah tidak
menimbulkan syahwat namun ia berhias atau memakai wewangian maka juga
makruh
4.Bila dengan izin dan dia
tidak menimbulkan pesona syahwat, tidak berhias, memakai wewangian maka
boleh.
- ”I’aanah at-Thoolibiin II/5 :
وخرج
بالذكر المرأة فإن الجماعة لها في البيت أفضل منها في المسجد لخبر لا تمنعوا نساءكم
المسجد وبيوتهن خير لهن نعم يكره لذوات الهيئات حضور المسجد مع الرجال لما في
الصحيحين عن عائشة رضي الله عنها أنها قالت لو أن رسول الله صلى الله عليه وسلم رأى
ما أحدث النساء لمنعهن المسجد كما منعت نساء بني إسرائيل ولما في ذلك من خوف الفتنة
وعبارة شرح م ر ويكره لها أي للمرأة حضور جماعة المسجد إن كانت مشتهاة ولو في ثياب
بذلة أو غير مشتهاة وبها شيء من الزينة أو الريح الطيب وللإمام أو نائبه منعهن
حينئذ كما له منع من تناول ذا ريح كريه من دخول المسجد ويحرم عليهن بغير إذن ولي أو
حليل أو سيد أوهما في أمة متزوجة ومع خشية فتنة منها أو عليها اه
Dikecualikan dari orang
lelaki adalah wanita sesungguhnya jamaah baginya dirumah lebih utama ketimbang
jamaahnya dimasjid berdasarkan hadits “Janganlah kalian cegah wanita-wanitamu ke
masjid namun rumah-rumah mereka lebih utama bagi mereka”.
Namun dimakruhkan bagi
wanita yang memiliki ‘tingkah’ menghadiri masjid bersama lelaki berdasarkan
hadits dalam shahih bukhori muslim dari ‘Aisyah ra ia berkata “Seandainya
Rasulullah SAW melihat yang terjadi pada perkembangan para wanita niscaya beliau
mencegah mereka kemasjid sebagaimana dicegahnya wanita-wanita kaum bani Israel
karena dikhawatirkan menimbulkan fitnah di dalamnya”.
Dalam redaksi pada kitab
Syarh ar-Romli dituturkan “Dan makruh bagi wanita menghadiri jamaah dimasjid
bila ia termasuk wanita yang menimbulkan pesona syahwat meskipun dengan memakai
pakaian sehari-hari, atau bila ia wanita yang tidak menimbulkan pesona syahwat
namun dia berhias atau aroma wewangian dan bagi seorang Imam atau naib
(penggantinya) harus bertindak dengan mencegah mereka saat dalam kondisi
demikian, sebagaimana baginya melarang masuknya aroma tidak sedap yang memasuki
masjid.
Dan haram bagi wanita
melakukaanya bila tanpa seizin wali, suami atau majikannya atau seizin suami dan
majikannya bila ia sahaya yang telah dinikahkan dan disertai timbulnya fitnah
darinya atau kepadanya.
- Mughni al-Muhtaaj I/230
:
ويكره
لذوات الهيئات حضور المسجد مع الرجال ويكره للزوج والسيد والولي تمكينهن منه لما في
الصحيحين عن عائشة رضي الله تعالى عنها لو أن رسول الله صلى الله عليه وسلم رأى ما
أحدث النساء لمنعهن المسجد كما منعت نساء بني إسرائيل ولخوف الفتنة أما غيرهن فلا
يكره لهن ذلك ويندب لمن ذكر إذا استأذنه أن يأذن لهن إذا أمن المفسدة لخبر مسلم إذا
استأذنتكم نساؤكم بالليل إلى المسجد فأذنوا لهن فإن لم يكن لهن زوج أو سيد أو ولي
ووجدت شروط الحضور حرم المنع
“Dan makruh bagi wanita
menghadiri jamaah di masjid bersama kaum lelaki dan juga makruh bagi suami,
majikan dan wali memberikan kesempatan pada mereka berdasarkan shahih bukhori
muslim dari ‘Aisyah ra ia berkata “Seandainya Rasulullah SAW melihat yang
terjadi pada perkembangan para wanita niscaya beliau mencegah mereka kemasjid
sebagaimana dicegahnya wanita-wanita kaum bani Israel karena dikhawatirkan
menimbulkan fitnah didalamnya”.Sedang bagi selain mereka maka tidak makruh
berjamaah dimasjid.
Dan sunah bagi orang
tersebut di atas saat memberi idzin padanya bila dipastikan aman dari timbulnya
fitnah berdasarkan hadits “Bila wanita-wanita kalian meminta izin di malam hari
ke masjid maka berilah izin mereka”. Bila mereka tidak memiliki suami, majikan
atau wali dan syarat-syarat ketentuan di atas telah terpenuhi maka haram
melarang kehadiran mereka kemasjid. Karena asalnya wanita boleh sholat berjamaah
di masjid, tapi yang lebih utama di rumah.
أما
النساء والخناثى فبيوتهن أفضل لهن
AMMAA ANNISAA`U
WALKHUNAATSAA FABUYUUTAHUNNA AFDHALU LAHUNNA.
Adapun wanita dan khuntsa
maka rumah mereka lebih utama bagi mereka. (Minhajul Qawim / Hawasyi Madaniyyah
2/5).
Imam Abu Dawud dalam Kitab
Sunannya (juz I halaman 137, nomor 567, Daar al Fikr) meriwayatkan sebuah hadits
:
عن
ابن عمر قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم لا تمنعوا نساءكم المساجد وبيوتهن
خير لهن
Dari Ibnu Umar berkata :
Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda : Janganlah kamu
menghalang-halangi perempuan-perempuan kamu (ke) masjid-masjid Dan rumah-rumah
mereka lebih baik bagi mereka. Wallaahu A'lamu Bis Showaab. [Ilman
Nafi'an, Masaji Antoro, Abdullah Afif].
Link Diskusi :www.fb.com/groups/piss.ktb/389635174392630/
www.fb.com/groups/piss.ktb/428403980515749/