HIZIB
Secara harfiah Hizib dapat diartikan sebagai golongan, atau kelompok
bahkan ada yang mengartikan sebgai tentara, Kata Hizib muncul di
Al-Quran sebanyak beberapa kali yaitu :
1. Surat Al Maaidah ayat 56 :
وَمَنْ يَتَوَلَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَالَّذِينَ آَمَنُوا فَإِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْغَالِبُونَ
Dan barang siapa yang menjadikan Allah ta’ala, RosulNya dan orang-orang
yang beriman sebagai pemimpin, maka sesungguhnya Golongan (Hizbu)
Alloh-lah sebagai pemenang.
2. Surat Al Kahfi ayat 12 :
ثُمَّ بَعَثْنَاهُمْ لِنَعْلَمَ أَيُّ الْحِزْبَيْنِ أَحْصَى لِمَا لَبِثُوا أَمَدًا
Kemudian Kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah diantara
kedua golongan (Al hizbaini) itu yang lebih tepat dalam menghitung
berapa lamanya mereka tinggal didalam gua itu
3. Surat Ar Ruum ayat 32 :
مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ
dari orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi
beberapa golongan. setiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada
pada golongan (HIzbin) mereka
4. Surat Al Fathiir ayat 6 :
إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ
Sungguh setan itu membawa permusuhan bagimu, maka perlakukanlah ia
sebagai musuh, sesungguhnya mereka mengajak Golongannya (Hizbuhu) agar
menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.
5. Surat Al Mujaadilah ayat 19 :
Setan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat
Alloh ta’ala; mereka itulah golongan (Hizbu) setan. Ketahuilah bahwa
golongan (Hizba) setan lah yang merugi.
6. Surat Mujadiilaah
ayat 22 : Engkau tidak akan mendapatkan satu kaum yang beriman kepada
Allah ta’ala dan kepada hari akhirat, saling berkasih sayang dengan
orang-orang yang menentang Allah dan RasulNya, sekalipun orang-orang itu
bapaknya, anaknya, saudaranya atau keluarganya. Mereka itulah
orang-orang yang didalam hatinya telah ditanamkan Allah keimanan dan
Allah telah menguatkan mereka dengan pertolongan/ ruh yang datang dari
Dia. Lalu dimasukkannya mereka kedalam syurga yang mengalir dibawahnya
sungai-sungai, mereka kekal didalamnya. Allah ridha terhadap mereka dan
merekapun ridha. Merekalah golongan (Hizbu) Allah. Ingatlah sesungguhnya
golongan (Hizba) Allah-lah yang beruntung.
Masih
segar dalam ingatan kita, ketika Nabi dan para sahabat bertempur melawan
kaum musyrikin dalam perang badar, Allah sengaja mendatangkan 5000
pasukan sebagai bala bantuan yang bertandakan putih, mereka adalah para
malaikat (Hizbullah), kata Hizib sendiri terkadang juga digunakan untuk
menyebut “mendung yang berarak” atau “mendung yang tersisa”. Semisal
hizbun min al-ghumum (sebagian atau sekelompok mendung).
Ternyata untuk selanjutnya perkembangan kata hizib dalam tradisi
thariqah atau yang berkembang di pesantren adalah untuk “menandai”
sebuah bacaan-bacaan tertentu. Misalnya hizib yang dibaca hari jum’at;
yang dimaksud adalah wirid-wirid tertentu yang dibaca hari jum’at. Untuk
selanjutnya, makna hizib adalah wirid itu sendiri. Atau juga bisa
bermakna munajat, ada hizib Ghazaly, Hizib Bukhori, Hizib Nawawi, Hizib
Bahri, Hizib Syeikh Abdul Qadir Jailani, Ratib Al-Ahdad, yang
masing-masing memiliki sejarah sendiri-sendiri . Hizib adalah himpunan sejumlah ayat-ayat Al-Qur’anul karim dan untaian kalimat-kalimat
zikir dan do’a yang lazim diwiridkan atau diucapkan berulang-ulang
sebagai salah satu bentuk ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah
swt.
HIZIB BAHR
As Syaikh Abul Hasan Asy
Syadzily terkenal sebagai seorang yang memiliki banyak rangkaian doa
yang halus dan indah, disamping kekayaan berupa khazanah hizib-hizibnya.
Salah satu hizib beliau yang terkenal sejak dulu hingga sekarang adalah
hizib Bahr dan hizib Nashor. Kedua hizib tersebut banyak diamalkan oleh
kaum muslimin diseluruh dunia, terlebih ulama-ulama besar, kendati
sebagian dari mereka tidak mengikuti thoriqot asy syaikh. Hizib Bahr
adalah hizib yang di terima Syaikh Abu Hasan asy Syadzili langsung dari
Rasulullah SAW berkaitan dengan lautan yang tidak ada anginnya.
Sejarah diterima hizib bahri adalah sebagai berikut : Pada waktu itu
asy syaikh Abul Hasan Asy Syadzili tengah melakukan perjalan ibadah haji
ke tanah suci. Perjalanan itu diantaranya harus menyeberangi laut
merah. Untuk menyeberangi lautan itu sedianya beliau akan menumpang
perahu milik seseorang yang beragama nasrani. Orang itu juga akan
berlayar walaupun berbeda tujuan dengan asy syaikh. Akan tetapi keadaan
laut pada waku itu sedang tidak ada angin yang cukup untuk menjalankan
kapal. Keadaan seperti itu terjadi sampai berhari-hari, sehingga
perjalannapun menjadi tertunda. Sampai akhirnya pada suatu hari, asy
syaikh bertemu dengan baginda Rasulullah SAW.
Dalam
perjumpaan itu, Rasulullah SAW secara langsung mengajarkan hizib Bahri
secara imla’ (dikte) kepada syaikh. Setelah hizib Bahri yang baru beliau
terima dari Rasulululah SAW itu beliau baca, kemudian beliau menyuruh
si pemilik perahu itu supaya berangkat dan menjalankan perahunya.
Mengetahui keadaan yang tidak memungkinkan, karena angin yang diperlukan
untuk menjalankan perahu tetap tidak ada, orang itupun tidak mau
menuruti perintah asy syaikh. Namun asy syaikh tetap menyuruh agar
perahu diberangkatkan. “Ayo,
berangkat dan jalankan perahumu ! sekarang angin sudah waktunya datang
“, ucap asy syaikh kepada orang itu. Dan memang benar kenyataannya,
angin secara perlahan-lahan mulai berhembus, dan perahupun akhirnya bisa
berjalan. Singkat cerita alkisah kemudian si nasrani itupun lalu
menyatakan masuk islam. Berkata syaikh Abdurrahman al Busthomi, “Hizbul
Bahri ini sudah digelar di permukaan bumi. Bendera hizbul bahri berkibar
dan tersebar di masjid-masjid. Para ulama sudah mengatakan bahwa hizbul
bahri mengandung Ismullohil ‘adhom dan beberapa rahasia yang sangat
agung. Dalam kitab Kasyf al-Zhunun `an Asami al-Kutub wa al-Funun, Haji
Khalifah seorang pustakawan terkenal asal Konstantinopel (Istanbul
Turki) menulis berbagai jaminan yang diberikan asy Syaikh Abul Hasan
Syadzili dengan Hizib Bahrinya ini.
Di antaranya, menurut Haji Khalifah, Asy Syaikh Syadzili pernah berkata:
Seandainya hizibku (Hizib Bahri, Red.) ini dibaca di Baghdad, niscaya
daerah itu tidak akan jatuh. Mungkin yang dimaksud Asy Syaikh Syadzili
dengan kejatuhan di situ adalah kejatuhan Baghdad ke tangan
Tartar,Wallahu a’lam. Bila Hizib Bahri dibaca di sebuah tempat, maka
termpat itu akan terhindar dari malapetaka, ujar Syaikh Abul al-Hasan,
seperti ditulis Haji Khalifah dalam Kasyf al-Zhunun. Haji Khalifah juga
mengutip komentar ulama-ulama lain tentang Hizib Bahri ini. Ada yang
mengatakan, bahwa orang yang istiqamah membaca Hizib Bahar, ia tidak
mati terbakar atau tenggelam. Bila Hizib Bahri ditulis di pintu gerbang
atau tembok rumah, maka akan terjaga dari maksud jelek orang dan
seterusnya. Konon, orang yang mengamalkan Hizib Bahri dengan kontinu,
akan mendapat perlindungan dari segala bala’. Bahkan, bila ada orang
yang bermaksud jahat mau menyatroni rumahnya, ia akan melihat lautan air
yang sangat luas.
Si penyatron akan melakukan gerak
renang layaknya orang yang akan menyelamatkan diri dari daya telan
samudera. Bila di waktu malam, ia akan terus melakukan gerak renang
sampai pagi tiba dan pemilik rumah menegurnya. Banyak komentar-koment ar,
baik dari Asy Syaikh Syadzili maupun ulama lain tentang keampuhan Hizib
Bahri yang ditulis Haji Khalifah dalam Kasyf al-Zhunun jilid 1 (pada
entri kata Hizb). Selain itu, Haji Khalifah juga menyatakan bahwa Hizib
Bahri telah disyarahi oleh banyak ulama, diantaranya Syaikh Abu Sulayman
al-Syadzili, Syaikh Zarruq, dan Ibnu Sulthan al-Harawi. Seperti yang
telah disampaikan dalam manaqib Asy Syaikh Syadzili, bahwa menjelang
akhir hayat beliau, asy syaikh telah berwasiat kepada murid-murid beliau
agar anak-anak mereka, maksudnya para murid thariqah syadziliyah,
supaya mengamalkan hizib Bahri. Namun untuk mengamalkan Hizib ini
seyogyanya harus melalui talqin atau ijazah dari seorang guru yang
memiliki wewenang untuk mengajarkannya.
Seseorang yang tidak mempunyai wewenang tidak berhak mengajarkannya
ataupun memberikan hizib ini kepada orang lain. Hal ini merupakan
adabiyah atau etika dilingkungan dunia thariqah.
HIZIB BAHR
بسـم الله الرحمن الرحيـم
يَا الله ياعَليُ يَاعَظيمُ يَاحَليمُ يَاعَليم
أنْتَ رَبِّي وَعِلْمُكَ حَسْبِي فَنِعمَ الْرَبُ رَبِي
وَنِعمَ الْحَسْبُ حَسْبِي تَنْصُرُ مَنْ تَشَاءُ وَاَنْتَ اْلعَزِيْزُ الرَّحِيْمُ
نَسْاَلُكَ الْعِصْمَةَ فِى الْحَرَكَاتِ وَالسَّكَنَاتِ وَالْكَلِمَاتِ وَالْاِرَادَاتِ وَالْخَطَرَاتِ
مِنَ الشُّكُوْكِ وَالظُّنُوْنِ وَاْلاَوْهَامِ السَّاتِرَةِ لِلْقُلُوْبِ عَنْ مُطَالَعَةِ الْغُيُوْبِ
فَقَدِ ابْتُلِيَ الْمُؤْمِنُوْنَ وَزُلْزِلُوْا زِلْزَالاً شَدِيْدًا
وَاِذْ يَقُوْلُ اْلمُنَافِقُوْن َ وَالَّذِيْنَ فِى قُلُوْبِهِمْ مَرَضُ مَا وَعَدَنَا اللهُ وَرَسُوْلُهُ اِلاَّغُرُوْرًا
فَثَبِّتْنَا وَانْصُرْنَا وَسَخِّرْلَنَا هَذَا اْلبَحْرَ كَمَا
سَخَّرْتَ اْلبَحْرَ لمُوْسَى وَسَخَّرْتَ النَّارَ ِلاِبْرَاهِيْمَ وَسَخَّرْتَ اْلجِبَالَ وَاْلحَدِيْدَ لِدَاوُدَ وَسَخَّرْتَ الرِّيْحَ وَالشَّيَاطِيْن َ وَاْلجِنَّ لِسُلَيْمَانَ
وَسَخِّرْلَنَا كُلَ بَحْرٍهُوَ لَكَ فِى اْلاَرْضِ وَالسَّمَاءِ وَاْلمُلْكِ وَ اْلمَلَكُوْتِ
وَبَحْرَ الدُّنْبَا وَبَحْرَ اْلاخِرَةِ
وَسَخِرْلَنَا كُلََّ شَيْءٍ يَامَنْ بِيَدِهِ مَلَكُوْتُ كُلُّ شَيْءٍ
كـهـيـعـص
اُنْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ
وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ
وَاغْفِرْلَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ اْلغَافِرِيْنَ
وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ
وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ
وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ اْلقَوْمِ الظَّاِلمِيْنَ
وَهَبْ لَنَا رِيْحًا طَيْبَةً كَمَا هِيَ فِى عِلْمِكَ
وَانْشُرْهَا عَلَيْنَا مِنْ خَزَاِئنِ رَحْمَتِكَ
وَاحْمِلْنَا بِهَا حَمْلَ اْلكَرَا مَةِ مَعَ السَّلاَمَةِ وَ الْعَافِيَةِ فِي الدِّ يْنِ وَالدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ
اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ
اَللَّهُمَّ يَسِّرْلَنَا اُمُوْرَنَا مَعَ الرَّاحَةِ لِقُلُوْبِنَا
وَاَبْدَانِنَا وَالسَّلاَمَةِ وَاْلعَافِيَةِ فِى دِيْنِنَا وَدُنْيَانَا
وَكُنْ لَنَا صَاحِبًا فِى سَفَرِنَا وَخَلِيْفَةً فِى اَهْلِنَا وَاطْمِسْ عَلَى وُجُوْهِ اَعْدَائِنَا
وَامْسَخْهُمْ عَلَى مَكَانَتِهِِمْ فَلاَ يَسْتَطِيْعُوْن َ اْلمُضِيَّ وَلاَاْلمجَِيْ ءَ اِلَيْنَا
وَلَوْ نَشَاءُ لَطَمَسْنَا عَلَى اَعْيُنِهِمْ فَاسْتَبَقُوْا الصِّرَاطَ فَانَّى يُبْصِرُوْنَ
وَلَوْنَشَآءُ لمََسَخْنَاهُمْ عَلَى مَكَانَتِهِمْ فَمَااسْتَطَاعُ وْا مُضِيًّا وَلاَيَرْجِعُوْ نَ
يس وَاْلقُرْآنِ الْحَكِيْمِ اِنَكَ لَمِنَ اْلمُرْسَلِيْنَ عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيْمٍ تَنْزِيْلَ اْلعَزِيْزِ الرَّحِيْم
لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَا اُنْذِرَ آبَاؤُهُمْ فَهُمْ غَافِلُوْنَ لَقَدْحَقَّ اْلقَوْلُ عَلَى اَكْثَرِهِمْ فَهُمْ لاَيُؤْمِنُوْنَ
اِنَاجَعَلْنَا فِى اَعْنَاقِهِمْ اَغْلاَلاً فِهَيَ اِلَى اْلاَذْقَانِ فَهُمْ مُقْمَحُوْنَ
وَجَعَلْنَا مِنْ بَيْنِ اَيْدِيْهِمْ سَدًّا وَمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَاَغْشَيْنَهُم ْ فَهُمْ لاَيُبْصِرُوْنَ
شَاهَتِ اْلوُجُوْهُ
وَعَنَتِ اْلوُجُوْهُ لِلْحَيِّ اْلقَيُّوْمِ. وَقَدْ خَابَ مَنْ حَمَلَ ظُلْمًا
طس . حم . عسق
مَرَجَ اْلبَحْرَيْنِ يَلْتَقِيَانِ . بَيْنَهُمَا بَرْزَخٌ لاَيَبْغِيَانِ
حم
(7x)
حُمَّ اْلاَمْرُ وَجَاءَ النَّصْرَ, فَعَلَيْنَا لاَ يُنْصَرُوْنَ
حم . تَنْزِيْلُ الْكِتَابِ مِنَ اللهِ الْعَزِيْزِ الْعَلِيْمِ
غَافِرِالذَّنْب ِ وَقَابِلِ التَّوْبِ شَدِيْدِ الْعِقَابِ ذِى الطَّوْلِ لآ اِلَهَ اِلاَّهُوَ. اِلَيْهِ الْمَصِيْرُ
بِسْمِ اللهِ باَبُنَا . تَبَارَكَ حِيْطَانُنَا . يس سَقْفُنَا
كهيعص كِفَايَتُنَا * حم عسق حِمَايَتُنَ
فَسَيَكْفِيْكَه ُمُ اللهُ وَهُوَالسَّمِيْ عُ الْعَلِيْمُ
سِتْرُ الْعَرْشِ مَسْبُوْلٌ عَلَيْنَا
وَعَيْنُ اللهِ نَاظِرَةٌ اِلَيْنَا
بِحَوْلِ اللهِ لاَيُقْدَرُ عَلَيْنَا
وَاللهُ مِنْ وَرَائِهِمْ مُحِيْطٌ . بَلْ هُوَ قُرْآنٌ مَجِيْدٌ . فِى لَوْحٍ مَحْفُوْظٍ
فاللهُ خَيْرٌ حَافِظًا وَهُوَ اَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ
(3x)
اِنَّ وَلِيِّيَ اللهُ الَّذِيْ نَزَّلَ الْكِتَابَ وَهُوَ يَتَوَلَّى الصَّالِحِيْنَ
(3x)
حَسْبِيَ اللهُ لآ اِلَهَ اِلاَّهُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ
(3x)
بِسْمِ اللهِ الَّذِيْ لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِى اْلاَرْضِ وَلاَ فِى السَّمَآءِ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
(3x)
أَعُوْذَ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّآمَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ
(3x)
وَلا حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إلاَ بِاللهِ العَلىِ العَظِيمِ
(3x)
وصلى الله على سيدنا محمد و على آله و صحبه وسلم