Oleh Masaji
Antoro
Dalam menjalani hubungan
‘intim’ antara suami istri, islam mengajarkan berbagai macam etika yang telah
diatur berdasarkan hadits Nabi, di antaranya :
§Disunahkan membaca BASMALAH
sebelum menjalani senggama kemudian membaca “QUL HUWA ALLAAHU AHAD” dilanjutkan
dengan membaca takbir (ALLAAHU AKBAR), tahlil (LAA ILAAHA ILLALLAAH) dan
disunahkan meskipun tidak sedang mengharapkan keturunan dari persenggamaannya
untuk berdoa :
بسم
الله العلي العظيم، اللهم اجعلها ذرية طيبة، إن كنت قدرت أن تخرج ذلك من صلبي » «
اللهم جنِّبني الشيطان، وجنب الشيطان مارزقتني
BISMILLAAHIL ’ALIYYIL
‘AZHIIM, ALLAAHUMA IJ’ALHAA DZURRIYYATAN THOYYIBATAN IN KUNTA QADDARTA AN
TAKHRUJA DZAALIKA MIN SHULBII, ALLAAHUMMA JANNIBNII AS-SYAITHAANA WA JANNIBIS
SYAITHAANA MAA ROZAQTANII
“Dengan menyebut nama Allah
yang agung, Ya Allah, jadikanlah ia anak yang baik bila Engkau takdirkan ia
lahir dari keturunanku, jauhkanlah aku dari syaitan dan jauhkanlah syaitan dari
anak yang akan Engkau karuniakan kepadaku.” (HR. Abu Daud).
§Berpaling dari arah kiblat,
jangan menghadap kiblat saat menjalani senggama sebagai bentuk penghormatan pada
kiblat.
§Memakai penutup, jangan
melakukan persenggamaan dengan telanjang bulat karena ini hukumnya makruh sepert
sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa salam “Bila salah seorang diantara
kalian hendak mendatangi istrinya, pakailah penutup dan janganlah kalian berdua
telanjang seperti telanjangnya keledai” (HR. Ibn Maajah Nail al-Authaar
VI/194).
§Diawali dengan cumbuan,
sentuhan dan ciuman.
§Saat seorang suami telah
mencapai orgasme, jangan berlalu begitu saja, hantarkan secara perlahan-lahan
istrinya dalam mencapai orgasme karena tak jarang pencapaian klimaks seorang
wanita datangnya cenderung belakangan.
§Dimakruhkan terlalu banyak
pembicaraan saat melakukan senggama.
§Bila tanpa adanya ‘udzur
(halangan), jangan biarkan empat malam sekali berlalu tanpa hubungan
badan.
§Saat istri tengah datang
bulan, sementara keinginan berhubungan tak dapat tertahankan, untuk menghindari
keharaman sebaiknya istri memakai kain penutup pada anggota tubuh antara pusar
dan lutut saat mencumbuinya.
§Bagi yang menginginkan
mengulangi senggama untuk yang kesekian kalinya sebaiknya terlebih dahulu dicuci
kelaminnya, karena hal ini dapat menambah gairah dan dapat menjaga
kebersihan.
§Tidak ada anjuran khusus
menjalani senggama dimalam-malam tertentu seperti malam senin atau jumah namun
sebagian ulama ada yang mensunahkan menjalaninya dimalam jumah.
§Disunahkan bagi seorang
suami di malam pengantin saat berkeinginan menjalani persenggamaan terlebih
dahulu memegang rambut depan (ubun-ubun) istrinya sambil berdoa :
اللهم
إني أسألك من خيرها وخير ما جبلتها عليه، وأعوذ بك من شرها وشر ما جبلتها
عليه
Allahumma
inni as-aluka min khairihaa wa khairi ma jabaltuhaa 'alaiih, wa a'uudzubika min
syarrihaa wa syarri maa jabaltuhaa 'alaiih.
“Ya Allah sesungguhnya aku
memohon kepada mu kebaikannya (isteri) dan kebaikan apa yang saya ambil dari
padanya, serta aku berlindung kepadaMu dari kejahatannya dan kejahatan apa yang
aku ambil daripadanya" (HR. Ibn Majah dan Abu Dawud dari Umar Bin Syu’aib dari
ayahnya dari kakeknya, Nail al-Authaar VI/189).
Referensi : Al-Mughni
VII/25, Ihyaa’ ‘Uluumiddiin II/46, Kisyaf alQana’ V/216, Mukhtashar Minhaj
alQaashidiin hal. 73, Fath al-Mu’iin hal. 107, al-Adzkaar li an-Nawaawi hal. 159
dan Nail al-Authaar VI/194. [ Al-Fiqh al-Islaam IV/194-195 ]. Wallaahu A’lamu
Bis Showaab.
آداب
الجماع :
للجماع
آداب كثيرة ثابتة في السنة النبوية منها مايأتي (1) : تستحب التسمية قبله، ويقرأ {
قل هو الله أحد } [الإخلاص:1/112]، ويكبر ، ويهلل، ويقول ولو مع اليأس عن الولد: «
باسم الله العلي العظيم، اللهم اجعلها ذرية طيبة، إن كنت قدرت أن تخرج ذلك من صلبي
» « اللهم جنِّبني الشيطان، وجنب الشيطان مارزقتني » رواه أبو داود. وينحرف عن
القبلة، ولايستقبل القبلة بالوقاع، إكراماً للقبلة. وأن يتغطى نفسه هو وأهله بغطاء،
وألا يكونا متجردين (2) فذلك مكروه كما سيأتي.وأن يبدأ بالملاعبة والضم والتقبيل.
وإذا قضى وطره، فليتمهل لتقضي وطرها ، فإن إنزالها ربما تأخر. ويكره الإكثار من
الكلام حال الجماع، ولايخليها عن الجماع كل أربع ليال مرة بلا عذر. وتأتزر الحائض
بإزار مابين السرة والركبة إذا أراد الاستمتاع بها.
(1)
المغني: 25/7، إحياء علوم الدين: 46/2 ومابعدها، كشاف القناع: 216/5 ومابعدها،
مختصر منهاج القاصدين: ص73، فتح المعين: ص 107،الأذكار للنووي: ص 159، نيل الأوطار:
194/6.
(2)
روى ابن ماجه حديثاً عن عتبة بن عبد السُّلمي: « إذا أتى أحدكم أهله، فليستتر،
ولايتجردا تجرد العَيْرين » أي الحمارين ( نيل الأوطار: 194/6).
ومن
أراد أن يجامع مرة ثانية، فليغسل فرجه، ويتوضأ؛ لأن الوضوء يزيد نشاطاً ونظافة.
وليس في السنة استحباب الجماع في ليال معينة كالاثنين أو الجمعة، ومن العلماء من
استحب الجماع يوم الجمعة….ويستحب في ليلة الزفاف قبل الجماع أن يأخذ الرجل بناصية
المرأة ويقول: «اللهم إني أسألك من خيرها وخير ما جبلتها عليه، وأعوذ بك من شرها
وشر ما جبلتها عليه» (1) .
(1)
ثبت ذلك بحديث رواه ابن ماجه وأبو داود عن عمرو بن شعيب عن أبيه عن جده (نيل
الأوطار: 189/6).