Oleh Masaji
Antoro
“Sesungguhnya syaitan itu
bergerak mengikuti aliran darah, maka persempitlah jalan syaitan dengan lapar
dan dahaga.” (HR. Mutafaq ‘Alaih) [1]
Alkisah sebelum Allah swt
menciptakan akal dan nafsu yang hendak diletakkan dalam diri Adam As. terlebih
dahulu Allah menguji keduanya agar kelak dikemudian hari Adam As. dan anak
cucunya tahu fungsi dari keduanya, cara menggunakan dan menaklukkan
keduanya.
Saat Allah menciptakan
akal, Allah bertanya kepada akal :
“Siapakah kamu, siapakah
Aku ?”
“Saya hamba, Engkau Tuhan.”
Jawab akal
Kemudian Allah
memerintahkankan akal agar maju ke depan dan mundur ke belakang. Akal mematuhi
perintah Allah. Hal ini menunjukkan bahwa akal begitu taat kepada
Allah.
“Wahai akal, sesungguhnya
Aku tidak menciptakan makhluk yang lebih mulia ketimbang dirimu” Puji Allah
terhadap akal.
Setelah itu Allah
menciptakan nafsu. Ketika Allah bertanya kepada nafsu,
“Hai nafsu, siapa engkau,
siapa Aku ?”
Nafsu menjawab dengan sikap
membantah, “Engkau Engkau, aku aku.”
Karena itulah Allah murka
kepadanya dan memberikan didikan kepada nafsu agar insaf. Allah memasukkan nafsu
kedalam neraka jahannam selama 100 tahun, ia dipukul dan dibakar hingga hangus
menjadi arang. Kemudian setelah nafsu dikeluarkan dari neraka, Allah bertanya
lagi kepadanya,
“Hai nafsu, siapa engkau,
siapa Aku ?”
Nafsu menjawab dengan sikap
membantah, “Engkau Engkau, aku aku.”
Nafsu belum sadar akan
penciptaannya, Allah perintahkan agar nafsu dipenjarakan selama 100 tahun dengan
tidak diberi makan atau pun minum, keadaan nafsu saat itu benar-benar lemah
karena lapar dan dahaga. Setelah genap 100 tahun Allah keluarkan nafsu dari
ruang tahanan “lapar dan dahaga” Allah bertanya lagi kepadanya,
“Siapa engkau, siapa
Aku?”
Setelah semua itu, barulah
nafsu mengenal Tuhannya, ia menjawab, “Engkau Tuhan, aku hamba”
Ternyata untuk mengalahkan
nafsu yang ada dalam diri manusia tidak perlu dibakar, dipukul melainkan dengan
dikarantina dalam penjara “lapar dan dahaga” atau yang kemudian dikenal dengan
nama PUASA.
Setelah itu Allah
memasukkan akal dan nafsu ke dalam diri Adam As. dan saat Nabi Adam datang ke
bumi, keturunan manusia bertambah banyak. Maka peranan nafsu dan akal tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Kemungkaran yang terjadi di atas muka
bumi ini adalah dari nafsu, bukan dari akal. [2].
Karena akal dan nafsu ada
dalam diri manusia, maka terjadilah pertentangan antara satu sama lain.
Peperangan nafsu dan akal tidak pernah ada henti-hentinya. Kadang-kadang nafsu
yang menang, kadang-kadang akal menang. Buktinya, jika kita berhadapan dengan
perbuatan yang baik, maka nafsu akan menolaknya dan mengajak kepada kejahatan
sedangkan akal mengajak kepada kebaikan. Kalau kita mengikuti nafsu, artinya
kita kalah. Sebaliknya, jika kita mengikuti akal maka kita menang.
Namun bagaimanapun nafsu
tetap diperlukan oleh manusia. Bila nafsu musnah, manusia juga akan musnah.
Sebagai contoh adalah nafsu makan. Nafsu makan tidak akan hilang karena
merupakan fitrah alami manusia. Jika nafsu makan tidak ada, manusia akan mati.
Begitu juga dengan nafsu terhadap lawan jenis. Jika nafsu ini tidak ada, maka
manusia tidak akan berketurunan.
Pernah seorang sahabat
datang kepada Rasulullah dan memberitahukan bahwa ia ingin membunuh nafsunya
agar ia dapat bersungguh-sungguh berjuang. Tetapi Rasulullah melarang karena
Rasulullah sendiri juga berumah tangga dan beliau menyukai jika umatnya
mempunyai keturunan yang banyak. Pernah juga ada seorang sahabat yang mengatakan
kepada Rasulullah bahwa ia ingin berpuasa terus menerus agar dapat lebih
berbakti kepada Allah. Rasulullah juga melarangnya karena Baginda sendiri juga
berpuasa dan berbuka. Rasulullah juga tetap bermasyarakat dan berjuang untuk
menegakkan kehidupan di dunia dan dan Akhirat. Jadi, Rasulullah memberi jalan
tengah. Nafsu ini tetap diperlukan untuk manusia. Akan tetapi, jangan sampai
salah langkah sehingga membawa kita ke Neraka. Rasulullah bersabda tentang nafsu
ini,
“Ada dua lubang yang dapat
menyebabkan seseorang masuk ke Neraka, yaitu lubang faraj dan lubang mulut.”
(Riwayat Tirmidzi) [3]
Nafsu juga dapat kita
jadikan kuda untuk ke Syurga. Sebagian orang jika mendengar kata nafsu, hanya
terbayang hal-hal yang jahat saja. Sedangkan nafsu itu adakalanya jahat,
adakalanya baik. Nafsu akan menjadi baik jika dilatih. Imam Al Ghazali
mengibaratkan nafsu itu sebagai anjing, jika dilatih akan menjadi baik.
[4]
____________________________________________
1. Disebutkan dalam Kitab
Ihya’ I/232, Berkata al-‘Iraaqy “Hadits ini riwayatnya mutafaq ‘alaih dari
Shafiyyah kecuali pada kalimat maka persempitlah jalan syaitan dengan lapar dan
dahaga, ini landasan kalangan shufi
2. Hikayah terdapat pada
kitab Durrah an-Naashikhiin Hal. 13
3. Ibnu Maajah menganggap
shahih hadits ini dari riwayat Abu Hurairoh (Ihyaa’ ‘Uluumiddin
III/109)
4. Ihyaa’ ‘Uluumiddin
III/173
وعن
ابن عباس رضي الله عنهما قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم لكل شيء آلة وعدة
وإن آلة المؤمن العقل ولكل شيء مطية ومطية المرء العقل ولكل شيء دعامة ودعامة الدين
العقل ولكل قوم غاية وغاية العباد العقل ولكل قوم داع وداعى العابدين العقل ولكل
تاجر بضاعة وبضاعة المجتهدين العقل ولكل أهل بيت قيم وقيم بيوت الصديقين العقل ولكل
خراب عمارة وعمارة الآخرة العقل ولكل امرىء عقب ينسب إليه ويذكر به وعقب الصديقين
الذي ينسبون إليه ويذكرون به العقل ولكل سفر فسطاط وفسطاط المؤمنين العقل // حديث
ابن عباس لكل شيء آلة وعدة وإن آلة المؤمن العقل الحديث أخرجه ابن المجبر وعنه
الحارث
Diriwayatkan oleh Ibnu
Abbas ra, bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam :
§Setiap sesuatu memiliki
alat dan mesin, alat orang-orang mukmin adalah akalnya
§Setiap sesuatu memiliki
kendaraan, kendaraan orang-orang mukmin adalah akalnya
§Setiap sesuatu memiliki
tiang penyangga, tiang penyangga agama adalah akal
§Setiap kaum memiliki
bendera, benderanya hamba-hamba Allah adalah akalnya
§Setiap kaum memiliki
penyeru, penyeru orang-orang ahli ibadah adalah akalnya
§Setiap pedagang memiliki
harta dagangan, harta dagangan para Mujtahid adalah akalnya
§Setiap keluarga memiliki
nilai, nilai keluarga orang-orang jujur adalah akalnya
§Setiap kehancuran terdapat
pembangunan, pembangunan akhirat terletak pada akal
§Setiap seseorang memiliki
kesudahan yang membuatnya dikenang dan diingat, Kesudahan yang membuat dikenang
dan diingat orang-orang jujur terletak pada akalnya
§Setiap orang bepergian
memiliki tenda menginap, tenda orang-orang mukmin adalah akalnya. (HR. Ibnu
Mujbir dan alHarits). [ Ihyaa’ I/84-85 ].
Ya Ilahi, Jadikan selalu
akalku sebagai pemenang dalam mengalahkan nafsu yang selalu menuntunku durhaka
terhadap-Mu, jadikan RAMADHAN nanti sebagai sarana untuk melunakkan nafsuku demi
menggapai Ridho-Mu dan sarana kembali mengenal-Mu.. Aamiin Yaa Robbal
'Aalamiin...
Catatan ini di buat pada 03
Agustus 2010 jam 10:48 dan alhamdulillah sudah banyak menyebar di
internet.
www.fb.com/profile.php?id=100001136358687#!/notes/133984693309803