Oleh Udรจรปng
Wรฃtt
Golongan Salafi&Wahabi
memiliki motto ‘Kembali kepada al-Qur'an dan Sunnah’. Mereka mengajak umat untuk
kembali kepada al-Qur'an dan Sunnah. Kenapa? Karena, tentunya, al-Qur'an dan
Sunnah merupakan sumber ajaran Islam yang utama yang diwariskan oleh Rasulullah
SAW, sehingga siapa saja yang menjadikan keduanya sebagai pedoman, maka ia telah
berpegang kepada ajaran Islam yang murni dan berarti ia selamat dari kesesatan.
Bukankah Rasulullah SAW menyuruh yang sedemikian itu kepada umatnya ?
Secara global, motto
‘Kembali kepada al-Qur'an dan Sunnah’ ini jelas tidak akan ditentang oleh
siapapun, bahkan semua umat harus mengikutinya agar selamat. Namun mungkin
banyak orang bertanya, mengapa Ibnu Taimiyah&Muhammad bin Abdul Wahab yang
menyerukan hal se-bagus dan se-ideal itu dianggap sesat oleh para ulama di
zamannya ? Mengapa pula paham Salafi&Wahabi yang merujuk semua ajarannya
kepada al-Qur'an dan Sunnah dianggap menyimpang bahkan divonis sesat ? Dan
apakah para ulama terdahulu di zamannya selain kedua ulama ini seolah tidak
mengajak kepada hal yang sama ?
Mari kita perhatikan
permasalahan ini satu demi satu, agar terlihat jelas ‘sumber masalah’ yang ada
pada sikap yang terlihat sangat ideal tersebut. Mari kita cermati dengan hati
yang lapang dan objektif agar kita tidak terjerumus dalam pola pikir satu arah
yang hanya mau melihat dan mendengar hanya karena kita sudah terlanjur ‘taqlid’
pada satu sumber informasi saja, hingga akhirnya dengan angkuhnya kita
membenarkan tanpa ada ‘perbandingan’ sedikitpun. Karena dengan jalan ini,
insyaAllah kita mendapatkan jawaban kebenaran yang sesungguhnya, bukan
‘pembenaran’ yang menuruti hawa nafsu semata.
1. Prinsip"Kembali kepada
al-Qur'an dan Sunnah"adalah benar secara teoritis, dan sangat ideal bagi setiap
orang yang mengaku beragama Islam. Tetapi yang harus diperhatikan adalah, apa
yang benar secara teoritis belum tentu benar secara praktis, menimbang kapasitas
dan kapabilitas (kemampuan) tiap orang dalam memahami al-Qur'an&Sunnah
sangat berbeda-beda. Maka bisa dipastikan, kesimpulan pemahaman terhadap
al-Qur'an atau Sunnah yang dihasilkan oleh seorang'alim yang menguasai Bahasa
Arab dan segala ilmu yang menyangkut perangkat penafsiran atau ijtihad, akan
jauh berbeda dengan kesimpulan pemahaman yang dihasilkan oleh orang awam yang
mengandalkan buku-buku ‘terjemah’ al-Qur'an atau Sunnah. Itulah kenapa di zaman
ini banyak sekali bermunculan aliran sesat !
Mengapa ? Tentu karena
masing-masing mereka berusaha kembali kepada al-Qur'an dan Sunnah, dan mereka
berupaya mengkajinya dengan kemampuan dan kapasitasnya sendiri masing-masing.
Bisa dibayangkan dan telah terbukti hasilnya, kesesatan yang dihasilkan oleh
Yusman Roy (mantan petinju yang merintis sholat dengan bacaan yang diterjemah),
Ahmad Mushadeq (mantan pengurus PBSI yang pernah mengaku nabi), Lia Eden (mantan
perangkai bunga kering yang mengaku mendapat wahyu dari Jibril), Agus Imam
Sholihin (orang awam yang mengaku tuhan), dan banyak lagi yang lainnya. Dan
kesesatan mereka itu lahir dari sebab ‘Kembali kepada al-Qur'an dan Sunnah’,
mereka merasa benar dengan caranya sendiri atau mengikuti seseorang yang
memiliki konsep dengan jalan pikirannya sendiri tanpa kesepakatan ulama
terbanyak.
Pada kaum
Salafi&Wahabi, kesalahpahaman terhadap al-Qur'an dan Sunnah itu pun banyak
terjadi, bahkan di kalangan mereka sendiri secara internal pun terjadi perbedaan
pemahaman terhadap dalil sehingga mereka akhirnya terpecah-pecah menjadi
beberapa kelompok yang saling menyesatkan. Dan yang terbesar adalah
kesalahpahaman mereka terhadap dalil-dalil tentang bid'ah.
2. Al-Qur'an dan Sunnah
sudah dibahas dan dikaji oleh para ulama terdahulu yang memiliki keahlian yang
sangat mumpuni untuk melakukan hal itu, sebut saja: Ulama mazhab yang empat,
para mufassiriin (ulama tafsir), muhadditsiin (ulama hadis), fuqahaa'(ulama
fiqih), ulama aqidah ahus-sunnah wal-Jama'ah, dan mutashawwifiin (ulama
tasawuf/akhlaq). Hasilnya, telah ditulis beribu-ribu jilid kitab dalam rangka
menjelaskan kandungan al-Qur'an dan Sunnah secara gamblang dan terperinci,
sebagai wujud kasih sayang mereka terhadap umat yang hidup dikemudian hari.
Karya-karya besar itu merupakan pemahaman para ulama yang disebut di dalam
al-Qur'an sebagai ‘ahludz-dzikr’, yang kemudian disampaikan kepada umat Islam
secara turun-temurun dari generasi ke generasi secara berantai sampai saat
ini.
Adalah sebuah keteledoran
besar jika upaya orang belakangan dalam memahami Islam dengan cara ‘Kembali
kepada al-Qur'an dan Sunnah’ dilakukan tanpa merujuk pemahaman para ulama
tersebut. Itulah yang dibudayakan oleh sebagian kaum Salafi&Wahabi. Dan yang
menjadi pangkal penyimpangan paham Salafi&Wahabi sesungguhnya, adalah karena
mereka memutus mata rantai amanah keilmuan mayoritas ulama dengan membatasi
keabsahan sumber rujukan agama hanya sampai pada ulama salaf (yang hidup sampai
abad ke-3 Hijriah).
Hal ini seperti apa yang
dilakukan oleh Ibnu Taimiyah (hidup di abad ke-8 H.) dan para pengikutnya.
Bayangkan, berapa banyak ulama yang dicampakkan dan berapa banyak kitab-kitab
yang dianggap sampah yang ada di antara abad ke-3 hingga abad ke-8 hijriyah. Dan
lebih parahnya lagi, dengan rantai yang terputus jauh itu, Ibnu Taimiyah dan
kaum Salafi&Wahabi pengikutnya seolah memproklamirkan diri sebagai pembawa
ajaran ulama salaf yang murni, padahal yang mereka sampaikan hanyalah pemahaman
mereka sendiri setelah merujuk langsung pendapat-pendapat ulama salaf. Bukankah
yang lebih mengerti tentang pendapat ulama salaf adalah murid-murid mereka ? Dan
bukankah para murid ulama salaf itu kemudian menyampaikannya kepada murid-murid
mereka lagi, dan hal itu terus berlanjut secara turun temurun dari generasi ke
generasi baik lisan maupun tulisan ?
Bijaksanakah Ibnu Taimiyah
dan pengikutnya ketika pemahaman agama dari ulama salaf yang sudah terpelihara
dari abad ke abad itu tiba di hadapan mereka di abad mana mereka hidup, lalu
mereka campakkan sebagai tanda tidak percaya, dan mereka lebih memilih untuk
memahaminya langsung dari para ulama salaf tersebut ? Sungguh, ini bukan saja
tidak bijaksana, tetapi juga keteledoran besar, bila tidak ingin disebut
‘kebodohan dan pembodohan’ !. Jadi, kaum Salafi&Wahabi bukan cuma
menggaungkan motto ‘Kembali kepada al-Qur'an dan Sunnah’ secara langsung, tetapi
juga secara langsung maupun tidak, menggaungkan motto ‘Kembali kepada pendapat
para ulama salaf’ dengan cara dan pemahaman sendiri. Mereka bagaikan orang yang
ingin menghitung buah di atas pohon yang rindang tanpa memanjat, dan bagaikan
orang yang mengamati matahari atau bulan dari bayangannya di permukaan
air.
3. Para ulama telah
menghidangkan penjelasan tentang al-Qur'an dan Sunnah di dalam kitab-kitab
mereka kepada umat sebagai sebuah ‘hasil jadi’. Para ulama itu bukan saja telah
memberi kemudahan kepada umat untuk dapat memahami agama dengan baik tanpa
proses pengkajian atau penelitan yang rumit, tetapi juga telah menyediakan jalan
keselamatan bagi umat agar terhindar dari pemahaman yang keliru terhadap
al-Qur'an dan Sunnah yang sangat mungkin terjadi jika mereka lakukan pengkajian
tanpa bekal yang mumpuni seperti yang dimiliki para ulama tersebut. Boleh
dibilang, kemampuan yang dimiliki para ulama itu tak mungkin lagi bisa dicapai
oleh orang setelahnya, terlebih di zaman ini, menimbang masa hidup mereka yang
masih dekat dengan masa hidup Rasulullah SAW¶ Shahabat yang tidak
mungkin terulang, belum lagi keunggulan hafalan, penguasaan berbagai bidang
ilmu, lingkungan yang shaleh, wara'(kehati-hatian), keikhlasan, keberkahan, dan
lain sebagainya. Belum lagi jika kita membaca sejarah hidup mereka yang penuh
dengan keshalehan dan selalu hidup manjauhi dari segala dorongan hawa
nafsu.
Para ulama seakan-akan
telah menghidangkan ‘makanan siap saji’ yang siap disantap oleh umat tanpa
repot-repot meracik atau memasaknya terlebih dahulu, sebab para ulama tahu bahwa
kemampuan meracik atau memasak itu tidak dimiliki setiap orang. Inilah yang
disebut sebagai ulama ‘warasatul anbiya’. Saat kaum Salafi&Wahabi mengajak
umat untuk tidak menikmati hidangan para ulama, lalu mengalihkan mereka untuk
langsung merujuk kepada al-Qur'an dan Sunnah dengan dalih pemurnian agama dari
pencemaran ‘pendapat’ manusia (ulama) yang tidak memiliki otoritas untuk
menetapkan syari'at, berarti sama saja dengan menyuruh orang lapar untuk
membuang hidangan yang siap disantapnya, lalu menyuruhnya dari awal untuk
menanam padi.
Seandainya tidak demikian,
berarti mereka mengelabui umat dengan cara menyembunyikan figur ulama mayoritas
yang mereka anggap telah ‘mencemarkan agama’, lalu menampilkan dan mempromosikan
segelintir sosok ulama Salafi&Wahabi beserta karya-karya mereka serta
mengarahkan umat agar hanya mengambil pemahaman al-Qur'an dan Sunnah dari mereka
saja dengan slogan ‘pemurnian agama’. Inilah kesombongan yang paling hebat yang
tidak pernah dilakukan para ulama sebelumnya !
Sesungguhnya, ‘pencemaran’
yang dilakukan para ulama yang shaleh dan ikhlas itu adalah upaya yang luar
biasa untuk melindungi umat dari kesesatan, sedangkan ‘pemurnian’ yang dilakukan
oleh kaum Salafi&Wahabi adalah penodaan terhadap ijtihad para ulama dan
pencemaran terhadap al-Qur'an dan Sunnah. Dan pencemaran terbesar yang dilakukan
oleh kaum Salafi&Wahabi terhadap al-Qur'an dan Sunnah adalah saat mereka
mengharamkan begitu banyak perkara yang tidak diharamkan oleh al-Qur'an dan
Sunnah; saat mereka menyebutkan secara terperinci amalan-amalan yang mereka
vonis sebagai bid'ah sesat atas nama Allah dan Rasulullah SAW, padahal Allah
tidak pernah menyebutkannya di dalam al-Qur'an dan Rasulullah SAW tidak pernah
menyatakannya di dalam Sunnah (Hadits)nya.
Dari uraian ini, nyatalah
bahwa orang yang ‘Kembali kepada al-Qur'an dan Sunnah’ itu belum tentu dapat
dianggap benar, dan bahwa para ulama yang telah menulis ribuan jilid kitab tidak
mengutarakan pendapat menurut hawa nafsu mereka. Alangkah ironisnya bila
karya-karya para ulama yang jelas-jelas lebih mengerti tentang al-Qur'an dan
Sunnah itu dituduh oleh kaum Salafi&Wahabi sebagai kumpulan pendapat manusia
yang tidak berdasar pada dalil, sementara kaum Salafi&Wahabi sendiri yang
jelas-jelas hanya memahami dalil secara harfiyah (tekstual) dengan sombongnya
menyatakan diri sebagai orang yang paling sejalan dengan al-Qur'an dan
Sunnah.
‘Kembali pada
Al-Qur'an&Sunnah’ ? Ya ! Tapi bukan dalam ‘perspektif’ Salafi&Wahabi,
karena kami dari dulu sampai sekarang mengikuti para Ulama Ahlussunnah
Waljama’ah !
ุฏููู
ุญูู ุนูู ูุฌูุฏ ุงููู ุจูุง ู
ูุงู
Oleh Mansour
Naqshi
...ุงูุญู
ุฏููู
ุชุนุงูู
ุฃููุง
ุงูู
ูุญุฏ ู
ูุฒู ุงููู ุชุนุงูู ุนู ุงูุดุจูู ูุงููุธูุฑ ููุณ ูู
ุซูู ุดูุก ููู ุงูุณู
ูุน
ุงูุจุตูุฑ،
ุฅู
ุงุณุชุฏّู ุนููู ู
ุดุจู ู
ุฌุณู
ูุซูู ูุนุชูุฏ ูู ุงููู ุงูุชุญูุฒ ูุงูู
ูุงู ุจุญุฏูุซ ุงูุฌุงุฑูุฉ ุงูู
ุถุทุฑุจ
ูููู ููุธ "ุฃูู ุงููู، ูุงูุช ูู ุงูุณู
ุงุก"، ุชุฑุฏّู ุฅูู ุงูุฃุตู ููู ุงููุฑุขู ุงููุฑูู
ูููู ูููู
ุชุนุงูู ูู ุณูุฑุฉ ุงูุนูู ุงูุขูุฉ 19: "ููุง ูุง ุชุทุนู ูุงุณุฌุฏ ูุงูุชุฑุจ"، ูุงู ุงูุฅู
ุงู
ุฃุจู ู
ูุตูุฑ
ุงูู
ุงุชุฑูุฏู (ุชููู ุณูุฉ 330 ูู.) ููู ู
ู ุฃุฆู
ุฉ ุงูุณูู ุงูุตุงูุญ ูู ุชูุณูุฑู ู
ุง
ูุตู:
"ููููู
ุชุนุงูู "ูุงุณุฌุฏ ูุงูุชุฑุจ" ูุญุชู
ู ุฃู ูููู ูุฐุง ุฎุทุงุจุงً ูููุจّู، ุฃู ุตّู ูุงูุชุฑุจ ุฅูู ุงููู..،
ูุนูู ุงูุชุฃููู ุงูุธุงูุฑ ุงูุขูุฉ ุญุฌุฉ ููุง ุนูู ุฃูู ุงูุชุดุจูู، ูุฅูู ูู
ูููู
ู
ู ูููู ูุงูุชุฑุจ
ุงููุฑุจ ู
ู ุญูุซ ุงูู
ูุงู ููุฑุจ ุงูุฐุงุช، ูููู ูุฑุจ ุงูู
ูุฒูุฉ ูุงููุฏุฑ. ููุฐูู ู
ุง ุฐูุฑ ูู ุจุนุถ
ุงูุฃุฎุจุงุฑ ู
ู ุชูุฑّุจ ุฅّูู ุดุจุฑุงً ุชูุฑุจุช ุฅููู ุฐุฑุงุนุงً ููุญู ุฐูู، ูุง ูููู
ู
ูู ูุฑุจ ุงูุฐุงุช
ูููู ูุฑุจ ุงูู
ูุฒูุฉ ูุงููุฏุฑ ุจุงูุฅุฌุงุจุฉ، ููุฐูู ุฌู
ูุน ู
ุง ุฐูุฑ ูู ุงููุฑุขู ู
ู ุงููุฑุจ ูุฑุจ
ุงูู
ูุฒูุฉ ูุงููุฏุฑ. ุงูู.
ููู
ููุงู
ุงูุฅู
ุงู
ุฃุจู ุญูููุฉ (150 ูู.) ุฑุถู ุงููู ุนูู ูู ุงูููู ุงูุฃูุจุฑ ูุงู: "ูููุณ ูุฑุจ ุงููู
ุชุนุงูู ููุง ุจُุนุฏู ู
ู ุทุฑูู ุทูู ุงูู
ุณุงูุฉ ููุตุฑูุง..، ูููู ุงูู
ุทูุน ูุฑูุจ ู
ูู ุจูุง ููู
ูุงูุนุงุตู ุจุนูุฏ ุนูู ุจูุง ููู".
ููุฐุง
ุฏููู ุนูู ุงู ููุธ "ุฃูู ุงููู" ุฅู ุตุญّ ุนูุฏ ู
ู ุฑูุงู ูุง ูุฌูุฒ ุฃู ูุญู
ู ุนูู ุธุงูุฑู ุฅุฌู
ุงุนุงً
ูู
ุง ูุงู ุงููููู ูู ุดุฑุญ ู
ุณูู
، ูุฃู ู
ุญูู
ุงููุฑุขู ูุฑุฏّ ุงุนุชูุงุฏ ุฃู ุงููู ูู ุงูุณู
ุงุก ุจุฐุงุชู،
ูู
ู ูู
ُูุฌุฒ ุงูุชุฃููู ูู ุญุฏูุซ ู
ู ุฃุญุงุฏูุซ ุงูุขุญุงุฏ ูุง ุชุซุจุช ุจู ุนููุฏุฉ، ูุงู ุฐูู ุฏูููุงً
ุถุฏู ุฅุฐ ูุง ูุฌูุฒ ุนูู ุฃุตูู ุงููุงุณุฏ ุชุฃููู ู
ุง ููุงูุถ ุญุฏูุซ ุฌุงุฑูุฉ ู
ู ุธุงูุฑ ุงููุฑุขู، ููุฐุง
ูุณุงุฏ ุนุฑูุถ، ููุฑุฏّู ุขูุฉ ู
ุญูู
ุฉ ูุณูุฉ ุซุงุจุชุฉ ูุฅุฌู
ุงุน ู
ุชูุฏู
ู
ุฃุฎูุฐ ู
ู ุงููุฑุขู "ูู ุงููู
ุฎุงูู ูู ุดูุก" ูุงูู
ูุงู ุดูุก ู
ุฎููู ูู
ูุณุชุซูู ุงููู ุชุนุงูู، ูุญุฏูุซ ุซุงุจุช ูู ุงูุจุฎุงุฑู "ูุงู
ุงููู ููู
ููู ุดูุก ุบูุฑู"، ูุฅุฌู
ุงุน ุนูู ููู ุงูู
ูุงู ุนู ุงููู ุชุนุงูู ูููู ุนู ุฃุฆู
ุฉ ุงูุณูู
ุงูุฅู
ุงู
ุฃุจู ุฌุนูุฑ ุงูุทุญุงูู ูู ุนููุฏุชู ูุงู "ููุง ุชุญููู ุงูุฌูุงุช ุงูุณุช ูุณุงุฆุฑ ุงูู
ุจุชุฏุนุงุช"
ูุณุจุญุงู ุงููู ุงูุนุธูู
ุงูุฐู ูู
ููุฏ ููู
ูููุฏ ููู
ููู ูู ًูููุง ุฃุญุฏ،
‘Kembali pada
Al-Qur'an&Sunnah’ ? Ya ! Tapi bukan dalam ‘perspektif’ Salafi & Wahabi,
karena kami dari dulu sampai sekarang mengikuti para Ulama Ahlussunnah
Waljama’ah !