Judul buku: HIZBUT TAHRIR DALAM SOROTAN
Penulis: Ustadz Muhammad Idrus Ramli (Aktivis LBM NU Jember)
Editor: Dr. Pujiono Abdul Hamid, at all.
Penerbit: Bina Aswaja Surabaya, 087853372523
Hal. 146
Harga: Rp. 22.000,-
Pemesanan: Bina Aswaja 087853372523, Khalista 081553572073
HIZBUT TAHRIR PASTI GAGAL
Jika ada yang bertanya, tentang prospek dan masa depan Hizbut Tahrir
dalam memperjuangkan khilafah al-Nubuwwah, maka bagaimana jawaban yang
paling tepat? Jawaban yang paling tepat adalah, Hizbut Tahrir pasti
memperoleh kegagalan, bukan kesuksesan dalam memperjuangkan khilafah
al-nubuwwah yang mereka obsesikan. Mengapa demikian? Tentu, karena
khilafah al-nubuwwah telah berlalu dan perjalanan sejarah. Berkaitan
dengan khilafah al-nubuwwah tersebut ada dua hadits yang patut menjadi
renungan kita, agar tidak terpengaruh Hizbut Tahrir. Pertama, hadits
shahih berikut ini:
عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُمْهَانَ قَالَ حدثني
سَفِينَةُ رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم
الْخِلاَفَةُ فِي أُمَّتِي ثَلاَثُونَ سَنَةً ثُمَّ مُلْكٌ بَعْدَ ذَلِكَ
ثُمَّ قَالَ لِي سَفِينَةُ أَمْسِكْ خِلاَفَةَ أَبِي بَكْرٍ ثُمَّ قَالَ
وَخِلاَفَةَ عُمَرَ وَخِلاَفَةَ عُثْمَانَ ثُمَّ قَالَ لِي أَمْسِكْ
خِلاَفَةَ عَلِيٍّ قَالَ فَوَجَدْنَاهَا ثَلاَثِينَ سَنَةً قَالَ سَعِيدٌ
فَقُلْتُ لَهُ إِنَّ بَنِي أُمَيَّةَ يَزْعُمُونَ أَنَّ الْخِلاَفَةَ
فِيهِمْ قَالَ كَذَبُوا بَنُو الزَّرْقَاءِ بَلْ هُمْ مُلُوكٌ مِنْ شَرِّ
الْمُلُوكِ.
“Sa’id bin Jumhan berkata: “Safinah menyampaikan hadits
kepadaku, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Pemerintahan Khilafah pada
umatku selama tiga puluh tahun, kemudian setelah itu dipimpin oleh
pemerintahan kerajaan.” Lalu Safinah berkata kepadaku: “Hitunglah masa
kekhilafahan Abu Bakar (2 tahun), Umar (10 tahun) dan Utsman (12
tahun).” Safinah berkata lagi kepadaku: “Tambahkan dengan masa
khilafahnya Ali (6 tahun). Ternyata semuanya tiga puluh tahun.” Sa’id
berkata: “Aku berkata kepada Safinah: “Sesungguhnya Bani Umayah
berasumsi bahwa khilafah ada pada mereka.” Safinah menjawab: “Mereka
(Bani Umayah) telah berbohong. Justru mereka adalah para raja, yang
tergolong seburuk-buruk para raja”. (HR. Ahmad dan al-Tirmidzi).
Hadits di atas menjelaskan dengan sangat gamblang bahwa kepemimpinan
khilafah yang mengatur roda pemerintahan umat sesuai dengan ajaran
kenabian (khilafah al-nubuwwah) dan menerapkan syariat Islam secara
sempurna, hanya berjalan selama tiga puluh tahun, yaitu masa
pemerintahan Khulafaur Rasyidin Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali
-radhiyallahu ‘anhum. Sebagian ulama ada yang memasukkan masa
pemerintahasan Sayidina Hasan bin Ali -radhiyallahu ‘anhuma-, ke dalam
khilafah al-nubuwwah ini, karena masa kekuasaan beliau melengkapi masa
tiga puluh tahun tersebut.
Kedua, hadits lain yang menjelaskan tentang khilafah al-nubuwwah, adalah hadits shahih berikut ini:
عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ الْيَمَانِ رضي الله عنه قَالَ إِنَّ النَّبِيَّ صلى
الله عليه وسلم قَالَ: تَكُوْنُ النُّبُوَّةُ فِيْكُمْ مَا شَاءَ اللهُ
أَنْ تَكُوْنَ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى إِذَا شَاءَ، ثُمَّ
تَكُوْنُ الْخِلاَفَةُ عَلىَ مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُوْنُ مَا شَاءَ
اللهُ أَنْ تَكُوْنَ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا،
ثُمَّ يَكُوْنُ مُلْكًا عَاضًّا فَتَكُوْنُ مُلْكًا مَا شَاءَ اللهُ، ثُمَّ
يَرْفَعُهُ إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهُ ثُمَّ تَكُوْنُ مُلْكًا
جَبْرِيَّةً، ثُمَّ تَكُوْنُ خِلاَفَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ،
ثُمَّ سَكَتَ. قَالَ حَبِيبٌ فَلَمَّا قَامَ عُمَرُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ
وَكَانَ يَزِيدُ بْنُ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ فِي صَحَابَتِهِ
فَكَتَبْتُ إِلَيْهِ بِهَذَا الْحَدِيثِ أُذَكِّرُهُ إِيَّاهُ فَقُلْتُ
لَهُ إِنِّي أَرْجُو أَنْ يَكُونَ أَمِيرُ الْمُؤْمِنِينَ يَعْنِي عُمَرَ
بَعْدَ الْمُلْكِ الْعَاضِّ وَالْجَبْرِيَّة ِ فَأُدْخِلَ كِتَابِي عَلَى عُمَرَ بْنِ عَبْدِ الْعَزِيزِ فَسُرَّ بِهِ وَأَعْجَبَهُ.
“Dari Hudzaifah bin al-Yaman radhyalahu ‘anhu, berkata: “Sesungguhnya
Nabi SAW bersabda: “Kenabian akan menyertai kalian selama Allah
menghendakinya, kemudian Allah mengangkat kenabian itu bila menghendakinya. Kemudian akan datang khilafah sesuai dengan jalan kenabian dalam waktu Allah menghendakinya. Kemudian Allah mengangkatnya apabila menghendakinya.
Kemudian akan datang kerajaan yang menggigit dalam waktu yang Allah
kehendaki. Kemudian Allah mengangkatnya apabila menghendakinya dan
diganti dengan kerajaan yang memaksakan kehendaknya. Kemudian akan
datang khilafah sesuai dengan jalan kenabian. Lalu Nabi SAW diam”.
“Habib bin Salim berkata: “Setelah Umar bin Abdul Aziz menjadi khalifah,
sedangkan Yazid bin al-Nu’man bin Basyir menjadi sahabatnya, maka aku
menulis hadits ini kepada Yazid. Aku ingin mengingatkannya
tentang hadits ini [yang aku riwayatkan dari ayahnya]. Lalu aku berkata
kepada Yazid dalam surat itu: “Sesungguhnya aku berharap, bahwa Amirul
Mukminin Umar bin Abdul Aziz adalah khalifah yang mengikuti minhaj
al-nubuwwah sesudah kerajaan yang menggigit dan memaksakan kehendak.”
Kemudian suratku mengenai hadits ini disampaikan kepada Umar bin Abdul
Aziz, dan ternyata beliau merasa senang dan kagum dengan hadits ini.”
(HR. Ahmad, al-Bazzar, Abu Dawud, al-Baihaqi dan lain-lain).
Hadits
pertama membatasi khilafah selama tiga puluh tahun, yaitu masa
khilafahnya khilafahnya Khulafaur Rasyidin. Sedangkan hadits Hudzaifah
bin al-Yaman, menjanjikan adanya khilafah lagi, pasca kerajaan yang
diktator dan otoriter. Akan tetapi semua ulama berpendapat bahwa yang
dimaksud dengan khilafah al-nubuwwah dalam hadits Hudzaifah tersebut
adalah khilafahnya Umar bin Abdul Aziz. Oleh karena itu, al-Imam
al-Syafi’i:
اَلْخُلَفَاءُ خَمْسَةٌ أَبُوْ بَكْرٍ وَعُمَرُ وَعُثْمَانُ وَعَلِيٌّ وَعُمَرُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيْزِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ.
“Khalifah itu ada lima orang, Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali dan Umar bin
Abdul Aziz radhiyallahu ‘anhum.” (Ibnu Abi Hatim al-Razi, Adab
al-Syafi’i wa Manaqibuhu, hal. 189).
Al-Imam Sufyan al-Tsauri, juga berkata:
اَلْخُلَفَاءُ أَبُوْ بَكْرٍ وَعُمَرُ وَعُثْمَانُ وَعَلِيٌّ وَعُمَرُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيْزِ وَمَنْ سِوَاهُمْ فَهُوَ مُبْتَزٌّ.
“Para Khalifah itu Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali dan Umar bin Abdul
Aziz. Sedangkan selain mereka, itu adalah perampas atau pemeras.” (Ibnu
Abi Hatim al-Razi, Adab al-Syafi’i wa Manaqibuhu, hal. 191).
Dua
hadits di atas menyatakan bahwa khalifah itu hanya tiga puluh tahun,
ditambah dengan seorang khalifah setelah penguasa yang diktator.
Kemudian para ulama seperti al-Imam al-Syafi’i dan al-Imam Sufyan
al-Tsauri menyatakan, bahwa khalifah itu hanya lima orang, yaitu Abu
Bakar, Umar, Utsman, Ali dan Umar bin Abdul Aziz, sedangkan selain lima
orang tersebut hanyalah penguasa yang merampas kekuasaan dengan tidak
benar. Dengan demikian, berarti obsesi Hizbut Tahrir dalam
memperjuangkan khilafah, pasti menemukan kegagalan, karena apa yang akan
mereka raih –seandainya berhasil-, itu bukan khilafah, tetapi kekuasaan
diktator dan perampas. Wallahu a’lam.
(Disadur dari beberapa
sumber, terutama buku HIZBUT TAHRIR DALAM SOROTAN, karya Ustadz Muhammad
Idrus Ramli [Aktivis LBM NU Jember], terbitan Bina ASWAJA Surabaya,
087853372523 Mei 2011).