PERTANYAAN
:
Assalamu 'alaikum. Apakah
mempengaruhi keabsahan sholat bila musholli dalam membaca tasyahhud-nya berubah
pengucapan salah satu huruf terganti huruf yang lain ? [Husin
Ba'bud].
JAWABAN
:
Waalaikum salam. Ketentuan
hukum dalam kasus di atas tergantung huruf yang diganti, bila termasuk hal yang
tidak boleh diganti maka batal, bila ada ajarannya maka boleh [ tidak menjadikan
batal sholatnya, penyunting ].
وعبارة
البرماوي ولا يجوز إبدال كلمة منه كالنبي والله ومحمد والرسول والرحمة والبركة
بغيرها ولا أشهد بأعلم ولا ضمير علينا بظاهر ولا إبدال حرف منه ككاف عليك باسم ظاهر
ولا ألف أشهد بنون ولا هاء بركاته بظاهر وجوزه بعضهم في الثاني ويجوز إبدال ياء
النبي بالهمز ويضر إسقاطهما معا إلا في الوقف كما قاله العلامة الزيادي ويضر إسقاط
تنوين سلام المنكر خلافا للعلامة ابن حجر ولا يضر تنوين المعرف ولا زيادة بسم الله
قبل التشهد بل تكره فقط ولا يضر زيادة ميم في عليك ولا يا النداء قبل أيها ولا وحده
لا شريك له بعد أشهد أن لا إله إلا الله لورود ذلك في خبر ولا زيادة سيدنا قبل محمد
هنا وفي الصلاة عليه الآتية بل هو أفضل لأن فيه مع سلوك الأدب امتثال الأمر وزيادة
وأما حديث لا تسيدوني في الصلاة فباطل باتفاق الحفاظ
Redaksi kitab alBarmawy
“Tidak boleh mengganti kalimat-kalimat yang terdapat pada bacaan tasyahhud
seperti mengganti lafadz annabiy, Allah, Muhammad, Arrosuul, arrohmat,
albarokah, lafadz asyhadu diganti a’lamu, dhomir yang terdapat pada ‘alainaa
diganti isim dhohir dll.
Juga tidak boleh mengganti
huruf-huruf yang terdapat pada bacaan tasyahhud seperti huruf kaafnya alaika
diganti isim dhohir, alifnya asyhadu diganti dengan nun, huruf ha’ nya
wabarokaatuh diganti isim dhohir (namun sebagian ulama memperbolehkannya dalam
hal ini).
Boleh mengganti huruf
ya’nya lafadz annabiy dengan hamzah namun bahaya menghilangkankan keduanya (ya’
dan hamzah) kecuali bila waqof seperti yang diterangkan oleh az-Ziyaady, bahaya
juga menggugurkan tanwin nakirohnya lafadz salaamun berbeda dengan Imam Ibnu
Hajar. Tidak bahaya mendatangkan tanwin muarrof, menambahi BASMALAH sebelum
tasyahhud (hanya saja makruh), tidak bahaya menambahkan huruf mim pada lafadz
‘alaika, huruf ya nidaa’ sebelum lafadz ayyuhaa dan menambahkan WAHDAHUU LAA
SYARIIKA LAHU setelah kalimat an laa ilaaha illlallaah karena semuanya ada dalam
keterangan hadits.
Tidak bahaya juga
menambahkan lafadz sayyidinaa sebelum lafadz Muhammad, juga saat membaca
sholawat bahkan hukumnya lebih utama karena yang lebih utama menjaga etika pada
Rosulullah shallallaahu ‘Alaihi wa sallam, sedang hadits yang berbunyi
“Janganlah kalian menyebut kata sayyid untukku saat sholat” adalah hadits batal.
[ Hasyiyah aljamal ‘Ala alminhaj II/335 ]. Wallaahu A'lamu Bis
Showaab.
Yang membatalkan sholat
(menurut pendapat yang paling shahih) bila penggantian huruf dalam rukun-rukun
Qouly ( takbir, fatehah dan tahiyyat ) adalah saat terjadi unsur kesengajaan dan
dia mengetahuinya kalau itu tidak boleh. apabila terjadi salah makhroj (
terganti dengan huruf lain terhadap ) salah satu huruf saja, misalkan dalam
lafazh " toyyibaatu
lillah" huruf
tho-nya ( terganti huruf ta ), maka itu tidak membatalkan sholat karena salah
makhroj berarti tidak disengaja, sholat orang awam berarti dia tidak
tahu.
- Hawaasyi assyarwaani
II/36 :
وفي
البجيرمي ما نصه والمعتمد أنه متى تعمد الابدال وعلم ضر وإن لم يغير المعنى والخلاف
في تغيير المعنى إنما هو معتبر في اللحن أي في الاعراب ونحوه
- Nihaayah az-Zain I/61
:
(
و ) تجب الفاتحة مع رعاية ( مخارجها ) فلو أبدل حرفا بغيره فإن كان يغير المعنى بأن
ينقل الكلمة إلى معنى آخر أو يصير الكلمة لا معنى لها كإبدال حاء الحمد هاء أو
إبدال ذال الذين زايا أو دالا وكان مع العمد والعلم بالتحريم بطلت صلاته وإن كان لا
يغير المعنى كالعالمون بدل العالمين لم تبطل صلاته بل تبطل قراءته لتلك الكلمة فإن
لم يعدها على الصواب قبل الركوع وركع عامدا بطلت صلاته وبعضهم قال إن الإبدال مع
العمد والعلم والقدرة على الصواب مبطل للصلاة مطلقا وإن لم يغير المعنى كالعالمون
لأنها كلمة أجنبية
NB : Yang menjadi
perdebatan di antara ulama adalah saat penggantian tersebut pada huruf-huruf
yang tidak merubah makna seperti merubah Ya' nya lafadz al 'aalamiin dengan wau
menjadi al 'aalimuun dengan kesengajaan dan pengetahuan (tidak bodoh) mayoritas
ulama menyatakan yang batal bacaannya dan harus segera diulangi dan sebagian
ulama menyatakan sholatnya batal.
Bagaimana kalau saking
kulinonya ngucap ngaalamin atau Mukammad misalnya ? kalau dia tahu dan sengaja
batal sholatnya". Contoh dalam ibarah no 2 di atas seperti mengganti CHA' nya
lafadz ALCHAMDU dengan HA menjadi ALHAMDU mengganti DZAL nya lafadz ALLADZIINA
dengan ZA' menjadi ALLAZIINA, maka batal sholatnya. Wallohu a'lam. [Masaji
Antoro].