PERTANYAAN
:
Ana mau tanya, seperti kita
ketahui kita disunnahkan menambah kata "sayyidina" pada shalawat ibrahimiyyah.
apakah kita juga disunnahkan menambahkan kata "sayyidana" pada syahadat rasul
sebelum kata muhammadar rasulullah ketika tahiyat. mohon pencerahan dan
penjelasannya. [Ulian
Febriansyah].
JAWABAN
:
Menurut Imam Kurdi, Ibnu
Hajar, AzZiyaadi Imam Halaby (dari kalangan Syafiiyah) lebih utama menambahkan
lafadz “SAYYIDINAA” sebelum lafadz MUHAMMAD
وقوله
وأن محمدا رسول الله الأولى ذكر السيادة لأن الأفضل سلوك الأدب وحديث لا تسودوني في
صلاتكم... باطل
Yang lebih utama
menambahkan lafadz sayyidinaa saat kalimat “Wa Anna Muhammadar Rosuulullah”
karena yang lebih utama menjaga etika pada Rosulullah shallallaahu ‘Alaihi wa
sallam, sedang hadits yang berbunyi “Janganlah kalian menyebut kata sayyid
untukku saat sholat” adalah hadits batal. [ I’aanah at-Thoolibiin I/169
].
وعبارة
البرماوي ولا يجوز إبدال كلمة منه كالنبي والله ومحمد والرسول والرحمة والبركة
بغيرها ولا أشهد بأعلم ولا ضمير علينا بظاهر ولا إبدال حرف منه ككاف عليك باسم ظاهر
ولا ألف أشهد بنون ولا هاء بركاته بظاهر وجوزه بعضهم في الثاني ويجوز إبدال ياء
النبي بالهمز ويضر إسقاطهما معا إلا في الوقف كما قاله العلامة الزيادي ويضر إسقاط
تنوين سلام المنكر خلافا للعلامة ابن حجر ولا يضر تنوين المعرف ولا زيادة بسم الله
قبل التشهد بل تكره فقط ولا يضر زيادة ميم في عليك ولا يا النداء قبل أيها ولا وحده
لا شريك له بعد أشهد أن لا إله إلا الله لورود ذلك في خبر ولا زيادة سيدنا قبل محمد
هنا وفي الصلاة عليه الآتية بل هو أفضل لأن فيه مع سلوك الأدب امتثال الأمر وزيادة
وأما حديث لا تسيدوني في الصلاة فباطل باتفاق الحفاظ
Redaksi kitab alBarmawy
“Tidak boleh mengganti kalimat-kalimat yang terdapat pada bacaan tasyahhud
seperti mengganti lafadz annabiy, Allah, Muhammad, Arrosuul, arrohmat,
albarokah, lafadz asyhadu diganti a’lamu, dhomir yang terdapat pada ‘alainaa
diganti isim dhohir dll.
Juga tidak boleh mengganti
huruf-huruf yang terdapat pada bacaan tasyahhud seperti huruf kaafnya alaika
diganti isim dhohir, alifnya asyhadu diganti dengan nun, huruf ha’ nya
wabarokaatuh diganti isim dhohir (namun sebagian ulama memperbolehkannya dalam
hal ini).
Boleh mengganti huruf
ya’nya lafadz annabiy dengan hamzah namun bahaya menghilangkankan keduanya (ya’
dan hamzah) kecuali bila waqof seperti yang diterangkan oleh az-Ziyaady, bahaya
juga menggugurkan tanwin nakirohnya lafadz salaamun berbeda dengan Imam Ibnu
Hajar.
Tidak bahaya mendatangkan
tanwin muarrof, menambahi BASMALAH sebelum tasyahhud (hanya saja makruh), tidak
bahaya menambahkan huruf mim pada lafadz ‘alaika, huruf ya nidaa’ sebelum lafadz
ayyuhaa dan menambahkan WAHDAHUU
LAA SYARIIKA LAHU setelah kalimat an laa
ilaaha illlallaah karena semuanya ada dalam keterangan hadits.
Tidak bahaya juga
menambahkan lafadz sayyidinaa sebelum lafadz Muhammad, juga saat membaca
sholawat bahkan hukumnya lebih utama karena yang lebih utama menjaga etika pada
Rosulullah shallallaahu ‘Alaihi wa sallam, sedang hadits yang berbunyi
“Janganlah kalian menyebut kata sayyid untukku saat sholat” adalah hadits batal.
[ Hasyiyah aljamal ‘Ala alminhaj II/335 ]. Wallaahu A'lamu Bis Showaab.
[Masaji
Antoro].