PERTANYAAN
:
Assalamu alaikum, sah /
tidak menunaikan haji dengan jalan arisan...? kasus, ada arisan haji kira-kira ada
100 orang anggota, setiap anggota harus membayar 4 juta pertahun sampai 10
tahun / 10 kali bayar, dalam 1 tahun memberangkatkan 10 anggota, tiap tahun di
kopyok/system lotre dengan mengambil 10 nama. [Alvin
Hadi].
JAWABAN
:
Wa'alaikumsalam. Haji dari
arisan haji
1. Bagaimana perspektif
hukum Islam terhadap arisan haji ? Bagaimana status hukum melaksanakan haji bagi
anggota arisan haji ?
2. Apakah wajib
melaksanakan haji atau tidak ?
3. Apakah sah haji jika
yang digunakan itu diperoleh dari uang arisan haji ?
Jawaban
:
1. Pandangan hukum Islam
terhadap arisan haji adalah sebagai muamalah yang diperbolehkan, meskipun ONHnya
berubah-ubah, sehingga setoran yang harus diberikan oleh peserta arisan juga
harus berubah-ubah. Sebab arisan itu menggunakan qiradl (hutang piutang),
sehingga perbedaan jumlah setoran tidak mempengaruhi keabsahan aqad
tersebut.
2. Jika yang mendapat
arisan haji itu orang yang masih harus melunasi setoran berikutnya, maka dia
tidak wajib melakukan ibadah haji karena sebagian dari uang yang diterima adalah
uang pinjaman. Kecuali apabila dia memiliki kelebihan yang cukup untuk membayat
hutangnya, atau dia menerima giliran terakhir, sehingga dia tidak lagi
menanggung hutang, maka dia wajib haji.
3. Adapun ibadah haji yang
dilakukan oleh orang yang mendapat arisan haji baik yang menerima giliran
pertama atau terakhir hukumnya tetap sah.
"Fa man
lam yakun mustathii'an lam yajib 'alaihil hajju lakin idzaa fa'alahu
ajza'ahu".
Orang yang tidak mampu, maka tidak wajib haji, akan tetapi jika ia
melaksanakannya, maka hajinya sah. Intaha. (Hasyiyah al-Syarqowi, Juz II, hal.
237)
Dasar pengambilan
:
1. Kitab Qolyubi juz 2
halaman 258:
(فَرْعٌ)
الجُمْعَةُ المَشْهُورَةِ بَيْنَ النِّسَاءِ بِأَنْ تَأْخُذَ امْرَأَةٌ مِنْ كُلِّ
وَاحِدَةٍ مِنْ جَمَاعَةٍ مِنْهُنَّ قَدْرًا مُعَيَّنًا فِى كُلِّ جُمْعَةٍ أَوْ
شَهْرٍ فَتَدْفَعَهُ لِوَاحِدَةٍ إلَى آخِرِهِنَّ جَائِرَةٌ كَمَا قَالَهُ
الوَلِيُّ العَرَاقِيُّ.
Kerukunan yang sudah
terkenal di antara para wanita, dengan jalan salah seorang wanita mengambil dari
para jamaah mereka sejumlah uang tertentu pada setiap hari Jumat atau setiap
bulan, kemudian wanita tersebut memberikan jumlah yang terkumpul kepada
seseorang sesudah wanita yang lain sampai yang terakhir dari mereka, adalah
boleh, sebagaimana pendapat al Wali al Iraqi.
2. Al Mahali juz 2 halaman
287:
الإِقْرَاضُ
هُوَ تَمْلِيْكُ الشَّيْءٍ عَلَى أَن يُرَدَّ بَدَلَهُ.
Akad hutang piutang itu
adalah pemberian milik terhadap sesuatu dengan dasar akan dikembalikan
penggantinya.
3. Kitab Nihayatul Muhtaj
juz 3 halaman 233:
فَيَجْزِيْ
حَجُّ فَقِيْرٍ وَكُلُّ عَاجِزٍ حَيْثُ اجْتُمَعَ فِيْهِ الحُرِّيَّةُ
وَالتَّكْلِيْفِ كَمَا لَو تَكَلَّفَ المَرِيْضُ حُضُورَ الجُمُعَةُ.
Mencukupi haji dari orang
fakir dan setiap orang yang tidak mampu ketika berkumpul padanya kemerdekaan dan
sifat mukallaf, sebagaimana andaikata orang yang sakit memaksakan diri
menghadiri Jumat. [ Sumber : http://ppssnh.malang.pesantren.web.id/cgi-bin/content.cgi/masail/aula/tahun_1999/13.html ].
Wallohu a'lam.
[Abdullah
Al-Bughisy, Masaji Antoro].
Link Diskusi :
www.fb.com/groups/piss.ktb/380187372004077/