PERTANYAAN :
Ikhwanul Khalem
Assalaamu' alaikum... .
InsyaAlloh bsk pemilihan/ pencoblosan pilkada utk dearah bekasi. Yg sy mw tnyakan adalah,..
1.gmn hukumnya mnerima uang dr calon2 trsbut???
2.mnta sarannya yg hrz sy plh yg calon model gmn cz smw calon mengobral janji.
3.ikut berdosakah sy kl suatu saat calon yg trpilih itu dzholim cz sy wktu tu sy ikut memilihnya .
Krg lbh demikian n maturnuwun utk jwbn n sarannya.
JAWABAN :
>> AsSyam Alfarigi
waaikumsal am...!
1. berdasarka n ajaran nabi Muhammad SAW,adalah haram hukumnya bagi yg menyogok dan yg disogok!
2. berdasarka n ajaran Beliau jg mengajarka n sholat istiqoroh, mintalah petunjuk kpd yg Maha tahu yaitu Allah Robbulalam in dlm menentukan pilihan2 tsbt.
3. krn kita tlah memasrah diri kpd Nya dlm menentukan piiihan tsbt,maka soal pertanggun jawabannya ketika yg terpilih berbuat dzolim,ia sendirilah yg menanggung dosanya sendiri.wa salam...!
Wallahu A'lam Bis showaab
>> Ghufron Bkl
1. bla pemberian tsb unt menarik simpati maka boleh menerimay tpi jka tjuany unt d pilih dan terdpat perjanjian yg mengikat mka trmsuk sogok mka harom menerimany a.
>>Mbah Jenggot II
1. sepakat dengan kg gufron.
pada dasarnya, memilih seorang pemimpin itu dengan tujuan agar mengamalka n kebenaran, menegakkan batasan-ba tasan agama, menyuruh kebaikan dan mencegah kemungkara n. Bukan memilih karena diberi uang. (Keteranga n: Berdasa rkan
hadits di bawah, hukum haram ini tidak terbatas pada apabila si
penerima hadiah tersebut adalah seorang tokoh. Akan tetapi hukum haram
ini bersifat umum, baik si penerima rakyat biasa, tokoh masyarakat maupun partai politik).
Dasar pengambila n;
- Shahîh al-Bukhârî ; Shahîh Muslim;
- Fath al-Bârî Syarh al-Bukhârî , juz XIII, hal. 214 dan 218;
- Faidh al-Qadîr Syarh al-Jâmi’ al-Shaghîr , juz III, hal. 330.
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ثَلاَثَةٌ لاَ يُكَلِّمُه ُمُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَ ةِ وَلاَ يُزَكِّيْه ِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيْمٌ : رَجُلٌ عَلَى فَضْلِ مَاءٍ بِالطَّرِي ْقِ يَمْنَعُ مِنْهُ ابْنَ السَّبِيْل ِ ، وَرَجُلٌ بَايَعَ إِمَامًا لاَ يُبَايِعُه ُ إِلاَّ لِدُنْيَاه ُ ، إِنْ أَعْطَاهُ مَا يُرِيْدُ وَفَى لَهُ ، وَإِلاَّ لمَ ْيَفِ لَهُ ، وَرَجُلٌ بَايَعَ رَجُلاً بِسِلْعَةٍ بَعْدَ الْعَصْرِ ، فَحَلَفَ بِاللهِ لَقَدْ أُعْطِيَ بِهَا كَذَا وَكَذَا ، فَصَدَّقَه ُ فَأَخَذَهَ ا ، وَلَمْ يُعْطَ بِهَا اهـ رواه البخاري ومسلم
Dari Abu Hurairah radhiyalla hu 'anhu, Rasulullah saw bersabda: "Tiga orang yang tidak akan diajak berbicara oleh Allah kelak pada hari kiamat, Allah tidak akan membersihk an mereka dan mereka akan memperoleh siksa yang pedih. Pertama, orang yang memiliki air melebihi kebutuhan dalam perjalanan dan tidak memberikan nya kepada musafir (yang membutuhka nnya). Kedua, laki-laki yang membai'at seorang pemimpin hanya karena dunia. Apabila pemimpin itu memberinya , ia akan memenuhi pembai'ata nnya, tetapi apabila tidak diberi, dia tidak akan memenuhiny a. Dan ketiga, orang yang menawarkan daganganny a
kepada orang lain sesudah waktu asar, lalu dia bersumpah bahwa barang
dagangan itu telah ditawar sekian oleh orang lain, lalu pembeli
mempercaya inya dan membelinya , padahal barang itu belum pernah ditawar sekian oleh orang lain." (HR. al-Bukhri dan Muslim).
قَالَ الْحَافِظُ ابْنُ حَجَرٍ الْعَسْقَل اَنِيُّ الشَّافِعِ يُّ فِيْ فَتْحِ الْبَارِيْ : وَاْلأَصْل ُ فِيْ مُبَايَعَة ِ اْلإِمَامِ أَنْ يُبَايِعَه ُ عَلَى أَنْ يَعْمَلَ بِالْحَقِّ وَيُقِيْمَ الْحُدُوْد َ وَيَأْمُرَ بِالْمَعْر ُوْفِ وَيَنْهَى عَنِ الْمُنْكَر ِ ، فَمَنْ جَعَلَ مُبَايَعَت َهُ لِمَالٍ يُعْطَاهُ دُوْنَ مُلاَحَظَة ِ الْمَقْصُو ْدِ فِي اْلأَصْلِ فَقَدْ خَسِرَ خُسْرَانًا مُبِيْنًا وَدَخَلَ فِيْ الْوَعِيْد ِ الْمَذْكُو ْرِ وَحَاقَ بِهِ إِنْ لَمْ يَتَجَاوَز ِ اللهُ عَنْهُ ، وَفِيْهِ أَنَّ كُلَّ عَمَلٍ لاَ يُقْصَدُ بِهِ وَجْهُ اللهِ وَأُرِيْدَ بِهِ عَرَضُ الدٌّنْيَا فَهُوَ فَاسِدٌ وَصَاحِبُه ُ آثِمٌ، وَاللهُ الْمُوَفِّ قُ اهـ فتح الباري شرح صحيح البخاري.
Al-Hafizh Ibn Hajat al-'Asqala ni al-Syafi'i berkata dalam Fath al-Bari: "Pada dasarnya orang membai'at pemimpin itu bertujuan agar ia melakukan kebenaran, menegakkan batasan-ba tasan Allah, melakukan amar ma'ruf dan nahi mungkar. Oleh karena itu, barang siapa yang menjadikan pembai'ata nnya kepada pemimpin karena harta yang diterimany a
tanpa melihat tujuan utama, maka dia telah mengalami kerugian yang
nyata dan masuk dalam ancaman hadits di atas, serta ia akan celaka
apabila Allah tidak mengampuny a. Hadits tersebut menunjukka n bahwa setiap perbuatan yang tidak bertujuan mencari ridha Allah, tetapi bertujuan mencari kesenangan dunia, maka amal itu rusak dan pelakunya berdosa. Hanya Allah-lah yang memberikan taufiq-Nya ."
قَالَ الشَّيْخُ مُحَمَّدٌ بْنُ عُمَرَ نَوَوِي الْجَاوِيُ : وَأَخْذُ الرِّشْوَة ِ بِكَسْرِ الرَّاءِ وَهُوَ مَا يُعْطِيْهِ الشَّخْصُ لِحَاكِمٍ أَوْ غَيْرِهِ لِيَحْكُمَ لَهُ أَوْ يَحْمِلَهُ عَلىَ مَا يُرِيْدُ كَذَا فِي الْمِصْبَا حِ وَقَالَ صَاحِبُ التَّعْرِي ْفَاتِ وَهُوَ مَا يُعْطَى لإِبْطَالِ حَقٍّ أَوْ لإِحْقَاقِ بَاطِلٍ اهـ مرقاة صعود التصديق ص 74.
Syaikh Muhammad bin Umar Nawawi al-Jawi (Syaikh Nawawi Banten) berkata: "Termasuk perbuatan maksiat adalah menerima suap/ risywah. Suap adalah sesuatu yang diberikan kepada seorang hakim atau lainnya, agar keputusann ya memihak si pemberi atau mengikuti kemauan pemberi, sebagaiman a yang terdapat dalam kitab al-Mishbab . Pengarang kitab al-Ta'rifa t berkata: "Suap adalah sesuatu yang diberikan karena bertujuan membatalka n kebenaran atau membenarka n kesalahan. " (Mirqat Shu'ud al-Tashidi q, hal. 74).
>> Awan As-Safarit iyy Asy-syaikh eriyy
wa alaikum salam....
- jika pemberian itu hanya sekedar untuk menarik simpati maka di perbolehka n,dan bagi si penerima makruh mengambil uang trsbt.kren a d dalamya serupa dng penyuapan( ar risywah).
- jika tujuanya agar d pilih dan terdapat perjanjian yg mengikat maka hukumya trmasuk suap (risywah) yaitu haram.dan bagi si penerima haram menerimany a.
ihya' ulumuddin 2/155-156
Link Diskusi >>