PERTANYAAN
:
Assalaamu'alaykum, gimana hukum
bagi seorang gadis memakai pacar kuku (kembang) atau pitek/cat kuku, karena
ustadz daerah saya menghukumi haram bagi gadis perawan, mohon ibarohnya !
[Epang
Omar Bin Ali].
JAWABAN
:
Hukum mengenakan pacar kuku
bagi wanita ada tiga pendapat :
- Boleh, selain dengan
pacar kuku warna hitam.
- Boleh bagi wanita
bersuami atau hamba sahaya memakai pacar kuku warna hitam, bila telah mendapat
izin.
- Mutlak sunah menurut
al-Baghawi bagi wanita bersuami memakai pacar dengan cara apapun.
Sedangkan hukum mengenakan
pacar kuku bagi laki-laki ada tiga pendapat :
- Haram menurut
syafi’iyyah, memandang illat tasabbuyh dengan pewarna kuku yang termasuk
aksesoris wanita.
- Makruh menurut sebagian
hanabilah dan hanafiah.
- Boleh menurut Ibnu
Qudamah.
Poin pembahasannya terletak
pada kajian ‘tathrif’, meskipun yang lebih dominan diulas dalam referensi klasik
adalah ‘khidhab’, di mana khidhab di situ dimaksudkan lebih general sebagai
pewarnaan tangan dan kaki, mulai dari ujung sampai pergelangan tangan/kaki, baik
kuku maupun kulitnya. Pembahasan khidhab cukup berbeda dengan tathrif dan hanya
sedikit bersinggungan terutama ketika dikaitkan dengan khidab pada laki-laki.
Hemat saya, sekedar untuk memudahkan, khidab adalah pewarna kulit, dan tathrif
adalah pewarna kuku. Wallahu subhanahu wata’ala a’lam.
R e f e r e n s
i
الاِخْتِضَابُ
لُغَةً : اسْتِعْمَال الْخِضَابِ . وَالْخِضَابُ هُوَ مَا يُغَيَّرُ بِهِ لَوْنُ
الشَّيْءِ مِنْ حِنَّاءَ وَكَتَمٍ وَنَحْوِهِمَا. وَلاَ يَخْرُجُ الْمَعْنَى
الاِصْطِلاَحِيُّ عَنِ الْمَعْنَى اللُّغَوِيِّ
التَّطْرِيفُ
لُغَةً : خَضْبُ أَطْرَافِ الأْصَابِعِ ، يُقَال : طَرَفَتِ الْجَارِيَةُ
بَنَانَهَا إِذَا خَضَّبَتْ أَطْرَافَ أَصَابِعِهَا بِالْحِنَّاءِ ، وَهِيَ
مُطَرِّفَةٌ
الكتاب
: الموسوعة الفقهية الكويتية ج2 ص278-277
“Ikhtidhab secara bahasa
adalah: pemakaian khidhab, sedang khidhab yaitu sesuatu yang bisa merubah warna
suatu obyek entah dengan hina’, katam, atau sejenisnya. Makna istilahnya tidak
berbeda dengan makna bahasa.
Tathrif secara bahasa
adalah: pewarnaan pacar pada ujung jari, diucapkan [gadis itu memacari
jemarinya, ketika memacari ujung jarinya dengan hina’].
وعبارة
الكردي: قوله: ويحرم الحناء للرجل.
خرج
به المرأة، ففيها تفصيل، فإن كان لاحرام استحب لها سواء كانت مزوجة.
أو
غير مزوجة، شابة أو عجوزا وإذا اختضبت عمت اليدين بالخضاب.
وأما
المحدة: فيحرم عليها، والخنثى كالرجل.
ويسن
لغير المحرمة إن كانت حليلة وإلا كره.
ولا
يسن لها نقش وتسويد وتطريف وتحمير وجنة، بل يحرم واحد من هذه على خلية ومن لم يأذن
لها حليلها.
الكتاب
: حاشية إعانة الطالبين ج2 ص387
“Al-Kurdi berkata: pewarna
pacar haram bagi laki-laki. Dikecualikan bagi wanita maka ada pemilahan, jika
hendak ihram maka disunahkan baginya baik sudah bersuami maupun belum, muda
maupun tua, di mana ketika memakai pacar diwarnai menyeluruh pada kedua
tangannya. Sedangkan wanita yang sedang iddah maka haram, serta pada banci maka
sebagaimana haramnya laki-laki.
Bagi selain wanita
berihram, disunahkan memakai pacar bagi wanita bersuami, bila belum bersuami
maka makruh.
Tidak disunahkan bagi
wanita mengecat kuku, mewarnai hitam, memacar kuku, serta memerahi pipi, bahkan
haram hal tersebut untuk wanita yang belum bersuami maupun wanita yang tidak
mendapat ijin suami atau tuannya.”
ويحرم
أيضا تجعيد شعرها ونشر أسنانها وهو تحديدها وترقيقها والخضاب بالسواد وتحمير الوجنة
بالحناء ونحوه وتطريف الأصابع مع السواد
الكتاب
: حاشية الجمل ج2 ص430
“Diharamkan juga
mengeriting rambut wanita, merenggangkan giginya yakni dengan mempertajam dan
menipiskannya, mewarnai dengan pacar hitam, memerahi pipi dengan hina’ dan
sejenisnya, serta memacari jari-jari besertaan warna pacarnya hitam.”
(
قَوْلُهُ : وَتَطْرِيفُ ) قَالَ ابْنُ الرِّفْعَةِ وَالْمُرَادُ بِالتَّطْرِيفِ
الْمُحَرَّمِ تَطْرِيفُ الْأَصَابِعِ بِالْحِنَّاءِ مَعَ السَّوَادِ أَمَّا
بِالْحِنَّاءِ وَحْدَهُ فَلَا شَكَّ فِي جَوَازِهِ شَرْحُ الْعُبَابِ وَكَذَا
يَنْبَغِي أَنْ يُقَالَ فِي النَّقْشِ سم
الكتاب
: تحفة المحتاج ج14 ص484
“Wa tathrif: Ibnu Rif’ah
dalam Syarh ‘Ubab berkata bahwa yang dimaksud tathrif yang diharamkan adalah
mewarnai kuku dengan pacar besertaan warnanya hitam, sedangkan hukum pacar
semata (tanpa tambahan hitam) maka tidak diragukan lagi kebolehannya. Ibnu Qasim
al-’Ubadi menambahkan, begitu juga ketentuan warna hitam ini berlaku dalam hukum
pengecatan kuku.”
ويحرم
تَجْعِيدُهُ أَيْ الشَّعْرِ وَوَشْرُ الْأَسْنَانِ أَيْ تَحْدِيدُهَا
وَتَرْقِيقُهَا لِلتَّغْرِيرِ وَلِلتَّعَرُّضِ لِلتُّهْمَةِ فِيهِمَا وَلِلْخَبَرِ
السَّابِقِ في الثَّانِي وَالْخِضَابُ بِالسَّوَادِ لِخَبَرِ يَكُونُ قَوْمٌ
يَخْضِبُونَ في آخَرِ الزَّمَانِ بِالسَّوَادِ كَحَوَاصِلِ الْحَمَامِ لَا
يَرِيحُونَ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ رَوَاهُ أبو دَاوُد وَغَيْرُهُ وَتَحْمِيرُ
الْوَجْنَةِ بِالْحِنَّاءِ أو نَحْوِهِ وَتَطْرِيفُ الْأَصَابِعِ بِهِ مع
السَّوَادِ لِلتَّعَرُّضِ لِلتُّهْمَةِ إلَّا بِإِذْنِ زَوْجٍ أو سَيِّدٍ لها في
جَمِيعِ ما ذُكِرَ بَعْدَ قَوْلِهِ حَرَامٌ فَيَجُوزُ لها ذلك لِأَنَّ له غَرَضًا
في تَزَيُّنِهَا له وقد أَذِنَ لها فيه وَخَالَفَ في التَّحْقِيقِ في الْوَصْلِ
وَالْوَشْرِ فَأَلْحَقَهُمَا بِالْوَشْمِ في الْمَنْعِ مُطْلَقًا
الكتاب
: أسنى المطالب ج1 ص173
“Diharamkan mengeriting
rambut dan merenggangkan giginya yakni dengan mempertajam dan menipiskannya
karena rentan manipulasi dan berpraduga negatif pada dirinya dalam dua perkara
tadi, haramnya pacar warna hitam juga dikarenakan hadits [akan ada kaum di akhir
jaman yang mewarnai dengan pacar hitam sebagaimana hitamnya tembolok burung
dara, mereka tidak bisa mencium bau surga, HR. Abu Dawud dan
lainnya].
[Diharamkan juga] memerahi
pipi dengan hina’ atau sejenisnya serta memacari jari-jari besertaan warna
pacarnya hitam, sebab menimbulkan pandangan negatif masyarakat, kecuali atas
ijin suami atau tuannya maka boleh semua hal yang diharamkan tadi. Hal itu
karena suami berhak atas pelayanan bersolek dari istrinya sedangkan dia telah
mengijinkan. Namun an-Nawawi dalam kitab Tahqiq tidak sepakat mengenai hukum
menyambung rambut dan merenggangkan gigi, ia menyamakannya dengan hukum tato
yakni mutlak haram.”
وكذا
يُسْتَحَبُّ خَضْبُ كَفَى الْمَرْأَةِ الْمُزَوَّجَةِ وَالْمَمْلُوكَةِ
وَقَدَمَيْهَا بِذَلِكَ لِأَنَّهُ زِينَةٌ وَهِيَ مَطْلُوبَةٌ منها لِزَوْجِهَا أو
سَيِّدِهَا تَعْمِيمًا لَا تَطْرِيقًا وَلَا نَقْشًا
الكتاب
: أسنى المطالب ج1 ص173
“Begitu juga disunahkan
memacari kedua telapak tangan dan kaki wanita bersuami atau hamba sahaya karena
itu adalah aksesoris baginya. Hal itu ditujukan untuk suami atau tuannya dengan
cara meratakan pemakaian pacar bukan dengan cara memacari atau mengecat ujung
jarinya semata.”
واما
الخضاب بالحناء فمستحب للمرأة المزوجة في يديها ورجليها تعميما لا تطريفا ويكره
لغيرها وقد اطلق البغوي وآخرون استحباب الخضاب للمرأة ومرادهم المزوجة
الكتاب
: المجموع شرح المهذب ج3 ص140
“Mewarnai dengan pacar
disunahkan bagi wanita bersuami pada kedua tangan dan kakinya, dengan cara
diratakan bukan sebatas ujung jari, serta makruh bagi selain wanita bersuami.
Namun al-Baghawi dan lainnya memutlakkan hukum sunah memakai pacar bagi wanita,
yakni wanita yang telah bersuami.”
نَصَّ
الشَّافِعِيَّةُ عَلَى أَنَّهُ يَحْرُمُ نَقْشُ يَدِ الْمَرْأَةِ الْمُحْرِمَةِ
بِالْحِنَّاءِ ، وَكَذَا تَطْرِيفُ الأْصَابِعِ وَتَسْوِيدُهَا لِمَا فِيهِ مِنَ
الزِّينَةِ وَإِزَالَةِ الشَّعَثِ الْمَأْمُورِ بِهِ فِي الإْحْرَامِ
الكتاب
: الموسوعة الفقهية ج41 ص149
“Asy-Syafi’i menegaskan
haramnya mengecat tangan wanita yang berihram dengan hina’, begitu juga memacari
kuku dan menghitamkannya, sebab memandang hal itu merupakan aksesoris serta
menjadikan hilangnya penampilan kusut yang diperintahkan dalam
ihram.”
قوله
( بشيء منه ) أي من المذكور وهو الحناء
وقوله
فتستر لون البشرة وإذا فعلت ذلك لا يجوز النظر ليديها مخضوبتين والحرمة باقية وإنما
أفاد الخضب نوع ستر في الجملة سم
قوله
( وخرج بالمرأة لرجل ) شامل للأمرد الجميل
قوله
( بل يحرم ) أي لغير عذركما نص عليه الإمام الشافعي ومحل الحرمة في البدن فلا ينافي
سن خضب لحيته بالحناء وكذا بالسواد في الجهاد ليظهر للكفار شبابه وقوته
الكتاب
: حاشية البجيرمي على شرح منهج ج2 ص117
“[Dengan sesuatu darinya]
yakni dari hina’ yang telah disebutkan
[Menutupi warna kulit]
ketika hal itu sudah dilakukan tetap tidak boleh melihat kedua tangan wanita
yang diberi pacar itu, hukum haramnya tetap, fungsi khidhab sebagai penutup
kulit hanya memandang secara global saja.
[Dikecualikan dari wanita
yaitu pada lelaki] termasuk di dalamnya pemuda berwajah manis.
[Bahkan haram] yakni tanpa
adanya udzur sebagaimana yang ditegaskan oleh asy-Syafi’i, letak keharamannya di
badan, sehingga tidak menegasikan sunahnya khidhab jenggot dengan pewarna hina’,
begitu juga dengan pewarna hitam dalam medan perang untuk mendemonstrasikan
fisik belia dan kekuatannya pada kaum kafir.”
اتَّفَقَ
الْفُقَهَاءُ عَلَى أَنَّهُ يُسْتَحَبُّ لِلرَّجُل أَنْ يَخْتَضِبَ فِي رَأْسِهِ
وَلِحْيَتِهِ لِتَغْيِيرِ الشَّيْبِ بِالْحِنَّاءِ وَنَحْوِهِ لِلأْحَادِيثِ
الْوَارِدَةِ فِي ذَلِكَ ، وَجَوَّزُوا لَهُ أَنْ يَخْتَضِبَ فِي جَمِيعِ أَجْزَاءِ
بَدَنِهِ مَا عَدَا الْكَفَّيْنِ وَالْقَدَمَيْنِ ، فَلاَ يَجُوزُ لَهُ أَنْ
يَخْتَضِبَ فِيهِمَا إِلاَّ لِعُذْرٍ ؛ لأِنَّ فِي اخْتِضَابِهِ فِيهِمَا
تَشَبُّهًا بِالنِّسَاءِ، وَالتَّشَبُّهُ بِالنِّسَاءِ مَحْظُورٌ
شَرْعًا
وَقَال
أَكْثَرُ الشَّافِعِيَّةِ وَبَعْضُ الْحَنَابِلَةِ بِحُرْمَتِهِ . وَقَال بَعْضُ
الْحَنَابِلَةِ وَصَاحِبُ الْمُحِيطِ مِنَ الْحَنَفِيَّةِ بِكَرَاهَتِهِ وَقَدْ
قَال رَسُول اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - لَعَنَ اللَّهُ
الْمُتَشَبِّهَاتِ مِنَ النِّسَاءِ بِالرِّجَال وَالْمُتَشَبِّهِينَ مِنَ الرِّجَال
بِالنِّسَاءِ . وَحُكْمُ الْخُنْثَى الْمُشْكِل كَحُكْمِ الرَّجُل فِي
هَذَا
الكتاب
: الموسوعة الفقهية ج2 ص284
“Para fuqaha sepakat
disunahkannya bagi lelaki untuk mewarnai pacar pada rambut kepala dan jenggotnya
untuk merubah warna uban sesuai dengan keterangan beberapa hadits, mereka juga
memperbolehkan mewarnai pacar pada seluruh bagian anggota tubuhnya selain kedua
telapak tangan dan kakinya, maka pada dua anggota tadi tidak diperbolehkan
kecuali dengan adanya udzur, sebab memandang pewarnaan pacar pada keduanya
menyerupai keadaan wanita, di mana hukum menyerupai wanita adalah
haram.
Kebanyakan ulama syafi’iah
dan sebagian hanabilah berpendapat tentang keharamannya. Sebagian yang lain dari
hanabilah serta pengarang kitab Muhith dari hanafiah berpendapat makruh.
Rasulullah bersabda: Allah melaknat golongan wanita yang menyerupai lelaki dan
golongan lelaki yang menyerupai wanita. Status hukum khuntsa musykil sebagaimana
lelaki dalam masalah ini.”
وَسُئِلَ
رَحِمَهُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى ما حُكْمُ حِنَّاءِ يَدَيْ الرَّجُلِ
وَرِجْلَيْهِ فَأَجَابَ نَفَعَنَا اللَّهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى بِعُلُومِهِ
بِقَوْلِهِ حُكْمُ حِنَّاءِ يَدَيْ الرَّجُلِ وَرِجْلَيْهِ أَنَّهُ لِغَيْرِ
ضَرُورَةٍ حَرَامٌ على الْمُعْتَمَدِ عِنْدَ النَّوَوِيِّ وَغَيْرِهِ لِأَنَّهُ من
زِينَةِ النِّسَاءِ
الكتاب
: الفتاوى الكبرى الفقهية ج4 ص257
“Ditanyakan: apa hukum
memakai pacar pada kedua tangan dan kaki lelaki ?. Dijawab: hukum pemakaian
pacar pada kedua tangan dan kaki lelaki, selain dalam kondisi darurat, haram
menurut pendapat yang mu’tamad dari an-Nawawi dan ulama lainnya, sebab termasuk
aksesoris bagi wanita.”
فأما
الخضاب للرجل فذكر الشيخ أنه لا بأس به فيما لا تشبه فيه بالنساء; لأن الأصل
الإباحة, ولا دليل للمنع, وأطلق في المستوعب: له الخضاب بالحناء, وقال في مكان آخر:
كرهه أحمد "قال أحمد": لأنه من الزينة.
الكتاب
: كتاب الفروع ج5 ص532
“Adapun mengenai memakai
pacar pada lelaki, Ibnu Qudamah berpendapat hal itu tidak masalah pada perkara
yang tidak dianggap menyerupai wanita, sebab hukum asal adalah boleh, serta
tidak ada dalil yang melarangnya. Di dalam kitab al-Mustau’ab ia memutlakkannya
bahwa boleh bagi lelaki memakai pewarna pacar, di tempat lainnya ia berkomentar
bila Ahmad Ibn Hanbal memakruhkannya, Imam Ahmad berkata: sebab hal itu termasuk
aksesoris wanita.” [Umam
Zein].