PERTANYAAN
:
Assalaamu'alaikUm, mau
nanya hukum keluar rumah ketika masa iddah ? tapi di situ keluar ke RS karena
nunggu orang tuanya,monggo musyawirot. [Zackiah
Iengin Setya].
JAWABAN
:
Waalaikumsalam. Tidak
diperbolehkan jika masih memungkinkan ditunggu oleh orang lain, keterangannya
diambil dari Hasyiyah Bujairomi ‘Alaa al-Khootib IV/52 :
تَنْبِيهٌ
: اقْتَصَرَ الْمُصَنِّفُ عَلَى الْحَاجَةِ إعْلَامًا بِجَوَازِهِ لِلضَّرُورَةِ
مِنْ بَابِ أَوْلَى كَأَنْ خَافَتْ عَلَى نَفْسِهَا تَلَفًا أَوْ فَاحِشَةً أَوْ
خَافَتْ عَلَى مَالِهَا أَوْ وَلَدِهَا مِنْ هَدْمٍ أَوْ غَرَقٍ .فَيَجُوزُ لَهَا
الِانْتِقَالُ لِلضَّرُورَةِ الدَّاعِيَةِ إلَى ذَلِكَ ، وَعُلِمَ مِنْ كَلَامِهِ
كَغَيْرِهِ تَحْرِيمُ خُرُوجِهَا لِغَيْرِ حَاجَةٍ وَهُوَ كَذَلِكَ ، كَخُرُوجِهَا
لِزِيَارَةٍ وَعِيَادَةٍ وَاسْتِنْمَاءِ مَالِ تِجَارَةٍ وَنَحْوِ ذَلِكَ
.
قَوْلُهُ
: ( وَنَحْوِ ذَلِكَ ) أَيْ كَخُرُوجِهَا لِجِنَازَةِ زَوْجِهَا أَوْ أَبِيهَا
مَثَلًا فَلَا يَجُوزُ .
Tujuan Pengarang kitab
membatasi bolehnya keluar bagi wanita yang sedang menjalani masa iddah bila ada
HAJAT (kepentingan, seperti bekerja mencukupi kebutuhannya) itu sekaligus
memberi pengertian juga diperbolehkan baginya keluar dalam keadaan DARURAT
seperti dia khawatir akan keselamatannya, kehormatannya, harta bendanya,
khawatir akan keselamatan anaknya, maka diperbolehkan baginya keluar rumah sebab
adanya darurat tersebut, ini berarti bila tidak unsur di atas tidak boleh
(haram) baginya keluar rumah tanpa ada keperluan seperti seperti diatas semisal
keluar untuk ziyaroh, menengok orang sakit, menjalankan usahanya agar hartanya
bertambah dan lain sebagainya.
Keterangan (dan lain
sebagainya) seperti keluarnya untuk menjenguk jenazah suaminya, ayahnya, maka
keluarnya tidak boleh. [Hasyiyah Bujairomi ‘Alaa al-Khootib XI/285]
Namun bila keluarnya ada
HAJAT (keperluan) seperti mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan dirinya (bagi
wanita yang menjalani masa iddah sementara tidak ada yang menafkahinya ) hukum
keluarnya DIPERBOLEHKAN
(
إلَّا لِحَاجَةٍ ) أَيْ فَيَجُوزُ لَهَا الْخُرُوجُ فِي عِدَّةِ وَفَاةٍ وَعِدَّةِ
وَطْءِ شُبْهَةٍ وَنِكَاحٍ فَاسِدٍ وَكَذَا بَائِنٌ وَمَفْسُوخٌ نِكَاحُهَا
وَضَابِطُ ذَلِكَ كُلُّ مُعْتَدَّةِ لَا تَجِبُ نَفَقَتُهَا وَلَمْ يَكُنْ لَهَا
مَنْ يَقْضِيهَا حَاجَتَهَا لَهَا الْخُرُوجُ فِي النَّهَارِ لِشِرَاءِ طَعَامٍ
وَقُطْنٍ وَكَتَّانٍ وَبَيْعِ غَزْلٍ وَنَحْوِهِ لِلْحَاجَةِ إلَى ذَلِكَ ، أَمَّا
مَنْ وَجَبَتْ نَفَقَتُهَا مِنْ رَجْعِيَّةٍ أَوْ بَائِنٍ حَامِلٍ أَوْ
مُسْتَبْرَأَةٍ فَلَا تَخْرُجُ إلَّا بِإِذْنٍ أَوْ ضَرُورَةٍ كَالزَّوْجَةِ ،
لِأَنَّهُنَّ مُكَفَّيَاتٌ بِنَفَقَةِ أَزْوَاجِهِنَّ وَكَذَا لَهَا الْخُرُوجُ
لِذَلِكَ لَيْلًا إنْ لَمْ يُمْكِنْهَا نَهَارًا وَكَذَا إلَى دَارِ جَارَتِهَا
لِغَزْلٍ وَحَدِيثٍ وَنَحْوِهِمَا لِلتَّأَنُّسِ لَكِنْ بِشَرْطِ أَنْ تَرْجِعَ
وَتَبِيتَ فِي بَيْتِهَا .
Diperbolehkah wanita dalam
masa iddah keluar rumah untuk bekerja memenuhi kebutuhannya sendiri dan
keluarganya dengan beberapa ketentuan :
1.keluarnya hanya semata-mata
mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhannya dan keluarganya yang seandainya tidak
keluar akan bisa menimbulkan masyaqoh
2.keluarnya dilakukan pada
siang hari dan tetap komitmen dengan aturan ihdad selain menetap di rumah
seperti tidak memakai wewangian, celak dll.
Diperbolehkan juga baginya
keluar untuk mencari nafkah pada malam hari selama tidak memungkinkan
melakukannya pada siang hari.
REFERENSI : ِAl-Bujairomi
‘Ala Al-Khotib XI/284, Al-Bajuri II/183, Syarah Al-Yaqut An-Nafis hlm.652-653,
Nihayah Al-Muhtaj VII/ 157, Al-Hawy Al-Kabir VII/324-326, Asy-Syarwany VIII/255.
[Masaji
Antoro].