Muhammad Zaekhirin
assalamual aikum
akhi/ ukhti, saya baru, saya
ingin tanya tentang sejarah walisongo, apakah benar Syeh Siti Jenar dipenggal kepalanya
oleh walisongo karena mengajarka n tasawuf sesat...?? ?
---------- ---------- ---------- ---------- ---------- ---------- ---------- ---------- ---------- ---------- ---------- ----
الصوفية الانوار
SIAPAKAH SYEH SITI JENAR
oleh Arief Suprapto pada 11 Juni 2010 jam 13:29
Irhamni Azmatkhan Oleh: KH.Shohibu l Faroji Al-Robbani
Nama asli Syekh Siti Jenar adalah Sayyid Hasan ’Ali
Al-Husaini ,
dilahirkan di Persia, Iran.
Kemudian setelah dewasa men dapat gelar
Syaikh Abdul Jalil. Dan ketika datang untuk berdakwah ke Caruban, sebelah
tenggara Cirebon. Dia mendapat gelar Syaikh Siti Jenar atau Syaikh Lemah Abang
atau Syaikh Lemah Brit.
Syaikh Siti Jenar adalah seorang sayyid atau habib keturunan dari
Rasulullah Saw. Nasab
lengkapnya adalah Syekh Siti
Jenar [Sayyid Hasan ’Ali] bin Sayyid Shalih bin Sayyid ’Isa ’Alawi bin Sayyid
Ahmad Syah Jalaluddin bin Sayyid
’Abdullah Khan bin Sayyid Abdul Malik Azmat Khan bin Sayyid 'Alwi 'Ammil Faqih
bin Sayyid Muhammad Shohib Mirbath bin Sayyid 'Ali Khali Qasam bin Sayyid 'Alwi
Shohib Baiti Jubair bin Sayyid Muhammad Maula Ash-Shaoum a'ah bin Sayyid 'Alwi al-Mubtaki r bin Sayyid 'Ubaidilla h bin Sayyid Ahmad Al-Muhajir bin Sayyid 'Isa An-Naqib bin Sayyid Muhammad
An-Naqib bin Sayyid 'Ali Al-'Uraidh i bin Imam Ja'far Ash-Shadiq bin Imam Muhammad al-Baqir bin Imam 'Ali Zainal
'Abidin bin Imam Husain Asy-Syahid bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi
Muhammad Rasulullah Saw.
Syaikh Siti Jenar lahir sekitar tahun 1404 M di Persia, Iran. Sejak
kecil ia berguru kepada ayahnya Sayyid Shalih dibidang Al-Qur’an dan
Tafsirnya. Dan Syaikh Siti Jenar kecil
berhasil menghafal Al-Qur’an usia 12 tahun.
Kemudian ketika Syaikh Siti Jenar berusia 17 tahun, maka ia bersama
ayahnya berdakwah dan berdagang ke Malaka. Tiba di Malaka ayahnya, yaitu Sayyid
Shalih, diangkat menjadi Mufti Malaka oleh Kesultanan Malaka dibawah pimpinan Sultan Muhammad Iskandar
Syah. Saat itu. Kesultanan
Malaka adalah di bawah komando Khalifah Muhammad 1, Kekhalifah an Turki Utsmani.
Akhirnya Syaikh Siti Jenar dan ayahnya bermukim di Malaka.
Kemudian pada tahun 1424 M, Ada perpindaha n kekuasaan antara Sultan Muhammad Iskandar Syah
kepada Sultan Mudzaffar Syah. Sekaligus pergantian mufti baru dari Sayyid Sholih [ayah Siti Jenar]
kepada Syaikh Syamsuddin Ahmad.
Pada akhir tahun 1425 M. Sayyid Shalih beserta anak dan istrinya pindah ke
Cirebon. Di Cirebon Sayyid Shalih menemui sepupunya yaitu Sayyid Kahfi bin
Sayyid Ahmad.
Posisi Sayyid Kahfi di Cirebon adalah sebagai Mursyid Thariqah
Al-Mu’taba rah
Al-Ahadiyy ah dari sanad Utsman
bin ’Affan. Sekaligus Penasehat Agama Islam Kesultanan Cirebon. Sayyid Kahfi kemudian
mengajarka n ilmu
Ma’rifatul lah kepada Siti Jenar
yang pada waktu itu berusia 20 tahun. Pada saat itu Mursyid
Al-Thariqa h
Al-Mu’taba rah
Al-Ahadiya h ada 4 orang, yaitu:
1. Maulana Malik Ibrahim, sebagai Mursyid Thariqah
al-Mu’taba rah
al-Ahadiyy ah, dari sanad
sayyidina Abu Bakar ash-Shiddi q,
untuk wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali, Sulawesi,
Kalimantan , Nusa Tenggara, Maluku, dan
sekitarnya
2. Sayyid Ahmad Faruqi Sirhindi, dari sanad Sayyidina ’Umar bin
Khattab, untuk wilayah Turki, Afrika Selatan, Mesir dan
sekitarnya ,
3. Sayyid Kahfi, dari sanad Sayyidina Utsman bin ’Affan, untuk wilayah Jawa
Barat, Banten, Sumatera, Champa, dan Asia tenggara
4. Sayyid Abu Abdullah Muhammad bin Ali bin Ja’far
al-Bilali, dari sanad Imam ’Ali bin
Abi Thalib, untuk wilayah Makkah, Madinah, Persia, Iraq, Pakistan, India,
Yaman.
Kitab-Kita b yang
dipelajari oleh Siti Jenar muda
kepada Sayyid Kahfi adalah Kitab Fusus Al-Hikam karya Ibnu ’Arabi, Kitab Insan
Kamil karya Abdul Karim al-Jilli, Ihya’ Ulumuddin karya
Al-Ghazali , Risalah
Qushairiya h karya Imam
al-Qushair i, Tafsir
Ma’rifatul lah karya Ruzbihan
Baqli, Kitab At-Thawasi n karya
Al-Hallaj, Kitab
At-Tajalli karya Abu Yazid
Al-Bustham iy. Dan Quth al-Qulub karya
Abu Thalib al-Makkiy.
Sedangkan dalam ilmu Fiqih Islam, Siti Jenar muda berguru kepada Sunan
Ampel selama 8 tahun. Dan belajar ilmu ushuluddin kepada Sunan Gunung Jati selama 2 tahun.
Setelah wafatnya Sayyid Kahfi, Siti Jenar diberi amanat untuk
menggantik annya sebagai Mursyid
Thariqah Al-Mu’taba rah
Al-Ahadiyy ah dengan sanad Utsman
bin ’Affan. Di antara murid-muri d Syaikh Siti Jenar adalah: Muhammad Abdullah
Burhanpuri , Ali Fansuri, Hamzah
Fansuri, Syamsuddin Pasai, Abdul Ra’uf
Sinkiliy, dan lain-lain.
KESALAHAN SEJARAH TENTANG SYAIKH SITI JENAR YANG MENJADI FITNAH adalah:
1. Menganggap bahwa
Syaikh Siti Jenar berasal dari cacing. Sejarah ini bertentang an dengan akal sehat manusia dan Syari’at Islam.
Tidak ada bukti referensi yang kuat bahwa Syaikh Siti Jenar berasal dari cacing.
Ini adalah sejarah bohong. Dalam sebuah naskah klasik, Serat
Candhakipu n Riwayat jati ; Alih
aksara; Perpustaka an Daerah
Propinsi Jawa Tengah, 2002, hlm. 1, cerita yg masih sangat populer tersebut
dibantah secara tegas, “Wondene kacariyos yen Lemahbang punika asal saking
cacing, punika ded, sajatosipu n
inggih pancen manungsa darah alit kemawon, griya ing dhusun
Lemahbang. ” [Adapun
diceritaka n kalau Lemahbang
(Syekh Siti Jenar) itu berasal dari cacing, itu salah.
Sebenarnya ia memang manusia yang
akrab dengan rakyat jelata, bertempat tinggal di desa Lemah Abang]….
2. “Ajaran Manunggali ng
Kawulo Gusti” yang diidentikk an
kepada Syaikh Siti Jenar oleh beberapa penulis sejarah Syaikh Siti Jenar adalah
bohong, tidak berdasar alias ngawur. Istilah itu berasal dari
Kitab-kita b Primbon Jawa.
Padahal dalam Suluk Syaikh Siti Jenar, beliau menggunaka n kalimat “Fana’ wal Baqa’. Fana’ Wal Baqa’ sangat
berbeda penafsiran nya dengan
Manunggali ng Kawulo Gusti. Istilah
Fana’ Wal Baqa’ merupakan ajaran tauhid, yang merujuk pada Firman Allah: ”Kullu
syai’in Haalikun Illa Wajhahu”, artinya “Segala sesuatu itu akan rusak dan
binasa kecuali Dzat Allah”. Syaikh Siti Jenar adalah penganut ajaran Tauhid
Sejati, Tauhid Fana’ wal Baqa’, Tauhid Qur’ani dan Tauhid Syar’iy.
3. Dalam beberapa buku diceritaka n bahwa Syaikh Siti Jenar
meninggalk an Sholat, Puasa
Ramadhan, Sholat Jum’at, Haji dsb. Syaikh Burhanpuri dalam Risalah Burhanpuri halaman 19 membantahn ya, ia berkata, “Saya berguru kepada Syaikh Siti
Jenar selama 9 tahun, saya melihat dengan mata kepala saya sendiri, bahwa dia
adalah pengamal Syari’at Islam Sejati, bahkan sholat sunnah yang dilakukan
Syaikh Siti Jenar adalah lebih banyak dari pada manusia biasa. Tidak pernah
bibirnya berhenti berdzikir “Allah..Al lah..Allah ” dan membaca Shalawat nabi, tidak pernah ia putus
puasa Daud, Senin-Kami s, puasa
Yaumul Bidh, dan tidak pernah saya melihat dia meninggalk an sholat Jum’at”.
4. Beberapa penulis telah menulis bahwa kematian Syaikh Siti Jenar,
dibunuh oleh Wali Songo, dan mayatnya berubah menjadi anjing. Bantahan saya:
“Ini suatu penghinaan kepada
seorang Waliyullah , seorang cucu
Rasulullah . Sungguh amat keji
dan biadab, seseorang yang menyebut Syaikh Siti Jenar lahir dari cacing dan
meninggal jadi anjing. Jika ada penulis menuliskan seperti itu. Berarti dia tidak bisa berfikir
jernih. Dalam teori Antropolog i
atau Biologi Quantum sekalipun.
Manusia lahir dari manusia dan akan wafat sebagai manusia. Maka saya
meluruskan riwayat ini
berdasarka n riwayat para habaib,
ulama’, kyai dan ajengan yang terpercaya kewara’ann ya. Mereka berkata bahwa Syaikh Siti Jenar
meninggal dalam kondisi sedang bersujud di Pengimaman Masjid Agung Cirebon. Setelah sholat Tahajjud.
Dan para santri baru mengetahui nya saat akan melaksanak an sholat shubuh.
5. Cerita bahwa Syaikh Siti Jenar dibunuh oleh Sembilan Wali adalah
bohong. Tidak memiliki literatur primer. Cerita itu hanyalah cerita fiktif yang
ditambah-t ambahi, agar kelihatan
dahsyat, dan laku bila dijadikan film atau sinetron. Bantahan saya: Wali Songo
adalah penegak Syari’at Islam di tanah Jawa. Padahal dalam
Maqaashidu s syarii’ah diajarkan
bahwa Islam itu memelihara
kehidupan [Hifzhun Nasal wal Hayaah]. Tidak boleh membunuh seorang jiwa yang
mukmin yang di dalam hatinya ada Iman kepada Allah. Tidaklah mungkin 9
waliyullah yang suci dari
keturunan Nabi Muhammad akan membunuh waliyullah dari keturunan yang sama.” Tidak bisa diterima akal
sehat.
Penghancur an sejarah
ini, menurut ahli Sejarah Islam Indonesia (Azyumardi Azra) adalah ulah Penjajah Belanda, untuk memecah
belah umat Islam agar selalu bertikai antara Sunni dengan Syi’ah, antara Ulama’
Syari’at dengan Ulama’ Hakikat. Bahkan Penjajah Belanda telah
mengklasif ikasikan umat Islam
Indonesia dengan Politik Devide et Empera [Politik Pecah Belah] dengan 3
kelas:
1. Kelas Santri [diidentik kan
dengan 9 Wali]
2. Kelas Priyayi [diidentik kan dengan Raden Fattah, Sultan Demak]
3. Kelas Abangan [diidentik kan dengan Syaikh Siti Jenar]
Wahai kaum muslimin.. .melihat fenomena seperti ini, maka kita harus
waspada terhadap upaya para kolonialis t, imprealis, zionis, freemasonr y yang berkedok orientalis terhadap penulisan sejarah Islam.
Hati-hati. ...jangan mau kita diadu
dengan sesama umat Islam. Jangan mau umat Islam ini pecah. Ulama’nya pecah. Mari
kita bersatu dalam naungan Islam untuk kejayaan Islam dan umat
Islam.