oleh Mbah Jenggot pada 09 November 2010 jam 10:40
Ratib Al-Haddad ini diambil dari nama penyusunny a, Yakni Imam Abdullah bin Alawi
Al-Haddad, seorang pembaharu
Islam (mujaddid) yang terkenal.
Dari doa-doa dan zikir-ziki r
karangan dan susunan beliau, Ratib Al-Haddad lah yang paling terkenal dan
masyhur. Ratib yang bergelar Al-Ratib Al-Syahir (Ratib Yang
Termasyhur ) disusun
berdasarka n
inspirasi, pada malam Lailatul
Qadar 27 Ramadhan 1071 Hijriyah (bersamaan 26 Mei 1661).
Ratib ini disusun atas permintaan salah seorang murid beliau, ‘Amir dari keluarga
Bani Sa’d yang tinggal di sebuah kampung di Shibam, Hadhramaut . Tujuan ‘Amir membuat permintaan tersebut untuk mengadakan suatu wirid dan zikir untuk amalan penduduk
kampungnya agar mereka dapat
mempertahan dan
menyelamat kan diri dari ajaran
sesat yang sedang melanda Hadhramaut ketika itu.
Pertama kalinya Ratib ini dibaca di kampung ‘Amir sendiri, yakni di
kota Shibam setelah mendapat izin dan ijazah daripada Al-Imam Abdullah Al-Haddad
sendiri. Selepas itu Ratib dibaca di Masjid Al-Imam Al-Haddad di Al-Hawi, Tarim
dalam tahun 1072 Hijriah bersamaan tahun 1661 Masehi. Pada
kebiasaann ya ratib ini dibaca
berjamaah bersama doa dan nafalnya, setelah solat Isya’. Pada bulan Ramadhan
dibaca sebelum solat Isya’. Mengikut Imam Al-Haddad di
kawasan-ka wasan di mana Ratib
al-Haddad ini diamalkan, dengan
izin Allah kawasan-ka wasan
tersebut selamat dipertahan kan dari
pengaruh sesat tersebut.
Ketahuilah bahawa
setiap ayat, doa, dan nama Allah yang disebutkan di dalam ratib ini dipetik dari Al-Quran dan
hadith Rasulullah S.A.W. Ini
berdasarka n sarana Imam
Al-Haddad sendiri. Beliau menyusun zikir-ziki r yang pendek yang dibaca berulang kali, dan
dengan itu memudahkan
pembacanya .
Keutamaan Rotib Hadad. (1)
Cerita-cer ita yang
dikumpulka n mengenai kelebihan
RatibAl-Ha ddad banyak tercatat
dalam buku Syarah Ratib Al-Haddad, antaranya: Telah berkata Habib Abu Bakar bin Abdullah
Al-Jufri yang bertempat tinggal di Seiwun (Hadhramau t): “Pada suatu masa kami
serombonga n sedang menuju ke
Makkah untuk menunaikan Haji,
bahtera kami terkandas tidak dapat meneruskan perjalanan nya kerana tidak ada angin yang
menolaknya . Maka kami berlabuh
di sebuah pantai, lalu kami isikan gerbah-ger bah (tempat isi air terbuat dari kulit) kami
dengan air, dan kami pun berangkat berjalan kaki siang dan malam, kerana kami
bimbang akan ketinggala n Haji.
Di suatu perhentian , kami cuba
meminum air dalam gerbah itu dan kami dapati airnya payau dan masin, lalu kami
buangkan air itu. Kami duduk tidak tahu apa yang mesti hendak dibuat. Maka saya
anjurkan rombongan kami itu untuk membaca Ratib Haddad ini,
mudah-muda han Allah akan
memberikan
kelapangan dari perkara yang
kami hadapi itu. Belum sempat kami habis membacanya , tiba-tiba kami lihat dari kejauhan
sekumpulan orang yang sedang
menunggang unta menuju ke tempat
kami, kami bergembira sekali.
Tetapi ketika mereka mendekati kami, kami dapati mereka itu
perompak-p erompak yang kerap
merampas harta-bend a orang yang
lalu-lalan g di situ. Namun
rupanya Allah Ta’ala telah melembutka n hati mereka bila mereka dapati kami terkandas di
situ, lalu mereka memberi kami minum dan mengajak kami
menunggang unta mereka untuk
disampaika n kami ke tempat
sekumpulan kaum Syarif* tanpa diganggu
kami sama sekali, dan dari situ kami pun berangkat lagi menuju ke Haji,
syukurlah atas bantuan Alloh SWT karena berkat membaca Ratib ini.
Cerita ini pula diberitaka n oleh seorang yang mencintai keturunan Sayyid,
katanya: “Sekali peristiwa saya berangkat dari negeri Ahsa’i menuju ke Hufuf. Di
perjalanan itu saya terlihat
kaum Badwi yang biasanya merampas hak orang yang melintasi
perjalanan itu. Saya pun
berhenti dan duduk, di mana tempat itu pula saya gariskan tanahnya
mengelilin giku dan saya duduk di
tengah-ten gahnya membaca Ratib
ini. Dengan kuasa Alloh mereka telah berlalu di hadapanku seperti orang yang
tidak menampakku , sedang aku
memandang mereka.” Begitu juga pernah berlaku semacam itu kepada seorang alim
yang mulia, namanya Hasan bin Harun ketika dia keluar
bersama-sa ma
teman-tema nnya dari negerinya di
sudut Oman menuju ke Hadhramaut .
Di perjalanan mereka dibajak
oleh gerombolan perompak, maka
dia menyuruh orang-oran g yang
bersama-sa manya membaca Ratib
ini. Alhamdulil lah,
gerombolan perompak itu tidak
mengapa-ap akan siapapun, malah
mereka berlalu dengan tidak mengganggu .
Apa yang diberitaka n
oleh seorang Arif Billah Abdul Wahid bin Subait Az-Zarafi, katanya: Ada seorang penguasa yang ganas yang
dikenal dengan nama Tahmas yang juga dikenal dengan nama Nadir Syah. Tahmas ini
adalah seorang penguasa ajam yang telah menguasai banyak dari
negeri-neg eri di
sekitarann ya. Dia telah
menyediaka n
tentaranya untuk memerangi
negeri Aughan. Sultan Aughan yang bernama Sulaiman mengutus orang kepada Imam
Habib Abdullah Haddad memberitah unya, bahwa Tahmas sedang
menyiapkan tentera untuk
menyerangn ya. Maka Habib
Abdullah Haddad mengirim Ratib ini dan menyuruh Sultan Sulaiman dan rakyatnya
membacanya . Sultan Sulaiman pun
mengamalka n bacaan Ratib ini dan
memerintah kan
tenteranya dan sekalian
rakyatnya untuk membaca Ratib i ini dengan bertitah: “Kita tidak akan dapat
dikuasai Tahmas kerana kita ada benteng yang kuat, iaitu Ratib Haddad ini.”
Benarlah apa yang dikatakan Sultan Sulaiman itu, bahwa negerinya terlepas dari
penyeranga n Tahmas dan
terselamat dari angkara penguasa yang
ganas itu dengan sebab berkat Ratib Haddad ini.
Saudara penulis Syarah Ratib Al-Haddad ini yang bernama Abdullah bin
Ahmad juga pernah mengalami peristiwa yang sama, yaitu ketika dia berangkat dari
negeri Syiher menuju ke bandar Syugrah dengan kapal, tiba-tiba angin macet tiada
bertiup lagi, lalu kapal itu pun terkandas tidak bergerak lagi. Agak lama kami
menunggu namun tidak berhasil juga. Maka saya mengajak
rekan-reka n membaca Ratib ini , maka
tidak berapa lama datang angin membawa kapal kami ke tujuannya dengan selamat
dengan berkah membaca Ratib ini.
Suatu pengalaman lagi
dari Sayyid Awadh Barakat Asy-Syathi ri Ba’alawi ketika dia belayar dengan kapal, lalu
kapal itu telah tersesat jalan sehingga membawanya terkandas di pinggir sebuah batu karang. Ketika
itu angin juga macet tidak dapat menggerakk an kapal itu keluar dari
bahayanya. Kami sekalian merasa
bimbang, lalu kami membaca Ratib ini dengan niat Alloh akan
menyelamat kan kami. Maka dengan
kuasa Alloh SWT datanglah angin dan menarik kami keluar dari tempat itu menuju
ke tempat tujuan kami. Maka kerana itu saya amalkan membaca Ratib ini. Pada
suatu malam saya tertidur sebelum membacanya , lalu saya bermimpi Habib Abdullah Haddad datang
mengingatk anku supaya membaca Ratib
ini, dan saya pun tersadar dari tidur dan terus membaca Ratib Haddad itu.
Di antaranya lagi apa yang diceritaka n oleh Syeikh Allamah Sufi murid Ahmad
Asy-Syajja r, iaitu Muhammad bin
Rumi Al-Hijazi, dia berkata:
“Saya bermimpi seolah-ola h saya
berada di hadapan Habib Abdullah Haddad, penyusun Ratib ini. Tiba-tiba datang
seorang lelaki memohon sesuatu daripada Habib Abdullah Haddad, maka dia telah
memberiku semacam rantai dan sayapun memberikan nya kepada orang itu. Pada hari besoknya, datang
kepadaku seorang lelaki dan meminta daripadaku ijazah (kebenaran guru) untuk membaca Ratib Haddad ini,
sebagaiman a yang
diijazahka n kepadaku oleh guruku
Ahmad Asy-Syajja r. Aku pun
memberitah u orang itu tentang
mimpiku semalam, yakni ketika saya berada di majlis Habib Abdullah Haddad, lalu
ada seorang yang datang kepadanya. Kalau begitu, kataku, engkaulah orang itu.” Dari
kebiasaan Syeikh Al-Hijazi ini, dia selalu membaca Ratib Haddad ketika saat
ketakutan baik di siang hari mahupun malamnya, dan memang jika dapat dibaca pada
kedua-dua masa itulah yang paling utama, sebagaiman a yang dipesan oleh penyusun Ratib ini sendiri.
Ada seorang dari kota Quds (Syam) sesudah dihayatiny a sendiri tentang banyak kelebihan membaca Ratib
ini, dia lalu membuat suatu ruang di sudut rumahnya yang dinamakan Tempat Baca
Ratib, di mana dikumpulka n orang
untuk mengamalka n bacaan Ratib ini di
situ pada waktu siang dan malam.
Di antaranya lagi, apa yang diberitaka n oleh Sayyid Ali bin Hassan, penduduk Mirbath,
katanya: “Sekali peristiwa aku tertidur sebelum aku membaca Ratib, aku lalu
bermimpi datang kepadaku seorang Malaikat mengatakan kepadaku: “Setiap malam kami para Malaikat
berkhidmat buatmu begini dan
begitu dari bermacam-m acam
kebaikan, tetapi pada malam ini kami tidak membuat apa-apa pun karena engkau
tidak membaca Ratib. Aku terus terjaga dari tidur lalu membaca Ratib Haddad itu
dengan serta-mert a.
Setengah kaum Sayyid bercerita tentang pengalaman nya: “Jika aku tertidur ketika aku membaca Ratib
sebelum aku menghabisk an
bacaannya, aku bermimpi melihat
berbagai-b agai hal yang
mengherank an, tetapi jika sudah
menghabisk an
bacaannya, tidak bermimpi apa-apa
pun.”
Di antara yang diberitaka n lagi, bahawa seorang pecinta kaum Sayyid,
Muhammad bin Ibrahim bin Muhammad Mughairiba n yang tinggal di negeri Shai’ar, dia
bercerita: “Dari adat kebiasaan
Sidi Habib Zainul Abidin bin Ali bin Sidi Abdullah Haddad yang selalu aku
berkhidmat kepadanya tidak
pernah sekalipun meninggalk an
bacaan Ratib ini. Tiba-tiba suatu malam kami tertidur pada awal waktu Isya',
kami tidak membaca Ratib dan tidak bersembahy ang Isya', semua orang termasuk Sidi Habib Zainul
Abidin. Kami tidak sedarkan diri melainkan di waktu pagi, di mana kami dapati
sebagian rumah kami terbakar.
Kini tahulah kami bahwa semua itu berlaku karena tidak membaca Ratib
ini. Sebab itu kemudian kami tidak pernah meninggalk an bacaannya lagi, dan apabila sudah
membacanya kami merasa tenteram,
tiada sesuatupun yang akan
membahayak an kami, dan kami
tidak bimbang lagi terhadap rumah kami, meskipun ia terbuat dari dedaunan korma,
dan bila kami tidak membacanya ,
hati kami tidak tenteram dan selalu kebimbanga n.”
Berkata Habib Alwi bin Ahmad, penulis Syarah Ratib
Al-Haddad: “Siapa yang melarang
orang membaca Ratib ini dan juga wirid-wiri d para salihin, niscaya dia akan ditimpa bencana
yang berat daripada Allah Ta’ala, dan hal ini pernah berlaku dan bukan
omong-omon g kosong.” Berkata
Sidi Habib Muhammad bin Zain bin Semait Ba’alawi di dalam kitabnya Ghayatul Qasd
Wal Murad: Telah berkata Saiyidina Habib Abdullah Haddad: “Siapa yang menentang
atau membangkan g orang yang
membaca Ratib kami ini dengan secara terang-ter angan atau disembunyi kan pembangkan gannya itu akan mendapat bencana seperti yang
ditimpa ke atas orang-oran g yang
membelakan gi zikir dan wirid
atau yang lalai hati mereka dari berzikir kepada Allah Ta’ala. Allah Ta’ala
berfirman: “Dan
barangsiap a yang berpaling dari
mengingati Ku, maka baginya akan
ditakdirka n hidup yang sempit.”
( Thaha: 124 )
Allah berfirman lagi: “Dan barangsiap a yang berpaling dari mengingati Tuhan Pemurah, Kami balakan baginya syaitan yang
diambilnya menjadi teman.” ( Az-Zukhruf : 36 )
Allah berfirman lagi: “Dan barangsiap a yang berpaling dari mengingat Tuhannya, Kami
akan menurukann ya kepada siksa
yang menyesakka n nafas.” ( Al-Jin:
17)
(1) Dipetik dari: Syarah Ratib Haddad: Analisa Dan Komentar - karangan
Syed Ahmad Semait, terbitan Pustaka Nasional Pte. Ltd.
ุงูุฑุงุชุจ ุงูุดููุฑ
ููุญุจูุจ ุนุจุฏ ุงููู ุจู ุนููู ุงูุญุฏุงุฏ
Ratib Al Haddad
Moga-moga Allah merahmatin ya
[Rahimahu Allahu Ta’ala]
ูููู ุงููุงุฑุฆ: ุงَููุงุชِุญَุฉ
ุฅَِูู ุญَุถْุฑَุฉِ ุณَِّูุฏَِูุง
َูุดَِููุนِู َุง
ََููุจِِّูู َุง
َูู
َْููุงَู ุง ู
ُุญَู
َّุฏ ุตูู ุงููู ุนููู
ูุณูู
- ุงููุงุชุญุฉ-
1. ุจِุณْู
ِ ุงِููู ุงูุฑَّุญْู
ِู ุงูุฑَّุญِْูู
ِ
ุงَْูุญَู
ْุฏُ ِููู ุฑَุจِّ
ุงْูุนَุงَูู
ِ َْูู.
ุงَูุฑَّุญْู
ู ِ
ุงูุฑَّุญِْูู
ِ. ู
ุงَِِูู َْููู
ِ
ุงูุฏِِّْูู ุฅِِّูุงَู َูุนْุจُุฏُ َูุฅَِّูุงَู َูุณْุชَุนِْู ُู. ุงِْูุฏَِูุง ุงูุตِّุฑَุงุทَ ุงْูู
ُุณْุชَู ِْูู
َ. ุตِุฑَุงุทَ ุงَّูุฐَِْูู ุฃَْูุนَู
ْุชَ ุนََِْูููู
ْ ุบَْูุฑِ ุงْูู
َุบْุถُู ْุจِ ุนََِْูููู
ْ َููุงَ ุงูุถَّุขِّูู َْู. ุขู
ِِْูู
2. ุงَُููู ูุงَ ุฅََِูู ุฅِูุงَّ َُูู ุงْูุญَُّู ุงَُّْْูููู ู
ُ ูุงَ ุชَุฃْุฎُุฐُُู ุณَِูุฉٌ َููุงَ َْููู
ٌ َُูู ู
َุง ِูู
ุงูุณَّู
َูุงุช ِ َูู
َุง ِูู ุงูุฃَุฑْุถِ
ู
َْู ุฐَุง ุงَّูุฐِْู َูุดَْูุนُ ุนِْูุฏَُู ุฅِูุงَّ ุจِุฅِุฐِِْูู َูุนَْูู
ُ ู
َุง ุจََْูู ุฃَْูุฏِِْูู ู
ْ َูู
َุง ุฎََُْูููู
ْ َููุงَ ُูุญِْูุทُْู َู ุจِุดَْูุกٍ ู
ِْู ุนِْูู
ِِู ุฅِูุงَّ ุจِู
َุง ุดَุขุกَ
َูุณِุนَ ُูุฑْุณُِّูู ُ
ุงูุณَّู
ََูุง ุชِ
َูุงูุฃَุฑْุถَ َููุงَ َูุคُุฏُُู
ุญِْูุธُُูู
َ ุง ََُููู ุงูุนَُِّูู
ุงูุนَุธِْูู
ُ .
3. ุขู
ََู ุงูุฑَّุณُْูู ُ
ุจِู
َุข ุฃُْูุฒَِู ุฅَِِْููู ู
ِْู ุฑَุจِّู َูุงْูู
ُุคْู
َُِْููู ٌُّูู ุขู
ََู ุจِุงِููู
َูู
َูุขุฆَِู ุชِِู
َُููุชُุจِِู
َูุฑُุณُِِูู ูุงَ َُููุฑُِّู ุจََْูู
ุฃَุญَุฏٍ ู
ِْู ุฑُุณُِِูู ََููุงُููุง ุณَู
ِุนْูุงَ َูุฃَุทَุนْูุง َ ุบُْูุฑุงََูู َ ุฑَุจََّูุง َูุฅََِْููู ุงْูู
َุตِْูุฑ ُ
.
4. ูุงََ َُُِّูููู ุงُููู َْููุณًุง ุฅِูุงَّ ُูุณْุนََูุง ََููุง ู
َุง َูุณَุจَุชْ
َูุนَََْููู ุง ู
َุง
ุงْูุชَุณَุจَุช ْ ุฑَุจََّูุง ูุงَ
ุชُุคَุงุฎِุฐْู َุข ุฅِْู َูุณَِْููุข ุฃَْู
ุฃَุฎْุทَุฃَْู ุง ุฑَุจََّูุง َููุงَ
ุชَุญْู
ِْู ุนَََْูููุง ุฅِุตْุฑًุง َูู
َุง ุญَู
َْูุชَُู ุนََูู ุงَّูุฐَِْูู ู
ِْู َูุจَِْููุง ุฑَุจََّูุง َููุงَ
ุชُุญَู
ِّْูู َุง ู
َุงูุงَ ุทَุงَูุฉَ
ََููุง ุจِِู َูุงุนُْู ุนََّูุง َูุงุบِْูุฑْ ََููุง َูุงุฑْุญَู
ْู ุข ุฃَْูุชَ ู
َْููุงََูุง َูุงْูุตُุฑْู ุงَ ุนََูู ุงَْْูููู
ِ ุงَْููุงِูุฑِ َْูู.
5 ูุงَ ุฅََِูู ุฅِูุงَّ ุงُููู َูุญْุฏَُู ูุงَ ุดَุฑَِْูู َُูู، َُูู ุงْูู
ُُْูู
ََُููู ุงْูุญَู
ْุฏُ ُูุญِْูู َُููู
ِْูุชُ
ََُููู ุนََูู ُِّูู ุดَْูุกٍ َูุฏِูุฑٌ. (X3)
”
6. ุณٌุจْุญَุงَู ุงِููู َูุงْูุญَู
ْุฏ ُ َِِّููู َููุงَ ุฅََِูู ุฅِูุงَّ ุงُْููู َูุงُููู ุงَْูุจَุฑُ.
(X3)
7.ุณُุจْุญَุงู َ ุงِููู
َูุจِุญَู
ْุฏِ ِู ุณُุจْุญุงََู ุงِููู
ุงْูุนَุธِْูู
ِ. (X3)
8. ุฑَุจََّูุง ุงุบِْูุฑْ ََููุง َูุชُุจْ ุนَََْูููุง ุฅََِّูู ุฃَْูุชَ
ุงูุชََّّูุงุจ ُ
ุงูุฑَّุญِْูู
ُ. (X3)
9.ุงََُّููู ู
َّ ุตَِّู
ุนََูู ู
ُุญَู
َّุฏٍ،
ุงََُّูููู
ّ َ ุตَِّู ุนََِْููู
َูุณَِّูู
ْ. ( X3)
10. ุฃَุนُْูุฐُ ุจَِِููู
َุงุช ِ ุงِููู ุงูุชَّุขู
َّุง ุชِ ู
ِْู ุดَุฑِّู
َุง ุฎَََูู. (X3)
11. ุจِุณْูู
ِ ุงِููู ุงَّูุฐِู ูุงَ َูุถُูุฑُّ ู
َุนَ ุงุณْูู
ِِู ุดَْูุกٌ ِูู
ุงูุฃَุฑْุถِ َููุงَ ِูู ุงْูุณَّู
َูุข ุกِ
ََُููู ุงْูุณَّู
ِْู ูุนُ
ุงْูุนَِْููู ู
ُ. (X3)
12. ุฑَุถَِْูููุง ุจِุงِููู
ุฑَุจًّุง َูุจِุงูุฅِุณْ ููุงَู
ِ ุฏًِْูููุง
َูุจِู
ُุญَู
ّ َุฏٍ
َูุจًِّููุง. (X3)
13. ุจِุณْู
ِ ุงِููู َูุงْูุญَู
ْุฏ ُ َِِّููู َูุงْูุฎَْูุฑ ُ َูุงูุดَّูุฑّ ُ ุจِู
َุดِْูุฆَ ูุฉِ ุงِููู. (X3)
14. ุขู
ََّูุง ุจِุงِููู َูุงَْูููู
ِ ุงูุขุฎِุฑِ ุชُุจْูุงَ ุฅَِูู ุงِููู ุจุงَุทِูุงً
َูุธَุงِูุฑًุง . (X3)
15. َูุง ุฑَุจََّูุง َูุงุนُْู ุนََّูุง َูุงู
ْุญُ ุงَّูุฐِْู َูุงَู ู
َِّูุง. (X3)
16. ูุงَ ุฐَุง ุงْูุฌَูุงَِู
َูุงูุฅِْูุฑุง َู
ِ ุฃَู
ِุชْูุงَ ุนََูู
ุฏِِْูู ุงูุฅِุณْูุงَู
ِ. (X7)
17. ูุงَ َُِّููู ูุงَ ู
َุชُِْููู ุฅَِْูู ุดَุฑَّ ุงูุธَّุงِูู
ِ َْููู. (X3)
18. ุฃَุตَْูุญَ ุงُููู ุฃُู
ُْูุฑَ ุงْูู
ُุณِْูู
َِْูู ุตَุฑََู ุงُููู ุดَุฑَّ
ุงْูู
ُุคْุฐِู َْู. (X3)
19. َููุง ุนَُِّูู َููุง َูุจِْูุฑُ َููุง ุนَِْููู
ُ َููุง َูุฏِْูุฑُ
َููุง ุณَู
ِูุนُ َููุง ุจَุตِْูุฑُ َููุง َูุทُِْูู َููุง ุฎَุจِْูุฑُ. (X3)
20. ูุงَ َูุงุฑِุฌَ ุงَููู
ِّ َูุง َูุงุดَِู ุงูุบَّู
ِّ َูุง ู
َْู
ِูุนَุจْุฏِِู َูุบِْูุฑُ
ََููุฑْุญَู
ُ . (X3)
21. ุฃَุณْุชَุบِْู ุฑُ ุงَููู
ุฑَุจَّ ุงْูุจَุฑَุงَู ุง
ุฃَุณْุชَุบِْู ุฑُ ุงَููู ู
َِู
ุงْูุฎَุทَุงูุง َ.(X4)
22. ูุงَ ุฅََِูู ุฅِูุงَّ ุงُููู. (X50)
23. ู
ُุญَู
َّุฏٌ ุฑَุณُُْูู ุงِููู ุตََّูู ุงُููู ุนََِْููู َูุขِِูู َูุณََّูู
َ
َูุดَุฑََّู ََููุฑَّู
َ َูู
َุฌَّุฏَ َูุนَุธَّู
َ َูุฑَุถَِู ุงُููู ุชَุนุงََูู ุนَْู ุขِู
َูุฃَุตْุญَุงุจ ِ ุฑَุณُِْูู ุงِููู
ุฃَุฌْู
َุนِْู َู،
َูุงูุชَّุงุจِ ุนَِْูู َูุชَุงุจِุนِ
ุงูุชَّุงุจِุนِ َْูู
ุจِุฅِุญْุณَุงู ٍ ู
ِْู َْููู
َِูุง َูุฐَุง
ุฅَِูู َْููู
ِ ุงูุฏِِّْูู َูุนََْูููุง َ ู
َุนَُูู
ْ َِِْููููู
ْ ุจِุฑَุญْู
َุชِ َู َูุง ุฃَุฑْุญَู
َ ุงูุฑَّุงุญِู
ِ َْูู.
24. ุจِุณْู
ุงِููู ุงูุฑَّุญْู
ِู ุงูุฑَّุญِْูู
ِ.
ُْูู َُูู ุงُููู ุฃَุญَูุฏٌ. ุงَُููู ุงูุตَّู
َูุฏُ . َูู
ْ َِูููุฏْ ََููู
ْ ٌَْููููุฏْ. ََููู
ْ َُْูููู َُูู ًُُููููุง ุฃَุญَูุฏٌ. (3X3)
25. ุจِุณْู
ุงِููู ุงูุฑَّุญْู
ِู ุงูุฑَّุญِْูู
ِ
ُْูู ุฃَุนُْูุฐُ ุจِุฑَุจِّ ุงََِْูููู، ู
ِْู ุดَุฑِّ ู
ุงَ ุฎَََูู، َูู
ِْู ุดَุฑِّ ุบَุงุณٍِู ุฅِุฐَุง
ََููุจَ، َูู
ِْู ุดَุฑِّ ุงََّّูููุงุซ َุงุชِ ِูู ุงْูุนَُูุฏِ، َูู
ِْู ุดَุฑِّ ุญَุงุณِุฏٍ ุฅِุฐَุง ุญَุณَุฏ
26. ุจِุณْู
ุงِููู ุงูุฑَّุญْู
ِู ุงูุฑَّุญِْูู
ِ
ُْูู ุฃَุนُْูุฐُ ุจِุฑَุจِّ ุงَّููุงุณِ، ู
َِِูู ุงَّููุงุณِ، ุฅَِِูู ุงَّููุงุณِ، ู
ِْู
ุดَุฑِّ ุงَْููุณَْูุง ุณِ
ุงْูุฎََّูุงุณ ِ، ุงََّูุฐِْู
َُููุณِْูุณُ ِูู ุตُุฏُْูุฑِ
ุงَّููุงุณِ، ู
َِู ุงْูุฌَِّูุฉِ
َูุงَّููุงุณِ .
27. ุงََْููุงุชِุญ َุฉَ
ุฅَِูู ุฑُูุญِ ุณَِّูุฏَِูุง
ุงَِْْููููู ِ
ุงْูู
َُูุฏَّ ู
ِ ู
ُุญَู
َّุฏ ุจِู ุนَِّูู
ุจุงَ ุนََِููู َูุฃُุตُِููู ِู
ْ
َُููุฑُูุนِู ِู
ْ ََّูููุฉِ
ุณَุงุฏَุงุชَِู ุง ุขِู ุฃَุจِู ุนََِููู
ุฃََّู ุงَููู ُูุนِْูู ุฏَุฑَุฌَุงุชِู ِู
ْ ِูู ุงْูุฌََّูุฉِ َََْููููุนُ َูุง ุจِِูู
ْ َูุจِุฃَุณْุฑَ ุงุฑِِูู
ْ َูุฃََْููุงุฑ ِ ِูู
ْ ِูู ุงูุฏِِّْูู َูุงูุฏُّْูู ุงَ َูุงูุขุฎِุฑَุฉ ِ.
28. ุงََْููุงุชِุญ َุฉَ
ุฅَِูู ุฃَุฑَْูุงุญِ ุณุงَุฏَุงุชَِู ุง ุงูุตُِّْููู َّุฉِ ุฃََْููู
َุง َูุงُููุง ِูู ู
َุดَุงุฑِِู ุงูุฃَุฑْุถِ
َูู
َุบَุงุฑِุจ َِูุง َูุญََّูุชْ
ุฃَุฑَْูุงุญُู ُู
ْ - ุฃََّู ุงَููู
ُูุนِْูู ุฏَุฑَุฌَุงุชِู ِู
ْ ِูู
ุงْูุฌََّูุฉِ
َََْููููุนُ َูุง ุจِِูู
ْ
َูุจِุนُُููู
ِِูู
ْ
َูุจِุฃَุณْุฑَ ุงุฑِِูู
ْ
َูุฃََْููุงุฑ ِ ِูู
ْ،
َُْูููุญُِู َูุง ุจِِูู
ْ ِูู ุฎَْูุฑٍ
َูุนَุงَِููุฉ ٍ.
29. ุงََْููุงุชِุญ َุฉَ
ุฅَِูู ุฑُْูุญِ ุตุงَุญِุจِ ุงูุฑَّุงุชِุจِ ُูุทْุจِ ุงูุฅِุฑْุดَุงุฏ ِ َูุบَْูุซِ ุงْูุนِุจَุงุฏِ َูุงْูุจِูุงَ ุฏِ ุงْูุญَุจِْูุจ ِ ุนَุจْุฏِ ุงِููู ุจِْู ุนََِููู
ุงْูุญَุฏَّุงุฏ
َูุฃُุตُِْูู ِู
َُููุฑُْูุนِ ِู ุฃََّู ุงَููู ُูุนِْูู
ุฏَุฑَุฌَุงุชِู ِู
ْ ِูู ุงْูุฌََّูุฉ
َََْููููุนُ َูุง ุจِِูู
ْ
َูุฃَุณْุฑَุงุฑ ِِูู
ْ
َูุฃََْููุงุฑ ِِูู
ْ
ุจَุฑََูุงุชِู ِู
ْ ِูู ุงูุฏِِّْูู
َูุงูุฏُّْูู ุงَ
َูุงูุขุฎِุฑَุฉ ِ.
30. ุงََْููุงุชِุญ َุฉ
ุฅَِูู َูุงَّูุฉِ ุนِุจَุงุฏِ ุงِููู ุงูุตّุงِูุญِู َู َูุงَْููุงِู ุฏِِْูู َูุฌَู
ِْูุนِ ุงْูู
ُุคْู
ِู َِูู َูุงْูู
ُุคْู
َِูุงุชِ َูุงْูู
ُุณْู ِู
َِْูู َูุงْูู
ُุณْู ِู
َุงุชِ ุฃَْู ุงَููู َูุบِْูุฑُ َُููู
ْ
ََููุฑْุญَู
ُ ُูู
ْ
َََْููููุนُ َูุง
ุจَุฃَุณْุฑَุงุฑ ِِูู
ْ
ูุจَุฑََูุงุชِ ِูู
ْ
31. (ููุฏุนู ุงููุงุฑุฆ):
ุงَْูุญَู
ْุฏُ ุงِููู ุฑَุจِّ
ุงูุนَุงَูู
ِู َْู ุญَู
ْุฏًุง َُููุงِูู
ِูุนَู
َُู ََُูููุงِูุฆ ُ
ู
َุฒِْูุฏَู،
ุงََُّูููู
ّ َ ุตَِّู ุนََูู
ุณَِّูุฏَِูุง ู
ُุญَู
َّุฏٍ ูุฃَِْูู
ุจَْูุชِِู َูุตَุญْุจِِู
َูุณَِّูู
ْ.
ุงََُّูููู
ّ َ ุฅَِّูุง
َูุณْุฃََُูู ุจِุญَِّู
ุงَْููุชِุญَุฉ ِ
ุงْูู
ُุนَุธَّ ู
َุฉِ
َูุงูุณَّุจْุน ِ
ุงْูู
َุซَุงِู ْู ุฃَْู ุชَْูุชَุญْ ََููุง
ุจُِِّูู ุฎَْูุฑ، َูุฃَْู ุชَุชََูุถَّู َ ุนَََْูููุง ุจُِِّูู ุฎَْูุฑ، َูุฃَْู
ุชَุฌْุนََْูู ุง ู
ِْู ุฃَِْูู
ุงْูุฎَْูุฑ، َูุฃَْู ุชُุนَุงู
ُِูู َุง
َูุง ู
َْููุงََูุง
ู
ُุนَุงู
ََูุช ََู ูุฃَِْูู ุงْูุฎَْูุฑ،
َูุฃَْู ุชَุญَْูุธََู ุง ِูู
ุฃَุฏَْูุงِูู َุง
َูุฃَُْููุณِ َูุง
َูุฃَْููุงَุฏ َِูุง
َูุฃَุตْุญَุงุจ َِูุง
َูุฃَุญْุจَุงุจ َِูุง ู
ِْู ُِّูู
ู
ِุญَْูุฉٍ َูุจُุคْุณٍ َูุถِْูุฑ ุฅََِّูู ٌَِّููู ُِّูู ุฎَْูุฑ
َูู
ُุชََูุถّ ٌَู ุจُِِّูู ุฎَْูุฑ
َูู
ُุนْุทٍ ُِِّููู ุฎَْูุฑ َูุง ุฃَุฑْุญَู
َ ุงูุฑَّุงุญِู
ِ ْูู.
32. ุงََُّูููู
ّ َ ุฅَِّูุง
َูุณْูุฃَُูู َ ุฑِุถَูุงَู
َูุงْูุฌََّู ูุฉَ
ََูููุนُْูุฐ ُ ุจَِู ู
ِْู ุณَูุฎَุทَِู
َูุงَّูููุงุฑ ِ. (X3)
Sumber :