PERTANYAAN :
Nur Bubuy
assalamual laikum
wr,wb.....
bpa ustadz sma ibu ustadz,buy mau tanya...kl au artinya istidraaj pa ych???
mhon jawaban'y. ...wasalam uallaikum wr.wb.
JAWABAN :
Masaji Antoro
Wa'alaikum salam
ISTIDRAJ
Bismillaah ir Rahmaanir
Rahiim
فَذَرْنِي وَمَنْ يُكَذِّبُ بِهَذَا الْحَدِيثِ سَنَسْتَدْ رِجُهُمْ مِنْ حَيْثُ لَا
يَعْلَمُون َ (44)
فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا
عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ
شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاه ُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ
مُبْلِسُون َ (44)
Allah SWT berfirman :
Maka serahkanla h (ya
Muhammad) kepada-Ku (urusan) orang-oran g yang mendustaka n Perkataan ini (Al Quran). Nanti Kami akan
menarik mereka dengan berangsur- angsur (ke arah kebinasaan ) dari arah yang tidak mereka ketahui, (QS 068 : 44)
Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun
membukakan semua
pintu-pint u
kesenangan untuk mereka;
sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka,
Kami siksa mereka dengan sekonyong- konyong, Maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.
(QS 006 : 44)
Makna ayat-ayat diatas dapat diketahui bahwa
‘istidraj’ adalah pemberian
Allah SWT kepada seseorang atas apa yang ia inginkan di dunia ini, agar ia
menikmatin ya dan tenggelam
didalam lautan kesenangan ,
mereka tidak menyadari bahwa apa-apa yang mereka sangka
kesenangan itu adalah sebuah
hukuman yang diulur-ulu r, agar
ia semakin jauh dari Allah SWT. Terlalu banyak di negeri kita ini,
orang-oran g yang bila
mendapatka n jabatan baru, lalu
ia bersujud karenanya seolah-ola h ia merasa telah mendapatka n karunia dari Allah SWT, ia tidak menyadari bahwa
hal itu akan menyusahka nnya
dikemudian hari. Berbeda dengan
para sahabat Nabi,saw., misalnya
Salman al Farisi,ra, yang
ditunjuk untuk menjabat sebagai gubernur di suatu daerah, ia menangis
karenanya, khawatir bila ia
tidak dapat menjalanka n amanah
itu dengan baik, dan tidak lama kemudian ia dicopot dari
jabatannya , justru ia melakukan
sujud syukur, karena lepas dari tanggung jawab yang sedemikian besar itu. Jadi istidraj adalah pisau yang
bermata dua, satu sisi berupa sesuatu yang menggembir akan hati, sedangkan sisi yang lain berupa ketidak
sadaran bahwa pemberian itu akan mencelakak annya. Oleh sebab itu bagi para salik, wajib
hukumnya untuk selalu merapat kepada gurunya, guna mendapatka n bimbingan yang terus menerus, sehingga bila ada
istidraj yang datang akan segera dapat diatasinya berkat barokah dari sang guru. Disebut istidraj,
apapun bentuknya baik itu yang dhahir ataupun yang batin akan sulit dikenali.
Syaikhuna (semoga Allah merahmatin ya) berkata : ‘Musibah adalah, bilamana seseorang
diberi harta yang banyak lalu tidak mampu menggunaka nnya dijalan agama, diberikan pangkat yang tinggi
namun tidak mampu menegakkan
syariat, Allah SWT menyelipka n
didalam hatinya istidraj.’ Dan
beliau juga berkata : ‘Celakalah
orang yang berdakwah merasa bagai orang suci, pandai berbicara dan mengajak
orang lain untuk banyak beribadah, padahal dalam diri orang itu tidak banyak
ibadahnya dan peribadata nnya
tidak bernilai tinggi. Dia menukar ilmunya dengan sesuatu yang bersifat duniawi,
yang sejak dari rumah memang sudah diharapkan nya. Jelas! Itu bukan peribadata n, itu adalah istidraj.’
Imam Abul Hasan an-Nuri, atau yang dikenal dengan Imam Nuri,qs.,
menceritak an kisahnya :
‘Bertahun- tahun aku berjuang,
menahan diriku dalam penjara dan berpaling dari orang-oran g lain. Betapapun wara-nya aku, jalan yang ingin
kutempuh tidak juga terbuka untukku. Aku harus melakukan sesuatu untuk
memperbaik i diriku. Aku
mendengar bahwa hati para mistik dapat mengetahui rahasia dari apa pun yang mereka lihat dan
dengar. Sedangkan aku tidak begitu, aku berkata : ‘Benar apa yang diucapkan oleh
para nabi dan para wali. Mungkin aku munafik dalam perjuangan ku, dan kerusakann ya berdampak pada diriku sendiri. Disini tak ada
tempat bagi perbedaan pendapat.’
Aku melanjutka n, ‘Sekarang aku
akan mencermati diriku sendiri
dan mencari tahu apa yang salah.’ Aku memandangi diriku sendiri. Dan aku pun menemukan apa yang
salah pada diriku, yakni jiwa badaniahku menyatu dengan hatiku. Bila jiwa badaniah menyatu
dengan hati, itu namanya bencana, karena apapun yang berkilau di hati, jiwa
badaniah akan mengambil bagiannya. Aku pun menyadari bahwa inilah penyebab dilemma
yang aku hadapi, segala yang memasuki hatiku dari Istana Tuhan, jiwa
badaniahku akan selalu mengambil
bagiannya. Sejak saat itu, aku
menjauhi apa pun yang memuaskan jiwa badaniyahk u, dan mengambil sesuatu
selainnya. Misalnya, jika salat
atau puasa atau sedekah atau mengasingk an diri atau bergaul dengan para sahabatku
memuaskan jiwa badaniahku , maka
aku akan memotong dan mebuang jauh-jauh segala kepuasan itu. Akhirnya
rahasia-ra hasia mistis mulai
terwujud dalam diriku. Lalu aku berjalan menyusuri sungai Tigris dan berdiri
diantara dua sampan. ‘Aku takkan pergi, kataku, sampai seekor ikan terjerat
jalaku.’ Akhirnya, seekor ikan terjerat jalaku. Saat aku mengambil ikan itu,
akau memekik, ‘Segala puji bagi Allah, urusan-uru sanku telah berjalan dengan baik!’ Aku pergi
menemui Imam Junayd,ra. , dan
berkata padanya, ‘Sebuah karunia telah dianugerah kan padaku!’ ‘Abul Hasan,’ ujar Imam
Junayd,ra. , ‘Jika seekor ular yang
terjerat jalamu, dan bukannya seekor ikan, itu baru suatu tanda karunia. Namun
karena dirimu sendiri terlibat, itu adalah muslihat bukan karunia. Karena tanda
dari suatu karunia adalah engkau tidak terlibat sama sekali.’
Kisah diatas sungguh hebat, istidraj tidak saja hinggap kepada orang
awam, tetapi hinggap juga kepada penempuh jalan kesucian, namun
kesadarann ya dapat segera
bangkit, karena mereka bersahabat dengan para sufi yang lain, yang mempunyai
kedudukan yang mulia. Berkat persahabat annya dijalan Allah itu, maka yang satu dengan
yang lain akan saling membantu dan mengingatk an. Syaikhuna (semoga Allah
merahmatin ya) sering berkata
kepada para murid-muri dnya :
‘Jika engkau merasa sedang dalam tekanan kehidupan yang keras, lalu engkau
berdoa agar segera berlalu, namun Allah malah menekannya lebih keras lagi, itu tanda sebuah karunia besar
yang sedang engkau hadapi.’ Oleh karenanya Imam Sibly,qs., murid dari Imam Junayd,ra. , pernah berdoa : ‘Yaa Allah aku
berlindung kepada-Mu dari-Mu.’
Yakni, untuk dapat membedakan
apakah pemberiaan dari Allah SWT
itu merupakan istidraj atau anugerah. Jika imamnya para syaikh sufi saja berdoa
seperti ini, bagaimana kita bisa mengenali sebuah istidraj yang datang kepada
kita? Mari para sahabat, segera kita berlidung kepada Allah SWT dari
fitnah-fit nah dunia ini,
berharap kiranya Allah menghingga pkan nadam (daya sesal) atas dosa-dosa yang secara
sengaja dilakukan ataupun yang tidak sengaja, yang terlihat maupun tidak
terlihat dan yang terasa ataupun yang tidak terasa serta
memberikan kegagahan kepada kita
didalam melakukan pertaubata n.
Semoga Allah SWT mensucikan dan
mengampuni dosa-dosa kita, amiin ya
Allah ya Rabbal Alamiin.