PERTANYAAN
:
Assalamu 'alaikum
warohmatullah wabarokaatuh. Saya mau tanya teman-teman : Sudah menjadi tradisi
di indonesia khususnya di pulau jawa, bahwa setiap ada orang melahirkan, maka
mereka [keluarganya] mengubur ari-ari si bayi, di samping / di depan rumahnya,
yang terkadang saat mengubur disertakan juga dengan bumbu masak, seperti [bawang
garam dll] kemudian saat malam tiba di beri penerangan [lampu] selama beberapa
hari. PERTANYAAN :
1. bolehkah hal yang
demikian itu dilakukan, dan apa tujuannya ?
2. adakah dalil dari
perbuatan seperti itu ?
3. adakah hal yang dapat di
lakukan selain menguburnya [ari-ari] ? Mohon pencerahannya... ^_^ Sebelum dan
sesudahnya saya ucapkan banyak terima kasih. [Bangtoyyib
Ingin Pulang].
JAWABAN
:
Wa'alaikumsalam. Ari-ari
bayi yaitu tempat janin selama dalam kandungan bukanlah termasuk bagian tubuh
dari bayi dan juga bukan bagian dari ibu si bayi, sehingga tidak ada kewajiban
sama sekali dalam hal memandikan atau menguburnya. Oleh karena itu,
diperbolehkan untuk tidak dikubur bahkan dibuang sekalipun (selama tidak
mengganggu orang lain). Adapun berkeyakinan dengan memberi lampu dapat menerangi
hati si bayi atau dengan memberi cabai dapat menjadikan si bayi pemberani,
hukumnya haram bahkan dapat menyebabkan kesyirikan jika meyakini lampu dan cabai
itu yang memberikan pengaruh bukan Allah, –wal ‘iyadzu billah min
dzalik-.
ﺣﻮﺍﺷﻲ ﺍﻟﺸﺮﻭﺍﻧﻲ) –ﺝ/
3ﺹ161
ﻗﻮﻟﻪ) :ﻭﻟﻮ ﻣﺎ ﻳﻘﻄﻊ ﻟﻠﺨﺘﺎﻥ(ﻓﺮﻉ)
ﻫﻞ ﺍﻟﻤﺸﻴﻤﺔ ﺟﺰﺀ ﻣﻦ ﺍﻻﻡ ﺃﻭ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﻮﻟﻮﺩ ﺣﺘﻰ ﺇﺫﺍ ﻣﺎﺕ ﺃﺣﺪﻫﻤﺎ ﻋﻘﺐ ﺍﻧﻔﺼﺎﻟﻬﺎ ﻛﺎﻥ ﻟﻬﺎ ﺣﻜﻢ
ﺍﻟﺠﺰﺀ ﺍﻟﻤﻨﻔﺼﻞ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﻓﻴﺠﺐ ﺩﻓﻨﻬﺎ ﻭﺇﺫﺍ ﻭﺟﺪﺕ ﻭﺣﺪﻫﺎ ﻭﺟﺐ ﺗﺠﻬﻴﺰﻫﺎ ﻭﺍﻟﺼﻼﺓ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﻛﺒﻘﻴﺔ
ﺍﻻﺟﺰﺍﺀ ﺃﻭ ﻻﻧﻬﺎ ﻻ ﺗﻌﺪ ﻣﻦ ﺃﺟﺰﺍﺀ ﻭﺍﺣﺪ ﻣﻨﻬﻤﺎ ﺧﺼﻮﺻﺎ ﺍﻟﻤﻮﻟﻮﺩ ﻓﻴﻪ ﻧﻈﺮ ﻓﻠﻴﺘﺄﻣﻞ ﺳﻢ ﻋﻠﻰ
ﺍﻟﻤﻨﻬﺞ ﺃﻗﻮﻝ ﺍﻟﻈﺎﻫﺮ ﺃﻧﻪ ﻻ ﻳﺠﺐ ﻓﻴﻬﺎ ﺷﺊﻉ ﺵ ﻋﺒﺎﺭﺓ ﺍﻟﺒﺠﻴﺮﻣﻲ ﺃﻣﺎ ﺍﻟﻤﺸﻴﻤﺔ ﺍﻟﻤﺴﻤﺎﺓ
ﺑﺎﻟﺨﻼﺹﺍﻟﺘﻲ ﺗﻘﻄﻊ ﻣﻦ ﺍﻟﻮﻟﺪ ﻓﻬﻲ ﺟﺰﺀ ﻣﻨﻪ ﻭﺃﻣﺎ ﺍﻟﻤﺸﻴﻤﺔ ﺍﻟﺘﻲ ﻓﻴﻬﺎ ﺍﻟﻮﻟﺪ ﻓﻠﻴﺴﺖ ﺟﺰﺃ ﻣﻦ
ﺍﻻﻡ ﻭﻻ ﻣﻦ ﺍﻟﻮﻟﺪﻗﻠﻴﻮﺑﻲ ﻭﺑﺮﻣﺎﻭﻱ ﺍﻩ . ﺣﺎﺷﻴﺔ ﺍﻟﺠﻤﻞ) –ﺝ/ 7ﺹ143
ﻭَﻋِﺒَﺎﺭَﺓُ ﺍﻟْﺒِﺮْﻣَﺎﻭِﻱِّ
ﺃَﻣَّﺎ ﺍﻟْﻤَﺸِﻴﻤَﺔُ ﺍﻟْﻤُﺴَﻤَّﺎﺓُ ﺑِﺎﻟْﺨَﻠَﺎﺹِ ﻓَﻜَﺎﻟْﺠُﺰْﺀِ؛ﻟِﺄَﻧَّﻬَﺎ ﺗُﻘْﻄَﻊُ
ﻣِﻦْ ﺍﻟْﻮَﻟَﺪِ ﻓَﻬِﻲَ ﺟُﺰْﺀٌ ﻣِﻨْﻪُ ﻭَﺃَﻣَّﺎ ﺍﻟْﻤَﺸِﻴﻤَﺔُ ﺍﻟَّﺘِﻲ ﻓِﻴﻬَﺎ
ﺍﻟْﻮَﻟَﺪُ،ﻓَﻠَﻴْﺴَﺖْ ﺟُﺰْﺀًﺍ ﻣِﻦْ ﺍﻟْﺄُﻡِّ ﻭَﻟَﺎ ﻣِﻦْ ﺍﻟْﻮَﻟَﺪِ ﺍﻧْﺘَﻬَﺖْ .
ﺣﺎﺷﻴﺔ ﺍﻟﺒﺠﻴﺮﻣﻲ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺨﻄﻴﺐ– )ﺝ/ 3ﺹ245 (
ﻭَﺍﻟْﻤَﺸِﻴﻤَﺔُ ﺍﻟْﺨَﺎﺭِﺟَﺔُ ﻣَﻊَ
ﺍﻟْﻮَﻟَﺪِ ﻃَﺎﻫِﺮَﺓٌ ﻭَﻫَﻞْ ﻫِﻲَ ﺟُﺰْﺀٌ ﻣِﻦْ ﺍﻟْﺄُﻡِّ ﺃَﻭْ ﻣِﻦْ ﺍﻟْﻮَﻟَﺪِ
ﻭَﻳَﺘَﺮَﺗَّﺐُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺇﺫَﺍ ﻣَﺎﺕَ ﺃَﺣَﺪُﻫُﻤَﺎ ﻳَﺠِﺐُ ﺩَﻓْﻨُﻬَﺎ ﻣَﻌَﻪُ،ﻭَﺗَﺼِﺢُّ
ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓُ ﻋَﻠَﻴْﻬَﺎ ﻭَﻏُﺴْﻠُﻬَﺎ ﻭَﺗَﻜْﻔِﻴﻨُﻬَﺎ ﻭَﻣُﻮَﺍﺭَﺍﺗُﻬَﺎ ﻓِﻴﻪِ ﻧَﻈَﺮٌ ﺍ
ﻫـ ﺭَﺣْﻤَﺎﻧِﻲٌّ . ﺣﺎﺷﻴﺘﺎ ﻗﻠﻴﻮﺑﻲ–ﻭﻋﻤﻴﺮﺓ) –ﺝ / 4ﺹ407 (
ﺃَﻣَّﺎ ﺍﻟْﻤَﺸِﻴﻤَﺔُ ﺍﻟَّﺘِﻲ
ﻓِﻴﻬَﺎ ﺍﻟْﻮَﻟَﺪُ ﻓَﻠَﻴْﺴَﺖْ ﺟُﺰْﺀًﺍ ﻣِﻦْ ﺍﻟْﺄُﻡِّ ﻭَﻟَﺎ ﻣِﻦْ ﺍﻟْﻮَﻟَﺪِ ﺍﻧْﺘَﻬَﻰ
. ﺍﻟﻔﺘﺎﻭﻯ ﺍﻟﻔﻘﻬﻴﺔ ﺍﻟﻜﺒﺮﻯ) –ﺝ/ 3 ﺹ70 )
ﺏَﺍﺏُ
ﺻَﻠَﺎﺓِ ﺍﻟِﺎﺳْﺘِﺴْﻘَﺎﺀِ)ﻭَﺳُﺌِﻞَ( ﺭَﺿِﻲَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻨْﻪُ ﻣَﺎ ﻗَﻮْﻝُ ﻣَﻦْ ﻳَﻘُﻮﻝُ
ﺑِﺴَﻌْﺪِ ﺍﻟْﻤَﻨَﺎﺯِﻝِ ﻭَﺑِﺤُﺴْﻨِﻬَﺎ ﻭَﻣَﺎ ﻳَﻜُﻮﻥُ ﺟَﻮَﺍﺏُ ﻣَﻦْ ﻳُﺴْﺄَﻝُ ﻋَﻦْ
ﻳَﻮْﻡِ ﻛَﺬَﺍ ﻳَﺼْﻠُﺢُ ﻟِﻨَﻘْﻠَﺔٍ ﺃَﻭْ ﺗَﺰْﻭِﻳﺞٍ) ؟ﻓَﺄَﺟَﺎﺏَ(ﺑِﻘَﻮْﻟِﻪِ: ﻣَﻦْ
ﺃَﺿَﺎﻑَ ﺍﻟﺘَّﺄْﺛِﻴﺮَ ﺇﻟَﻰ ﺍﻟْﻤَﻨَﺎﺯِﻝِ ﺃَﻭْ ﺍﻟْﻜَﻮَﺍﻛِﺐِ ﺃَﻭْ ﺍﻟْﺒُﺮُﻭﺝِ ﺃَﻭْ
ﺍﻟْﺄَﻳَّﺎﻡِ ﺃَﻭْ ﻧَﺤْﻮِ ﺫَﻟِﻚَ ﻓَﺈِﻥْ ﺃَﺭَﺍﺩَ ﺃَﻥَّ ﺫَﻟِﻚَ ﻣِﻦْ ﺣَﻴْﺚُ ﺇﻥَّ
ﺍﻟﻠَّﻪَ ﺃَﺟْﺮَﻯ ﻋَﺎﺩَﺗَﻪُ ﺍﻟْﺈِﻟَﻬِﻴَّﺔِ ﺑِﻮُﻗُﻮﻉِ ﺫَﻟِﻚَ ﺍﻟْﺄَﻣْﺮِ ﻋِﻨْﺪَ
ﺫَﻟِﻚَ ﺍﻟﺸَّﻲْﺀِ ﻟَﻢْ ﻳَﺤْﺮُﻡْ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺑَﻞْ ﻳُﻜْﺮَﻩُ ﻟَﻪُ ﺫَﻟِﻚَ ﻭَﺇِﻥْ ﺃَﺭَﺍﺩَ
ﺃَﻥَّ ﻧَﺤْﻮَ ﺍﻟْﻤَﻨْﺰِﻝِ ﺃَﻭْ ﺍﻟْﻜَﻮْﻛَﺐِ ﻣُﺆَﺛِّﺮٌ ﺑِﻨَﻔْﺴِﻪِ ﻛَﻔَﺮَ ﻭَﺃَﺻْﻞُ
ﺫَﻟِﻚَ ﻣَﺎ ﻗَﺎﻟَﻪُ ﺍﻟْﺄَﺋِﻤَّﺔُ ﻓِﻴﻤَﻦْ ﻳَﻘُﻮﻝُ ﻣُﻄِﺮْﻧَﺎ ﺑِﻨَﻮْﺀِ ﻛَﺬَﺍ
ﻓَﻌُﻠِﻢَ ﺃَﻥَّ ﻣَﻦْ ﺳُﺌِﻞَ ﻋَﻦْ ﻳَﻮْﻡٍ ﻳَﺼْﻠُﺢُ ﻟِﻨَﺤْﻮِ ﻧَﻘْﻠَﺔٍ.ﻳَﻨْﺒَﻐِﻲ ﺃَﻥْ
ﻟَﺎ ﻳُﺠِﻴﺐَ ﺑِﺸَﻲْﺀٍ ﻣِﻦْ ﺣَﻴْﺚُ ﺍﻟْﻴَﻮْﻡُ ﺑَﻞْ ﻳَﺄْﻣُﺮُ ﺑِﺎﻟِﺎﺳْﺘِﺨَﺎﺭَﺓِ
ﻭَﺍﻟْﻔِﻌْﻞِ ﺑَﻌْﺪَﻫَﺎ ﺇﻥْ ﺍﻧْﺸَﺮَﺡَ ﻟَﻪُ ﺍﻟﺼَّﺪْﺭُ ﻟِﺄَﻥَّ ﻫَﺬَﺍ ﻫُﻮَ ﺍﻟﺴُّﻨَّﺔُ
ﻭَﺧِﻠَﺎﻑُ ﺍﻟْﻤَﺄْﻟُﻮﻑِ ﻣِﻦْ ﺍﻟْﺠَﻬَﻠَﺔِ ﺍﻟْﻤُﺸْﺘَﻐِﻠِﻴﻦَ ﺑِﻤَﺎ ﻟَﺎ ﻳَﺤِﻞُّ ﻣِﻦْ
ﻋِﻠْﻢِ ﺍﻟﺮَّﻣْﻞِ ﻭَﺃَﻣْﺜَﺎﻟِﻪِ ﻫُﻮَ ﺍﻟْﺒِﺪْﻋَﺔُ ﺍﻟْﻘَﺒِﻴﺤَﺔُ
ﺍﻟْﻤُﺤَﺮَّﻣَﺔُ
MASYIMAH terbagi atas dua
macam :
1. Masyimah yang tersambung
dengan pusar (ari-ari)
2. Masyimah pembungkus bayi
(uterus)
Masyimah hukumnya suci.
Sedangkan hukumnya sebagai berikut :
1.Masyimah (ari-ari) sunah
dikuburkan bila bayinya tidak mati seketika oada waktu pemotongan sedang bila
bayinya mati sat pemotongan atau lahir sudah dalam keadaan mati maka hukumnya
sama dengan bayinya (Wajib dikuburkan)
2.Masyimah pembungkus bayi
(uterus) tidak terdapati kewajiban apapun.Ketentuandiatas berpijak pada pendapat
al-Barmawi
(
وَالْجُزْءُ الْمُنْفَصِلُ ) بِنَفْسِهِ أَوْ بِفِعْلِ فَاعِلٍ ( مِنْ )
الْحَيَوَانِ ( الْحَيِّ ) ( كَمَيْتَتِهِ ) طَهَارَةً وَضِدَّهَا لِخَبَرِ { مَا
قُطِعَ مِنْ حَيٍّ فَهُوَ مَيِّتٌ } فَالْيَدُ مِنْ الْآدَمِيِّ طَاهِرَةٌ وَلَوْ
مَقْطُوعَةً فِي سَرِقَةٍ أَوْ كَانَ الْجُزْءُ مِنْ سَمَكٍ أَوْ جَرَادٍ وَمِنْ
نَحْوِ الشَّاةِ نَجِسَةٌ ، وَمِنْهُ الْمَشِيمَةُ الَّتِي فِيهَا الْوَلَدُ
طَاهِرَةٌ مِنْ الْآدَمِيِّ ، نَجِسَةٌ مِنْ غَيْرِهِ .
Bagian tubuh yang terpisah
dengan sendirinya atau akibat perbuatan seseorang dari yang hidup hukumnya
seperti bangkainya baik dalam kesucian atau kenajisannya berdasarkan hadits
“Yang terpisah dari yang hidup seperti bangkai” maka tangan yang terpisah dari
manusia hukumnya suci meskipun terpotong akibat pencurian atau bagian tubuh dari
ikan air atau belalang (maka suci).Sedang yang terpotong dari semacam kambing
maka najis.Termasuk masyimah yang didalamnya terdapati anak, bila dari manusia
maka suci, bila dari selainnya maka najis. [ Hasyiyah as-Syibro Malisy II/15
].
(
فَرْعٌ ) آخَرُ هَلْ الْمَشِيمَةُ جُزْءٌ مِنْ الْأُمِّ أَمْ مِنْ الْمَوْلُودِ
حَتَّى إذَا مَاتَ أَحَدُهُمَا عَقِبَ انْفِصَالِهَا كَانَ لَهُ حُكْمُ الْجُزْءِ
الْمُنْفَصِلِ مِنْ الْمَيِّتِ فَيَجِبُ دَفْنُهَا ، وَلَوْ وُجِدَتْ وَحْدَهَا
وَجَبَ تَجْهِيزُهَا وَالصَّلَاةُ عَلَيْهَا كَبَقِيَّةِ الْأَجْزَاءِ أَوَّلًا ؛
لِأَنَّهَا لَا تُعَدُّ مِنْ أَجْزَاءِ وَاحِدٍ مِنْهُمَا خُصُوصًا الْمَوْلُودَ
فِيهِ نَظَرٌ فَلْيُتَأَمَّلْ .ا هـ .سم عَلَى الْمَنْهَجِ وَأَقُولُ الظَّاهِرُ
أَنَّهُ لَا يَجِبُ فِيهَا شَيْءٌ ا هـ .ع ش عَلَى م ر .وَعِبَارَةُ
الْبِرْمَاوِيِّ أَمَّا الْمَشِيمَةُ الْمُسَمَّاةُ بِالْخَلَاصِ فَكَالْجُزْءِ ؛
لِأَنَّهَا تُقْطَعُ مِنْ الْوَلَدِ فَهِيَ جُزْءٌ مِنْهُ وَأَمَّا الْمَشِيمَةُ
الَّتِي فِيهَا الْوَلَدُ ، فَلَيْسَتْ جُزْءًا مِنْ الْأُمِّ وَلَا مِنْ الْوَلَدِ
انْتَهَتْ .
[ CABANG ] Apakah masyimah
bagian dari ibu atau anak hingga bila salah satu dari mereka meninggal setelah
terpisahnya maka hukumnya seperti bagian tubuh yang terpisah dari mayat maka
wajib menguburkannya, dan bila ia ditemukan sendirian maka wajib merawatnya
serta menshalatinya sebagaimana bagian-bagian tubuh manusia lainnya ? Ataukah
tidak diwajibkan apapun atas masyimah tersebut karena ia tidaj terhitung satu
bagian tubuh dari mereka ? Didalamnya perlu pemikiran, maka
berfikirlah..
Ahmad Bin Qoosim
al-‘Ubbaadi berpendapat tidak ada kwajiban apapun atas masyimah sedang
al-Barmawy menilai Masyimah yang juga dikenal dengan nama al-Khalash maka
seperti bagian tubuh dari seseorang karena ia terpotong dari tubuh seorang anak
maka ia bagian tubuhnya, sedang masyimah yang didalamnya terdapati anak maka
bukanlah bagian tubuh dari ibu juga bukan bagian tubuh dari anak. [ Hasyiyah
al-Jamal VII/142 ].
وَيُسَنُّ
دَفْنُ مَا انْفَصَلَ مِنْ حَيٍّ لَمْ يَمُتْ حَالًا أَوْ مِمَّنْ شُكَّ فِي
مَوْتِهِ كَيَدِ سَارِقٍ وَظُفْرٍ وَشَعْرٍ وَعَلَقَةٍ ، وَدَمِ نَحْوِ فَصْدٍ
إكْرَامًا لِصَاحِبِهَا
Dan disunahkan menguburkan
bagian yang terpisah dari orang hidup yang tidak mati seketika atau bagian tubuh
yang terpisah dari orang yang diragukan kematiannya seperti potongan tangan
pencuri, kuku, rambut dan segumpal darah serta darah yang keluar dari semacam
bekam demi memuliakan pemilik potongan tubuh tersebut. [ Nihaayah al-Muhtaaj
VI/24 ].
(
وَلَوْ وُجِدَ جُزْءُ مَيِّتٍ مُسْلِمٍ ) غَيْرِ شَهِيدٍ ( صَلَّى عَلَيْهِ )
بَعْدَ غَسْلِهِ وَسَتْرِهِ بِخِرْقَةٍ وَدُفِنَ كَالْمَيِّتِ الْحَاضِرِ وَإِنْ
كَانَ الْجُزْءُ ظُفُرًا أَوْ شَعْرًا فَقَدْ صَلَّى الصَّحَابَةُ عَلَى يَدِ
عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَتَّابِ بْنِ أَسِيدٍ وَقَدْ أَلْقَاهَا طَائِرُ نَسْرٍ
بِمَكَّةَ فِي وَقْعَةِ الْجَمَلِ وَقَدْ عَرَفُوهَا بِخَاتَمِهِ رَوَاهُ
الشَّافِعِيُّ
Bila ditemui bagian tubuh
mayat muslim selain orang mati syahid maka wajib dishalatkan setelah dimandikan
dan ditutupi dengan kain dan dikuburkan layaknya orang mati meskipun bagian
tersebut hanyalah berupa kuku atau rambut karena para sahabat nabi pernah
menshalati tangan sahabat Abdur rahman Bin ‘Attaaab yang terjatuh dari burung
nasar dikota makkah saat perang al-Jamal, tangan tersebut dikenali para sahabat
milik Abdur rahman karena cincin yang terdapat dijemarinya, diriwayatkan oleh
as-syafi’i. [ Hasyiyah al-Jamal VII/140 ].
Menambahkan sak ndulit.
Menguburkan ari-ari dengan menambahkan brg2 seperti cabai, pulpen, sisir,
menyalakan lampu sentir atau lilin hukumnya haram. Keharamanannya dikarenakan
perbuatan itu adalah termasuk membuang buang harta yang tidak ada manfaatnya
(tabdzir).
تعرفه
التبذير اى يصرفه فى غير مصارف قوله فى غير مصارف و هو كل ما لا يعود نفعه اليه
عاجلا ولا اجلا فيشمل الوجوهالمحرمة و المكروهة الباجوري ٢/٥٥٣
Tabdzir adalah
memperlakukan harta di luar kewajaran yaitu dengan menggunakan harta pada
sesuatu yang tidak ada kegunaanya baik dalam jangka panjang atau jangka pendek
yang mencakup pada hal yang di haramkan dan yang dimakruhkan. Wallaahu A'lamu
Bis Showaab. [A
Ramdhan Ab, Masaji Antoro, Abdurrahman As-syafi'i ].
www.fb.com/groups/piss.ktb/422521697770644/