PERTANYAAN
:
Di madzhab syafi'i saling
bersentuhan kulit dua jenis bukan mahrom (mubaasyaroh) membatalkan wudu,
sedangkan dalam thowaf hal ini bukanlah hal yang mudah dihindari dan pasti
terjadi. Bagaimana cara mencari solusinya ? [Wahab
Abdul].
JAWABAN
:
Ada solusi Qiil dalam
madzhab syafi'i. Menurut imam Furoni dan Imam Haromain tidak batal bila tak
disengaja, menurut imam Ibnu Suraij tidak batal bila tidak syahwat, menurut imam
AL AUZA'I tidak batal bila tidak menyentuh dengan tangan. Baca ktab AL BAHJAH
JuZ 1 HLM 137 -138. Apakah itu muTLAQ APA khusus dalam thowaf ?
Muthlaq.
Memang terdapat pendapat di
kalangan Syafiiyah yang menyatakan tidak membatalkan wudhu bila persentuhan
terjadi akibat tidak adanya kesengajaan, yaitu pendapat al-Furaani dan Imam
Haramain. SOLUSINYA :
1. Mengikuti pendapat di
atas
2. Pindah Madzhab, namun
demikian harus mengikuti segala ketentuaan yang berlaku dalam madzhab yang
diikutinya seperti syarat, rukun dan hal-hal yang membatalkan wudhu.
(
قَوْلُهُ : وَسَوَاءٌ إلَخْ ) وَلَنَا وَجْهٌ أَنَّهُ لَا يُنْتَقَضُ وُضُوءُ
الْمَلْمُوسِ ، وَوَجْهٌ أَنَّ لَمْسَ الْعُضْوِ الْأَشَلِّ أَوْ الزَّائِدِ لَا
يَنْقُضُ ، وَوَجْهٌ لِابْنِ سُرَيْجٍ أَنَّهُ يُعْتَبَرُ الشَّهْوَةُ فِي
الِانْتِقَاضِ قَالَ الْحَنَّاطِيُّ وَحُكِيَ هَذَا عَنْ نَصِّ الشَّافِعِيِّ ،
وَوَجْهٌ حَكَاهُ الْفُورَانِيُّ وَإِمَامُ الْحَرَمَيْنِ وَآخَرُونَ أَنَّ
اللَّمْسَ لَا يَنْقُضُ إلَّا إذَا وَقَعَ قَصْدًا ، وَأَمَّا تَخْصِيصُ النَّقْضِ
بِأَعْضَاءِ الْوُضُوءِ فَلَيْسَ وَجْهًا لَنَا بَلْ مَذْهَبُ الْأَوْزَاعِيِّ
وَحُكِيَ عَنْهُ أَنَّهُ لَا يَنْقُضُ إلَّا اللَّمْسُ بِالْيَدِ كَذَا فِي
الْمَجْمُوعِ
Dari kalangan Syafiiyah
juga terdapat beberapa pendapat :
a.Ada yang menyatakan tidak
menjadi batal wudhunya orang yang disentuh
b.Ada yang menyatakan tidak
membatalkan menyentuh anggauta badan yang telah lumpuh atau anggauta
tambahan
c.Ada yang menyatakan
(pendapat Ibn Suraij) yang membatalkan saat terjadi syahwat dalam persentuhan,
berkata al-Hannaathy diceritakan ini adalah hokum yang telah ditetapkan oleh
Imam Syafi’i
d.Ada yang menyatakan
(Pendapat al-Furaani dan Imam Haramain dan ulama-ulama lain) persentuhan kulit
tidak membatalkan kecuali bila terjadi unsure kesengajaan.
Sedang bersentuhan kulit
yang membatalkan terbatas pada anggauta wudhu saja bukan merupakan pendapat
kalangan syafi’i namun pendapat al-Auzaa’i yang juga diceritakan menurutnya
bahwa tidak membatalkan wudhu kecuali menyentuhnya dengan tangan, inilah yang
diuaraikan dalam kitab al-majmuu’. [ Syarh alBahjah alWardiyyah II/44
].
ومما
تعم به البلوي في الطواف ملامسة النساء للزحمة ، فينبغي للرجل أن لا يزاحمهن ولها
أن لا تزاحم الرجال خوفا من انتقاض الطهارة ، فإن لمس أحدهما بشرة الآخر ببشرته
انتقض طهور اللامس وفي الملموس قولان للشافعي رحمه الله تعالي أصحهما أنه ينتقض
وضوءه وهو نصه في أكثر كتبه ، والثاني لا ينتقض واختاره جماعة قليلة من أصحابه
والمختار الأول .
Termasuk cobaan yang umum
dalam thowaf adalah bersentuhan kulit dengan wanita karena berdesakan, maka
sebaiknya bagi laki-laki tidak mendesaknya dan bagi wanita tidak mendesak kaum
pria karena dikhawatirkan rusaknya bersuci, bila terjadi persentuhan kulit
diantara keduanya naka batal kesuciannya orang yang menyentuh. Sedang bagi yang
disentuh terdapat dua pendapat milik Imam Syafi’i rh. Pendapat yang paling
shahih menyatakan juga batal wudhunya ini teks keterangan beliau dibeberapa
kitabnya, sedang menurut pendapat yang kedua tidak batal, pendapat ini dipilih
oleh sebagian golongan dari pengikut beliau sedang pendapat yang terpilih adalah
pendapat yang pertama. [ Al-Iidhooh
Hal. 102 ]. Wallahu A'lamu Bis Showaab.
[Ghufron
Bkl, Masaji Antoro].