Dalam beberapa tulisan berturut-t urut pada
http:// mutiarazuhu d.wordpres s.com/ 2012/02/21/ ada-tanpa-t empat/ http:// mutiarazuhu d.wordpres s.com/ 2012/02/21/ upaya-takwi l/
Telah diuraikan bagaimana akibat hasutan atau ghazwul fikri (perang pemahaman) yang dilancarka n oleh kaum Zionis Yahudi agar kaum muslim memahami Al Qur’an dan As Sunnah dengan belajar sendiri (otodidak) melalui muthola'ah (menelaah kitab) dengan akal pikiran masing-mas ing tanpa mempedulik an
pemahaman pemimpin ijtihad kaum muslim (Imam Mujtahid Mutlak) yakni
Imam Mazhab yang empat dan pemahaman ulama para pengikut Imam Mazhab
yang empat yang termasuk ulama-ulam a bersanad ilmu atau bersanad guru tersambung kepada Rasulullah shallallah u alaihi wasallam.
Salah seorang ulama keturunan cucu Rasulullah , Habib Munzir mengatakan , “Orang yang berguru tidak kepada guru tapi kepada buku saja maka ia tidak akan menemui kesalahann ya
karena buku tidak bisa menegur tapi kalau guru bisa menegur jika ia
salah atau jika ia tak faham ia bisa bertanya, tapi kalau buku jika ia
tak faham ia hanya terikat dengan pemahaman dirinya, maka oleh sebab
itu jadi tidak boleh baca dari buku, tentunya boleh baca buku apa saja
boleh, namun kita harus mempunyai satu guru yang kita bisa tanya jika
kita mendapatka n masalah”
Asy-Syeikh as-Sayyid Yusuf Bakhour al-Hasani menyampaik an bahwa “maksud dari pengijazah an sanad itu adalah agar kamu menghafazh bukan sekadar untuk meriwayatk an tetapi juga untuk meneladani orang yang kamu mengambil sanad daripadany a, dan orang yang kamu ambil sanadnya itu juga meneladani orang yang di atas di mana dia mengambil sanad daripadany a dan begitulah seterusnya hingga berujung kepada kamu meneladani Rasulullah shallallah u ‘alaihi wasallam. Dengan demikian, keterjagaa n al-Qur’an itu benar-bena r sempurna baik secara lafazh, makna dan pengamalan“
Para ulama telah menyampaik an bahwa jika memahami Al Qur’an dan As Sunnah dengan belajar sendiri (secara otodidak) melalui cara muthola’ah (menelaah kitab) dan memahaminy a dengan akal pikiran sendiri, kemungkina n besar akan berakibat negative seperti,
1. Ibadah fasidah (ibadah yang rusak) , ibadah yang kehilangan ruhnya atau aspek bathin
2. Tasybihill ah Bikholqihi , penyerupaa n Allah dengan makhluq Nya.
Salah satu contoh memahami dengan akal pikiran adalah memahami
ayat-ayat sifat tanpa ta’wil atau tanpa mengambil hikmah sebagaiman a yang dipegang oleh ulama-ulam a korban hasutan atau ghazwul fikri (perang pemahaman ) dari kaum Zionis Yahudi, seperti ulama Ibn Taimiyyah, Ibnu Qoyyim al Jauziyah, Muhammad bin Abdul Wahhab dan para pengikutny a yang mengi'tiqo dkan berdasarka n makna dzahirnya
Terhadap lafazh-laf azh ayat sifat kita sebaiknya tidak mengi’tiqo dkan berdasarka n maknanya secara dzahir karena akan terjerumus kepada jurang tasybih (penyerupa an), sebab lafazh-laf azh ayat sifat sangat beraroma tajsim dan secara badihi (otomatis) pasti akan menjurus ke sana.
Imam Ahmad ar-Rifa’i (W. 578 H/ 1182 M) dalam kitabnya al-Burhan al-Muayyad, “Sunu ‘Aqaidakum
Minat Tamassuki Bi Dzahiri Ma Tasyabaha Minal Kitabi Was Sunnati
Lianna Dzalika Min Ushulil Kufri”, “Jagalah aqidahmu dari berpegang
dengan dzahir ayat dan hadis mutasyabih at, karena hal itu salah satu pangkal kekufuran” .
Imam besar ahli hadis dan tafsir, Jalaluddin As-Suyuthi dalam “Tanbiat Al-Ghabiy Bi Tabriat Ibn ‘Arabi” mengatakan “Ia (ayat-ayat mutasyabih at) memiliki makna-makn a khusus yang berbeda dengan makna yang dipahami oleh orang biasa. Barangsiap a memahami kata wajh Allah, yad , ain dan istiwa sebagaiman a makna yang selama ini diketahui (wajah Allah, tangan, mata, bertempat) , ia kafir (kufur dalam i’tiqod) secara pasti.”
Sayyidina Ali Ibn Abi Thalib ra berkata : “Sebagian golongan
dari umat Islam ini ketika kiamat telah dekat akan kembali menjadi
orang-oran g kafir.“
Seseorang bertanya kepadanya : “Wahai Amirul Mukminin apakah
sebab kekufuran mereka? Adakah karena membuat ajaran baru atau karena
pengingkar an?”
Sayyidina Ali Ibn Abi Thalib ra menjawab : “Mereka menjadi kafir karena pengingkar an. Mereka mengingkar i Pencipta mereka (Allah Subhanahu wa ta’ala) dan mensifati- Nya dengan sifat-sifa t benda dan anggota-an ggota badan.”
Kita harus bedakan antara “mencari-c ari takwil” sebagaiman a kaum mu’tazilah dengan “mentakwil kan” sebagaiman a contohnya yang dilakukan oleh Ibnu Abbas ra dan Ulil Albab lainnya
Doa Rasulullah shallallah u alaihi wasallam untuk Ibnu Abbas ra untuk dapat menta’wilk an atau mengambil hikmah,
Allahumma faqqihhu fiddin wa ‘allimhu al Ta’wil
dan
Allahum ‘allimhu al hikmah
Allah Azza wa Jalla berfirman yang artinya “Allah menganuger ahkan al hikmah (pemahaman yang dalam tentang Al Qur’an dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendak i-Nya. Dan barangsiap a yang dianugerah i hikmah, ia benar-bena r telah dianugerah i karunia yang banyak. Dan hanya Ulil Albab yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)“. (QS Al Baqarah [2]:269 ).
“Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadan ya) melainkan Ulil Albab” (QS Ali Imron [3]:7 )
Dijelaskan dalam (QS Ali Imron [3]:7) bahwa yang dapat menta’wilk an atau mengambil pelajaran (menta’wil kan) atau mengambil hikmah dari ayat-ayat mutasyabih at adalah Ulil Albab, muslim yang menggunaka n lubb atau akal qalbu atau muslim yang menundukka n akal pikirannya kepada akal qalbu sebagaiman a yang telah diuraikan dalam tulisan pada http:// mutiarazuhu d.wordpres s.com/ 2012/01/29/ tundukkan-a kal-pikira n/
Dalam kitab-kita b ilmu tauhid seperti kitab ilmu tauhid berjudul "Hasyiyah ad-Dasuqi 'ala Ummil Barahin" karya Syeikh Al-Akhthal halaman 109 baris 9 s/d 12 menuliskan
و اعلم أن من اعتقد أن الله جسم كالأجسام فهو كافر و من المعتقد أنه
جسم لا كالأجسام فهو عاص غير كافر و الاعتقاد الحق اعتقاد أن الله ليس
بجسم و لا صفة و لا يعلم ذاته الا هو
Artinya: "Dan ketahuilah oleh kalian bahwa sesungguhn ya:
1. Barangsiap a mengi'tiqa dkan (meyakinka n) bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala seperti jisim (bentuk suatu makhluk) sebagimana jisim-jisi m lainnya, maka orang tersebut hukumnya "Kafir (orang yang kufur dalam i'tiqad)."
2. Orang yang mengi'tiqa dkan (meyakinka n) bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala seperti jisim (bentuk suatu makhluk), tapi tidak disamakan sebagaiman a jisim-jisi m (bentuk-be ntuk
makhluk) lainnya, maka orang tersebut hukumnya "'aashin" atau orang
yang telah berbuat durhaka kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
3. I'tiqad yang benar adalah i'tiqad yang menyatakan bahwa sesungguhn ya
Allah Subhanahu wa Ta'ala itu bukanlah seperti jisim (bentuk suatu
makhluk) dan bukan pula berupa sifat. Tidak ada yang dapat mengetahui Dzat Allah Subhanahu wa Ta'ala kecuali Dia."
Dalam beberapa tulisan yang telah kami sampaikan tujuannya untuk mengingatk an akan adanya hasutan atau ghazwul fikri yang dilancarka n oleh kaum Zionis Yahudi yang berakibat segelintir kaum muslim membenci mayoritas kaum muslim yang melaksanak an amal kebaikan seperti dzikir berjamaah, maulid Nabi, tawassul, ratib, istighotsa h, ziarah kubur, yasinan, tahlilan, dll
Bahkan hasutan atau ghazwul fikri yang dilancarka n oleh kaum Zionis Yahudi berakibat terjadinya pembunuhan terhadap sesama muslim seperti pembunuhan terhadap Sayyidina Ustman ra, Imam Sayyidina Ali ra, Sayyidina Husein ra dan pembunuhan lainnya sebagaiman a yang terlukiska n dalam tulisan pada http:// www.aswaja- nu.com/ 2010/01/ dialog-syai kh-al-syan qithi-vs-w ahhabi_20. html atau pada http:// www.faceboo k.com/ photo.php?f bid=220630 637981571& set=a.2206 3051131491 7.56251.10 0001039095 629
Contoh pada zaman sekarang pembunuhan terhadap sesama manusia yang telah bersyahada t akibat hasutan atau ghazwul fikri yang dilancarka n oleh kaum Zionis Yahudi adalah apa yang terjadi pada tragedi Darul Hadits, Dammaj, Yaman.
Majalah Dakwah Islam “Cahaya Nabawiy” Edisi no 101, Januari 2012 memuat topik utama berjudul “SYIAH-WAH ABI: Dua seteru abadi” , Berikut sedikit kutipannya ,
**** awal kutipan ****
“Sebenarny a ada fakta lain yang luput dari pemberitaa n media dalam tragedi itu. Peristiwa itu bermula dari tertangkap nya mata-mata utusan Darul Hadits oleh orang-oran g suku Hutsi yang menganut Syiah. Selama beberapa lama Darul Hadits memang mengirim mata-mata untuk mengamati kesaharian warga Syiah. Suku Hutsi merasa kehormatan mereka terusik dengan keberadaan mata-mat ini. Kehormatan
adalah masalah besar bagi suku-suku di Jazirah Arab. Tak ayal, suku
Hutsi pun menyerbu Darul Hadits sebagai ungkapan amarah mereka. Selama
beberapa hari Darul Hadits dikepung orang-oran g Hutsi yang kebanyakan tergabung dalam milisi pemberonta k“
“Dua warga Indonesia tewas dalam baku tembak, sementara yang lainnya bersembuny i di kampus. Anehnya, meskipun beberapa kali dibujuk , para mahasiswa tetap tak mau dievakuasi pihak kedutaan. Mereka berdalih bahwa diri mereka sedang berjihad melawan musuh. Doktrin yang ditanamkan kepada mahasiswa Darul Hadits cukup, sangar yakni, “Jihad terhadap syiah rafidah al-Houtsi”
***** akhir kutipan *****
Ironis sekali , kedua sekte masing-mas ing merasa berjihad dan memerangi sesama manusia yang telah bersyahada t.
Rasulullah shallallah u alaihi wasallam bersabda, “mencela seorang muslim adalah kefasikan, dan membunuhny a adalah kekufuran”. (HR Muslim 97)
Rasulullah lalu bertanya: ‘Kenapa kamu membunuh orang yang telah mengucapka n Laa Ilaaha Illaahu? ‘ Aku menjawab, Wahai Rasulullah ! Sesungguhn ya lelaki itu mengucap demikian karena takutkan ayunan pedang. Rasulullah bertanya lagi: Sudahkah kamu membelah dadanya sehingga kamu tahu dia benar-bena r mengucapka n Kalimah Syahadat atau tidak? Rasulullah terus mengulangi pertanyaan itu kepadaku hingga menyebabka n aku berandai-a ndai bahwa aku baru masuk Islam saat itu. (HR Muslim 140)
Dia berkata, ‘Dan kami saat itu diberitahu kan peristiwa Usamah bin Zaid, yang mana ketika dia telah mengangkat pedangnya,
tiba-tiba orang musyrik itu mengucap, ‘Tidak ada tuhan (yang berhak
disembah) kecuali Allah’, namun dia tetap saja membunuhny a. Maka Basyir pun mendatangi Nabi shallallah u ‘alaihi wasallam untuk mengadukan dan menanyakan hal itu kepada beliau. Dia menceritak annya kepada beliau dan apa yang diperbuat oleh lelaki tadi. Maka beliau pun memanggil Usamah dan menanyainy a, ‘Kenapa kamu membunuhny a? ‘ Dia menjawab, ‘Wahai Rasulullah , dia telah melukai kaum muslimin, dia telah membunuh si fulan dan si fulan, dan dia menyebutka n sebuah nama kepadanya, dan sungguh telah menyimpan dendam terhadapny a, namun ketika dia melihat pedangku ini, dia mengucap, ‘Tidak ada tuhan (yang berhak disembah) kecuali Allah’. Rasulullah shallallah u ‘alaihi wasallam bertanya lagi: ‘Apakah kamu yang telah membunuhny a? ‘ Dia menjawabny a,
‘Ya.’ Beliau bertanya lagi: ‘Lalu apa yang hendak kamu perbuat dengan
kalimat, ‘Tidak ada tuhan (yang berhak disembah) kecuali Allah’, jika
di hari kiamat kelak ia datang (untuk minta pertanggun g jawaban) pada hari kiamat nanti? ‘ (HR Muslim 142)
Sedangkan kejadian sekitar abad 12 Hijriah terlukiska n dalam apa yang disampaika n oleh ulama-ulam a bermazhab seperti
Dari kalangan ulama madzhab Hanbali, al-Imam Muhammad bin
Abdullah bin Humaid al-Najdi berkata dalam kitabnya al-Suhub
al-Wabilah ‘ala Dharaih al-Hanabil ah ketika menulis biografi Syaikh Abdul Wahhab, ayah pendiri sekte Wahhabi, sebagai berikut: "Syaikh Sulaiman (kakak Muhammad bin Abdul Wahhab), juga menentang terhadap dakwahnya dan membantahn ya dengan bantahan yang baik berdasarka n ayat-ayat al-Qur’an dan hadits-had its Nabi shallallah u alaihi wa sallam. Syaikh Sulaiman menamakan bantahanny a dengan judul Fashl al-Khithab fi al-Radd ‘ala Muhammad bin Abdul Wahhab. Allah telah menyelamat kan Syaikh Sulaiman dari keburukan dan tipu daya adiknya meskipun ia sering melakukan serangan besar yang mengerikan terhadap orang-oran g yang jauh darinya. Karena setiap ada orang yang menentangn ya, dan membantahn ya, lalu ia tidak mampu membunuhny a secara terang-ter angan, maka ia akan mengirim orang yang akan menculik dari tempat tidurnya atau di pasar pada malam hari karena pendapatny a yang mengkafirk an dan menghalalk an membunuh orang yang menyelisih inya.” (Ibn Humaid al-Najdi, al-Suhub al-Wabilah ‘ala Dharaih al-Hanabil ah, hal. 275).
Dari kalangan ulama madzhab Hanafi, al-Imam Muhammad Amin Afandi
yang populer dengan sebutan Ibn Abidin, juga berkata dalam kitabnya,
Hasyiyah Radd al-Muhtar sebagai berikut: “Keterangan tentang pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab, kaum Khawarij pada masa kita. Sebagaiman a
terjadi pada masa kita, pada pengikut Ibn Abdil Wahhab yang keluar
dari Najd dan berupaya keras menguasai dua tanah suci. Mereka
mengikuti madzhab Hanabilah.
Akan tetapi mereka meyakini bahwa mereka saja kaum Muslimin,
sedangkan orang yang berbeda dengan keyakinan mereka adalah orang-oran g musyrik. Dan oleh sebab itu mereka menghalalk an membunuh Ahlussunna h
dan para ulamanya sampai akhirnya Allah memecah kekuatan mereka,
merusak negeri mereka dan dikuasai oleh tentara kaum Muslimin pada
tahun 1233 H.” (Ibn Abidin, Hasyiyah Radd al-Muhtar ‘ala al-Durr al-Mukhtar , juz 4, hal. 262)
Dari kalangan ulama madzhab al-Maliki, al-Imam Ahmad bin Muhammad al-Shawi al-Maliki, ulama terkemuka abad 12 Hijriah dan semasa dengan pendiri Wahhabi, berkata dalam Hasyiyah ‘ala Tafsir al-Jalalai n sebagai berikut: "Ayat ini turun mengenai orang-oran g Khawarij, yaitu mereka yang mendistors i penafsiran al-Qur’an dan Sunnah, dan oleh sebab itu mereka menghalalk an darah dan harta benda kaum Muslimin sebagaiman a yang terjadi dewasa ini pada golongan mereka, yaitu kelompok di negeri Hijaz yang disebut dengan aliran Wahhabiyah , mereka menyangka bahwa mereka akan memperoleh sesuatu (manfaat), padahal merekalah orang-oran g pendusta.” (Hasyiyah al-Shawi ‘ala Tafsir al-Jalalai n, juz 3, hal. 307).
Salah satu contoh penghasutn ya
adalah perwira Yahudi Inggris bernama Edward Terrence Lawrence yang
dikenal oleh ulama jazirah Arab sebagai Laurens Of Arabian. Laurens
menyelidik i dimana letak kekuatan umat Islam dan berkesimpu lan bahwa kekuatan umat Islam terletak kepada ketaatan dengan mazhab (bermazhab ) dan istiqomah mengikuti tharikat-t harikat tasawuf.
Laurens mengupah ulama-ulam a yang anti tharikat dan anti mazhab untuk menulis buku buku yang menyerang tharikat dan mazhab. Buku tersebut diterjemah kan ke dalam berbagai bahasa dan dibiayai oleh pihak orientalis .
Cara ulama-ulam a yang anti tasawuf dan anti mazhab menghasut adalah memotong-m otong firman Allah, hadits Rasulullah , perkataan Salafush Sholeh maupun perkataan ulama-ulam a terdahulu seperti perkataan Imam Mazhab yang empat.
Dalam tulisan pada http:// mutiarazuhu d.wordpres s.com/ 2012/02/02/ potongan-pe rkataan-ul ama/ telah diuraikan bagaimana mereka terhasut oleh potongan perkataan ulama.
Dalam tulisan pada http:// mutiarazuhu d.wordpres s.com/ 2012/02/03/ terhasut-pe ngalihan-m akna/ telah diuraikan bagaimana mereka terhasut oleh pengalihan makna perkataan ulama.
Dalam tulisan pada http:// mutiarazuhu d.wordpres s.com/ 2012/02/05/ menyalah-ma knakan-had its/ telah diuraikan bagaimana mereka terhasut oleh penyalah makna dari hadits.
Dalam tulisan pada http:// mutiarazuhu d.wordpres s.com/ 2012/02/08/ terhasut-pe mbatasan-m akna/ telah diuraikan bagaimana mereka terhasut oleh pembatasan makna firman Allah ta’ala
Contoh hasutan lainnya yang dilancarka n oleh Kaum Zionis Yahudi adalah menghasut dengan cara mencitraka n hal yang buruk terhadap tasawuf dalam rangka menjauhkan umat Islam dari jalan (thariqat) untuk mencapai muslim yang berakhlaku l karimah atau muslim yang ihsan atau muslim yang bermakrifa t
Salah satu yang termakan hasutan atau ghazwul fikri dari kaum Zionis Yahudi adalah pemerintah an kerajaan dinasti Saudi
Ulama keturunan cucu Rasulullah shallallah u alaihi wasallam, Abuya Prof. DR. Assayyid Muhammad bin Alwi Almaliki Alhasani dalam makalahnya dalam pertemuan nasional dan dialog pemikiran yang kedua, 5 s.d. 9 Dzulqo’dah 1424 H di Makkah al Mukarromah , menyampaik an bahwa dalam kurikulum tauhid kelas tiga Tsanawiyah (SLTP) cetakan tahun 1424 Hijriyyah di Arab Saudi berisi klaim dan pernyataan bahwa kelompok Sufiyyah (aliran–al iran tasawuf) adalah syirik dan keluar dari agama. Kutipan makalah selengkapn ya ada pada http:// mutiarazuhu d.wordpres s.com/ 2010/08/18/ ekstrem-dal am-pemikir an-agama/
Padahal kalau kita mau melihat kurikulum atau silabus tentang
tasawuf pada perguruan tinggi Islam, pastilah tasawuf adalah jalan
(thariqat) untuk mencapai muslim yang berakhlaku l karimah atau muslim yang ihsan atau muslim yang bermakrifa t
Ahmad Shodiq, MA-Dosen Akhlak & Tasawuf, UIN Syarif Hidayatull ah Jakarta mengutip perkataan Imam Syafi’i ~rahimahul lah yang menyatakan
bahwa orang yang buruk itu seperti pantatnya dandang (tempat menanak
nasi) yang hitam. Kata Imam Syafi’i, dia hitam, dan dia ingin
menempelka nnya ke kulit kita. Kalau kita terpancing , maka yang hitam itu dua. Jadi kalau sampai kita sadar bahwa ada ruhani yang tidak stabil, dan kita terpancing untuk tidak stabil, maka sesungguhn ya yang terjadi adalah dua ketidaksta bilan, karena kita terpancing . Selengkapn ya uraian dosen Ahmad Shodiq tentang tasawuf dan pendidikan akhlak ada dalam tulisan pada http:// mutiarazuhu d.wordpres s.com/ 2010/06/07/ pendidikan- akhlak/
Pada hakikatnya upaya kaum Zionis Yahudi menjauhkan kaum muslim dari tasawuf adalah dalam rangka merusak akhlak kaum muslim sebagaiman a mereka menyebarlu askan pornografi , gaya hidup bebas, liberalism e, sekulerism e, pluralisme , hedonisme dll
Imam As Syafi’i ~rahimahul lah menasehatk an kita untuk menjalanka n perkara syariat sebagaiman a yang mereka sampaikan dalam kitab fiqih sekaligus menjalanka n tasawuf untuk mencapai muslim yang baik, muslim yang sholeh, muslim yang berakhlaku l karimah atau muslim yang Ihsan
Imam Syafi’i ~rahimahul lah menyampaik an nasehat (yang artinya) ,”Berusahala h engkau menjadi seorang yang mempelajar i ilmu fiqih dan juga menjalani tasawuf, dan janganlah kau hanya mengambil salah satunya. Sesungguhn ya demi Allah saya benar-bena r ingin memberikan nasehat padamu. Orang yang hanya mempelajar i
ilmu fiqih tapi tidak mau menjalani tasawuf, maka hatinya tidak dapat
merasakan kelezatan takwa. Sedangkan orang yang hanya menjalani tasawuf
tapi tidak mau mempelajar i ilmu fiqih, maka bagaimana bisa dia menjadi baik (ihsan)?” [Diwan Al-Imam Asy-Syafi' i, hal. 47]
Begitupula dengan nasehat Imam Malik ~rahimahul lah bahwa menjalanka n tasawuf agar manusia tidak rusak dan menjadi manusia berakhlak baik
Imam Malik ~rahimahul lah menyampaik an nasehat (yang artinya) “Dia yang sedang tasawuf tanpa mempelajar i fiqih (perkara syariat) rusak keimananny a , sementara dia yang belajar fikih tanpa mengamalka n Tasawuf rusaklah dia, hanya dia siapa memadukan keduanya terjamin benar” .
Wassalam
Zon di Jonggol, Kab Bogor 16830