PERTANYAAN
:
Assalamu'alaikum semuanya,
mau nanya mengenai berita di TV, ana seorang tukang becak yang sibuk, kemudian
sang bapak jualan bensin yang tidak ditunggu dan di tempat tersebut di sediakan
kotak untuk menaruh uangnya dan ditulis JUAL BENSIN MENUJU SURGA" kalau konsumen
jujur dia bayar, tapi kalau tidak iya tidak bayar, sah kah jual beli tersebut
dengan keyakinan sang tukang becak, dan siap menanggung kerugian, sebelumnya
terimakasih atas jawabannya. Wassalamu'alaikum. [Ach
Zin].
JAWABAN
:
Wa'alaikumussalam.
الشافعية
ــــ قالوا: لاينعقد البيع إلا بالصيغة الكلامية أو مايقوم مقامها من الكتاب
والرسول، وإشارة الأخرس المعلومة، أما المعاطاة فإن البيع لاينعقد بها، وقد مال
صاحب الإحياء إلى جواز البيع في الأشياء اليسيرة بالمعاطاة لأن الإيجاب والقبول يشق
في مثلـها عادة
Madzhab syafi'i berkata:
Tidak sah jual beli kecuali dengan shighat yang sempurna baik dengan tulisan,
isyarat yang jelas bagi orang bisu. Adapun jual beli tanpa shighot tidak sah.
Dan Imam Ghazali dalam kitab Ihya' condong kepada bolehnnya jual beli secara
mu'athoh (tanpa akad) namun berlaku untuk hal2 yang remeh. Karena ijab dan qabul
untuk dianggap sulit. (Fiqih Madzahibul Arba'ah, 2/155). Ini dari kitab Syarah
Muhadzab :
فرع:
صورة المعاطاة التي فيها الخلاف السابق: أن يعطيه درهماً أو غيره ويأخذ منه شيئاً
في مقابلته، ولا يوجد لفظ أو يوجد لفظ من أحدهما دون الآخر، فإذا ظهر ـــ والقرينة
وجود الرضى من الجانبين ـــ حصلت المعاطاة، وجرى فيها الخلاف
Contoh dari jual beli
secara mu'athoh yang terjadi perbedaan pendapat di atas ialah : semisal jika
orang itu memberikan uang dan ia mengambil barang sedagai gantinya. Dan tidak
ada kalimat yang menayatkan ijab qobul. Maka jika secara dhohir ada kerelaan
diantara keduanya (pembeli dan penjual) maka itulah yang dinamakan jual beli
secara mu'athoh yang mana keabsahannya terjadi khilaf. (Majmu' Syarah Muhadzab,
9/163-164). Wallohu a'lam. [Nur
Hasyim S. Anam].