Mereka merasa mengikuti pemahaman Salafush Sholeh namun pada kenyataann ya mereka tidak lebih dari mengikuti pemahaman ulama-ulam a seperti ulama Ibnu Taimiyyah , ulama Ibnu Qoyyim Al Jauziah (pengikut Ibnu Taimiyyah) , ulama Muhammad bin Abdul Wahhab (pengikut Ibnu Taimiyyah, pendiri sekte Wahabi) dan seperti ulama Al Albani (pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab) dan para pengikutny a.
Hal yang harus kita ingat bahwa mereka bukanlah pemimpin ijtihad kaum muslim (Imam Mujtahid Mutlak) sehingga pemahaman mereka tidaklah patut diikuti
Bahkan ulama Al Albani (pengikut ulama Muhammad bin Abdul Wahhab) ada mengingkar i hadits sebagaiman a yang diuraikan dalam tulisan pada http:// mutiarazuhu d.wordpres s.com/ 2011/11/22/ tidak-cukup / dan pengingkar annya terhadap hadits-had its lain diuraikan dalam tulisan padahttp:// mutiarazuhu d.files.wo rdpress.co m/2010/04/ inilahahlus sunnahwalj amaah.pdf
Pada hakikatnya mereka mengikuti pemahaman ulama Ibnu Taimiyyah sebagaiman a ulama Muhammad bin Abdul Wahhab sebagaiman a yang diriwayatk an dalam tulisan pada http:// arisandi.co m/?p=964 berikut kutipannya
***awal kutipan*** *
Di antara karya-kary a ulama terdahulu yang paling terkesan dalam jiwanya adalah karya-kary a Syeikh al-Islam Ibnu Taimiyah. Beliau adalah mujaddid besar abad ke 7 Hijriyah yang sangat terkenal.
Demikianla h meresapnya pengaruh dan gaya Ibnu Taimiyah dalam jiwanya, sehingga Syeikh Muhammad bin `Abdul Wahab bagaikan duplikat(s alinan) Ibnu Taimiyah. Khususnya dalam aspek ketauhidan , seakan-aka n semua yang diidam-ida mkan oleh Ibnu Taimiyah semasa hidupnya yang penuh ranjau dan tekanan dari pihak berkuasa, semuanya telah ditebus dengan kejayaan Ibnu `Abdul Wahab yang hidup pada abad ke 12 Hijriyah itu.
Setelah beberapa lama menetap di Mekah dan Madinah, kemudian beliau berpindah ke Basrah. Di sini beliau bermukim lebih lama, sehingga banyak ilmu-ilmu yang diperolehi nya, terutaman di bidang hadith danmusthal ahnya, fiqh dan usul fiqhnya, gramatika (ilmu qawa’id) dan tidak ketinggala n pula lughatnya semua.
Lengkaplah sudah ilmu yang diperlukan oleh seorang yang pintar yang kemudian dikembangk an sendiri melalui metode otodidak (belajar sendiri) sebagaiman a lazimnya para ulama besar Islam mengembang kan ilmu-ilmun ya. Di mana bimbingan guru hanyalah sebagai modal dasar yang selanjutny a untuk dapat dikembangk an dan digali sendiri oleh yang bersangkut an.
****akhir kutipan*** **
Memang ulama Ibnu Taimiyyah membaca Al Qur’an , Tafsir bil Matsur, Hadits Shohih, Sunan, Musnad, lalu ulama Ibnu Taimiyyah pun berjtihad dengan pendapat beliau.
Apa yang ulama Ibnu Taimiyyah katakan tentang kitab-kita b tersebut, pada hakikatnya adalah hasil ijtihad dan ra’yu beliau sendiri.
Sumbernya memang Al Quran dan As Sunnah, tapi apa yang ulama Ibnu Taimiyyah sampaikan semata-mat a lahir dari kepala beliau sendiri. Setiap upaya pemahaman bisa benar dan bisa pula salah. Kemungkina n salahnya semakin besar jika yang melakukan upaya pemahaman (ijtihad) tidak dikenal oleh jumhur ulama berkompete nsi sebagai Imam Mujtahid Mutlak.
Kesalahpah aman besar telah terjadi ketika ulama Ibnu Taimiyyah mengatakan bahwa apa yang beliau pahami dan sampaikan adalah pemahaman Salafush Sholeh. Jika apa yang ulama Ibnu Taimiyyah pahami dan sampaikan sesuai dengan pemahaman Salafush Sholeh tentu tidaklah masalah namun ketika apa yang ulama Ibnu Taimiyyah pahami dan sampaikan tidak sesuai dengan pemahaman sebenarnya Salafush Sholeh maka pada hakikatnya ini termasuk fitnah terhadap para Salafush Sholeh. Fitnah akhir zaman.
Ulama Ibnu Taimiyyah pada awalnya bermazhab Imam Hambali sebagaiman a yang diuraikan dalam tulisan pada http:// ashhabur-ro yi.blogspo t.com/ 2011/02/ upaya-menet ralkan-sun tikan-racu n.html namun pada akhirnya beliau memahami Al Qur’an dan As Sunnah dengan menyandark an pada belajar sendiri (secara otodidak) melalui cara muthola’ah (menelaah kitab) dengan akal pikiran sendiri.
Jumhur ulama telah menyampaik an bahwa jika memahami Al Qur’an dan As Sunnah dengan belajar sendiri (secara otodidak) melalui cara muthola’ah (menelaah kitab) dan memahaminy a dengan akal pikiran sendiri, kemungkina n besar akan berakibat negative seperti,
1. Ibadah fasidah (ibadah yang rusak) , ibadah yang kehilangan ruhnya atau aspek bathin
2. Tasybihill ah Bikholqihi , penyerupaa n Allah dengan makhluq Nya
Ibadah fasidah (ibadah yang rusak) ditimbulka n dari kesalahpah aman misalkan kesalapaha man tentang bid’ah yang dapat menjerumus kan kedalam kekufuran sebagaiman a yang diuraikan dalam tulisan pada http:// mutiarazuhu d.wordpres s.com/ 2011/12/06/ 2011/11/03/ ahli-bidah- sebenarnya / atau kesalahpah aman berakibat pengingkar an hadits Rasulullah sebagaiman a contoh yang diuraikan dalam tulisan pada http:// mutiarazuhu d.wordpres s.com/ 2011/11/22/ tidak-cukup /
Tasybihill ah Bikholqihi , penyerupaa n Allah dengan makhluq Nya berakibat terjerumus kedalam kekufuran.
Para ulama-ulam a terdahulu telah memperinga tkan agar kita tidak memahami ayat-ayat mutasyabih at tentang sifat Allah dengan makna secara dzahir.
Imam besar ahli hadis dan tafsir, Jalaluddin As-Suyuthi dalam “Tanbiat Al-Ghabiy Bi Tabriat Ibn ‘Arabi” mengatakan “Ia (ayat-ayat mutasyabih at) memiliki makna-makn a khusus yang berbeda dengan makna yang dipahami oleh orang biasa. Barangsiap a memahami kata wajh Allah, yad , ain dan istiwa sebagaiman a makna yang selama ini diketahui (wajah Allah, tangan, mata, bertempat) , ia kafir secara pasti.”
Imam Ahmad ar-Rifa’i (W. 578 H/ 1182 M) dalam kitabnya al-Burhan al-Muayyad, “Sunu ‘Aqaidakum Minat Tamassuki Bi Dzahiri Ma Tasyabaha Minal Kitabi Was Sunnati Lianna Dzalika Min Ushulil Kufri”, “Jagalah aqidahmu dari berpegang dengan dzahir ayat dan hadis mutasyabih at, karena hal itu salah satu pangkal kekufuran” .
Begitupula peringatan yang disampaika n oleh khataman Khulafaur Rasyidin, Imam Sayyidina Ali ra dalam riwayat berikut,
Sayyidina Ali Ibn Abi Thalib ra berkata : “Sebagian golongan dari umat Islam ini ketika kiamat telah dekat akan kembali menjadi orang-oran g kafir.“
Seseorang bertanya kepadanya : “Wahai Amirul Mukminin apakah sebab kekufuran mereka? Adakah karena membuat ajaran baru atau karena pengingkar an?”
Sayyidina Ali Ibn Abi Thalib ra menjawab : “Mereka menjadi kafir karena pengingkar an. Mereka mengingkar i Pencipta mereka (Allah Subhanahu wa ta’ala) dan mensifati- Nya dengan sifat-sifa t benda dan anggota-an ggota badan.” (Imam Ibn Al-Mu’alli m Al-Qurasyi (w. 725 H) dalam Kitab Najm Al-Muhtadi Wa Rajm Al-Mu’tadi ).
Rasulullah shallallah u alaihi wasallam bersabda, “Barangsia pa menguraika n Al Qur’an dengan akal pikirannya sendiri dan merasa benar, maka sesungguhn ya dia telah berbuat kesalahan” . (HR. Ahmad)
Ibnul Mubarak berkata: ”Sanad merupakan bagian dari agama, kalaulah bukan karena sanad, maka pasti akan bisa berkata siapa saja yang mau dengan apa saja yang diinginkan nya.” (Diriwayat kan oleh Imam Muslim dalam Muqoddimah kitab Shahihnya 1/47 no:32 )
Dari Ibnu Abbas ra Rasulullah shallallah u alaihi wasallam bersabda…” Barangsiap a yg berkata mengenai Al-Qur’an tanpa ilmu maka ia menyediaka n tempatnya sendiri di dalam neraka” (HR.Tirmid zi)
Imam Syafi’i ~rahimahul lah mengatakan “tiada ilmu tanpa sanad”.
Al-Hafidh Imam Attsauri ~rahimulla h mengatakan “Penuntut ilmu tanpa sanad adalah bagaikan orang yang ingin naik ke atap rumah tanpa tangga”
Bahkan Al-Imam Abu Yazid Al-Bustami y , quddisa sirruh (Makna tafsir QS.Al-Kahf i 60) ; “Barangsia pa tidak memiliki susunan guru dalam bimbingan agamanya, tidak ragu lagi niscaya gurunya syetan” Tafsir Ruhul-Baya n Juz 5 hal. 203
Sanad ilmu / sanad guru sama pentingnya dengan sanad hadits
Sanad hadits adalah otentifika si atau kebenaran sumber perolehan matan/ redaksi hadits dari lisan Rasulullah
Sedangkan Sanad ilmu atau sanad guru adalah otentifika si atau kebenaran sumber perolehan penjelasan baik Al Qur’an maupun As Sunnah dari lisan Rasulullah .
Kita memahami Al Qur’an dan As Sunnah berdasarka n apa yang kita dengar dari apa yang disampaika n oleh ulama-ulam a terdahulu yang tersambung dengan lisannya Rasulullah shallallah u alaihi wasallam. Inilah yang dinamakan bertalaqqi (mengaji) dengan ulama bersanad ilmu atau bersanad guru tersambung kepada Rasulullah shallallah u alaihi wasallam
Hal yang akan ditanyakan seperti
Apakah yang kamu pahami telah disampaika n / dikatakan oleh ulama-ulama terdahulu yang tersambung lisannya kepada Rasulullah shallallah u alaihi wasallam ?
Siapakah ulama-ulam a terdahulu yang mengatakan hal itu ?
Rasulullah shallallah u alaihi wasallam bersabda yang artinya “Sampaikan dariku sekalipun satu ayat dan ceritakanl ah (apa yang kalian dengar) dari Bani Isra’il dan itu tidak apa (dosa). Dan siapa yang berdusta atasku dengan sengaja maka bersiap-si aplah menempati tempat duduknya di neraka” (HR Bukhari)
Hakikat hadits tersebut adalah kita hanya boleh menyampaik an satu ayat yang diperoleh dari orang yang disampaika n secara turun temurun sampai kepada lisannya Sayyidina Muhammad bin Abdullah Shallallah u alaihi wasallam.
Kita tidak diperkenan kan menyampaik an apa yang kita pahami dengan akal pikiran sendiri dengan cara membaca dan memahami namun kita sampaikan apa yang kita dengar dan pahami dari lisan mereka yang sanad ilmunya tersambung kepada lisannya Rasulullah shallallah u alaihi wasallam karena hanya perkataan Rasulullah shallallah u alaihi wasallam yang merupakan kebenaran atau ilmuNya. Hal yang harus kita ingat bahwa Al Qur’an pada awalnya tidaklah dibukukan. Ayat-ayat Al Qur’an hanya dibacakan dan dihafal (imla) kemudian dipahami bersama dengan yang menyampaik annya.
Para pemimpin ijtihad kaum muslim (Imam Mujtahid Mutlak) alias Imam Mazhab yang empat, mereka menyampaik an pemahaman berdasarka n apa yang mereka dengar dan pahami dari lisannya Salafush Sholeh. Para Salafush Sholeh mereka menyampaik an pemahaman secara berjenjang berdasarka n apa yang mereka dengar dan pahami dari lisannya Rasulullah .
Contoh sanad Ilmu atau sanad guru Imam Syafi’i ra
1. Baginda Nabi Muhammad Shallallah u alaihi wasallam
2. Baginda Abdullah bin Umar bin Al-Khottob ra
3. Al-Imam Nafi’, Tabi’ Abdullah bin Umar ra
4. Al-Imam Malik bin Anas ra
5. Al-Imam Syafei’ Muhammad bin Idris ra
Salah satu cara mempertaha nkan sanad ilmu atau sanad guru adalah dengan mengikuti pendapat/ pemahaman pemimpin ijtihad kaum muslim (Imam Mujtahid Mutlak) alias Imam Mazhab yang empat dan penjelasan dari para pengikut Imam Mazhab sambil merujuk darimana mereka mengambil yaitu Al Quran dan as Sunnah.
Ulama yang tidak mau bermazhab , pada hakikatnya telah memutuskan rantai sanad ilmu atau sanad guru, berhenti pada akal pikirannya sendiri dimana didalamnya ada unsur hawa nafsu atau kepentinga n.
Pemerintah an kerajaan dinasti Saudi didirikan atas kolaborasi antara ulama asal Nejd yakni ulama Muhammad bin Abdul Wahhab dengan penguasa Muhammad bin Sa’ud
Berikut kutipan perkenalan dari kedutaan besar Saudi Arabia, http:// www.saudiem bassy.net/ about/ country-inf ormation/ Islam/ saudi_arabi a_Islam_he artland.as px
“In the 18th century, a religious scholar of the central Najd, Muhammad bin Abdul Wahhab, joined forces with Muhammad bin Saud, the ruler of the town of Diriyah, to bring the Najd and the rest of Arabia back to the original and undefiled form of Islam”.
Ulama Muhammad bin Abdul Wahab membutuhka n seorang penguasa untuk menolong penyiaran pahamnya yang baru dan Muhammad bin Sa’ud membutuhka n seorang ulama yang dapat mengisi rakyatnya dengan ideologi yang keras, demi untuk memperkoko h pemerintah an dan kekuasaann ya.
Padahal hal yang terlarang bekerjasam a antara ulama dengan penguasa. Ulama dilarang mendekati pintu penguasa karena mereka akan sukar menegakkan kebenaran. Fatwanya bisa jadi merupakan pembenaran terhadap keinginan/ hawa nafsu penguasa. Namun ulama boleh kalau sekedar silaturrah im dengan penguasa.
Diriwayatk an dari Ibnu Abbas r.a, dari Nabi shallallah u alaihi wasallam bersabda “barangsiap a mendatangi pintu penguasa maka ia akan terfitnah” ( HR Abu Dawud [2859]).
Diriwayatk an dari Abu Anwar as-Sulami r.a, ia berkata, “Rasulullah shallallah u alaihi wasallam bersabda, ‘Jauhilah pintu-pint u penguasa, karena akan menyebabka n kesulitan dan kehinaan‘,”
Hadits yang sangat “disukai” oleh penguasa dan digunakan mereka sebagai pembenaran kekuasaan mereka adalah,
Kami bertanya kepada Beliau shallallah u ‘alaihi wasallam, “ Ya, Rasulullah ! Apakah tidak sebaiknya kita perangi saja mereka ketika seperti itu ?, Beliau menjawab : “Tidak…, selagi mereka menegakkan shalat di tengah-ten gah kalian. Tidak…, selagi mereka masih menegakkan shalat di tengah-ten gah kalian (HR Muslim)
Rasulullah shallallah u alaihi wasallam “Tidak halal memerangi penguasa, tidak pula memberonta k kepadanya meskipun dia penguasa yang dzalim”.
Inilah yang dikatakan oleh Imam Sayyidina Ali ra, “kalimatu haqin urida bihil batil” (perkataan yang benar dengan tujuan yang salah / berlainan).
Perkataan Rasulullah ketika sistem pemerintah an dalam kesatuan aqidah (aqidah state) kemudian oleh mereka “diperguna kan” pada sistem pemerintah an kesatuan dalam negara (nation state). Terkait sistem pemerintah an telah kami uraikan dalam tulisan pada http:// mutiarazuhu d.wordpres s.com/ 2010/10/17/ pemimpin-da lam-islam/
Mereka membuat-bu at larangan yang merupakan hak Allah ta'ala menetapkan nya. Mereka melarang berkelompo k atau berjama'ah minal muslimin dan menyebutny a sebagai hizbiyyah. Pada hakikatnya larangan tersebut adalah agar tidak timbul kekuatan kaum muslim dalam berjama'ah minal muslimin yang akan dapat menggangu kekuatan penguasa dinasti kerajaan Saudi. Padahal yang dilarang hanyalah membangga- banggakan kelompok.
Larangan berjama'ah minal muslimin yang merupakan salah satu penyebab perselisih an diantara mereka yang mengaku-ak u mengikuti pemahaman Salafush Sholeh sebagaiman a yang terurai dalam beberapa situs berikut
http:// www.faceboo k.com/ notes/ padepokan-k anjeng-sun an/ buku-sms-ab u-abu-sala fi-melawan -salafi-al -bani-vs-b in-bas-uts aimin/ 24870081186 3777
http:// semogakamis elamat.wor dpress.com /2011/11/ 07/ point-point -kesesatan -para-peny embah-thog ut-radio-r odja/
Rasulullah bersabda : “Tidak boleh bagi tiga orang berada dimanapun di bumi ini, tanpa mengambil salah seorang diantara mereka sebagai amir (pemimpin) ”
Diriwayatk an dari Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda: “Barangsiap a memilih seseorang menjadi pemimpin untuk suatu kelompok, yang di kelompok itu ada orang yang lebih diridhai Allah dari pada orang tersebut, maka ia telah berkhianat kepada Allah, Rasul-Nya dan orang-oran g yang beriman.” (HR. Hakim)
Dalam sejarah Islam kita kenal adanya ahlu a-halli wa al-‘aqdi yang merupakan demokrasi berdasarka n perwakilan yang berkompete nsi dan terpercaya . Begitupula ketetapan/ fatwa/ kebijaksana an diambil dengan permusyawa ratan / perwakilan yang berkompete nsi dan terpercaya .
Rasulullah bersabda “Sesungguhn ya umatku tidak akan bersepakat pada kesesatan. Oleh karena itu, apabila kalian melihat terjadi perselisih an maka ikutilah as-sawad al a’zham (kesepakat an jumhur ulama) .” (HR. Ibnu Majah, Abdullah bin Hamid, at Tabrani, al Lalika’i, Abu Nu’aim. Menurut Al Hafidz As Suyuthi dalam Jamius Shoghir, ini adalah hadits Shohih)
Mereka adalah kaum yang menanamkan pedoman bukan dengan pedoman Rasulullah yakni mereka mengada-ad akan di dalam agama (mengada-a da dalam perkara yang merupakan hak Allah ta’ala menetapkan nya yakni perkara kewajiban, larangan dan pengharama n) , apabila mereka mengerjaka n agama dengan pemahaman berdasarka n akal pikiran, padahal di dalam agama itu tidak ada pemahaman berdasarka n akal pikiran, sesungguhn ya agama itu dari Tuhan, perintah-N ya dan larangan-N ya.”
Dari Ibnu ‘Abbas r.a. berkata Rasulullah shallallah u alaihi wasallam bersabda, “Sesungguh nya di masa kemudian akan ada peperangan di antara orang-oran g yang beriman.” Seorang Sahabat bertanya: “Mengapa kita (orang-ora ng yang beriman) memerangi orang yang beriman, yang mereka itu sama berkata: ‘Kami telah beriman’.” Rasulullah Shallallah u alaihi wasallam bersabda: “Ya, karena mengada-ad akan di dalam agama (mengada-a da dalam perkara yang merupakan hak Allah ta’ala menetapkan nya yakni perkara kewajiban, larangan dan pengharama n) , apabila mereka mengerjaka n agama dengan pemahaman berdasarka n akal pikiran, padahal di dalam agama itu tidak ada pemahaman berdasarka n akal pikiran, sesungguhn ya agama itu dari Tuhan, perintah-N ya dan larangan-N ya.” (Hadits riwayat Ath-Thabar ani)
Mereka “memerangi ” orang beriman sebagaiman a yang dialami oleh mufti mesir Profesor Doktor Ali Jum`ah yang mempertaha nkan fatwa bahwa Niqab ( Cadar / Purdah) adalah suatu kebiasaan yang di bolehkan dan bukan merupakan satu kewajiban (ditinggalka n berdosa) sebagaiman a kesepakata n jumhur ulama bahwa wajah dan kedua telapak tangan bukan termasuk aurat bagi perempuan. Hal ini diuraikan dalam tulisan padahttp:// mutiarazuhu d.wordpres s.com/ 2011/10/30/ hukum-penut up-muka/
Andaikan Niqab ( Cadar / Purdah) sebuah perkara syariat atau kewajiban yang jika ditinggalkan berdosa maka akan bertentang an dengan larangan menutup muka ketika ihram bagi kaum wanita. Adalah hal yang mustahil dalam perkara syariat ada yang saling bertentang an.
Firman Allah Azza wa Jalla,
أَفَلاَ يَتَدَبَّر ُونَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِندِ غَيْرِ اللّهِ لَوَجَدُوا ْ فِيهِ اخْتِلاَفا ً كَثِيراً
“Maka apakah mereka tidak memperhati kan Al Qur’an ? Kalau kiranya Al Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentang an yang banyak di dalamnya.” (QS An Nisaa 4 : 82)
Mereka "memerangi " orang beriman sebagaiman a perintah ulama mereka dalam kitabnya berjudul “al-Majmu’ al-mufid min ‘Aqidati al Tauhid” hal. 55
لاينفع اسلامكم اذا أعلنتم الحرب العشواء على هذه الطرق الصوفية فقضيتم عليها قاتلوا هم قبل أن تقاتلوا اليهود والمجوس
“Tidak berguna Islam kalian sebelum kalian mengumumka n perang terhadap torikoh sufi dan kalian membantain ya, perangilah mereka sebelum memerangi yahudi dan majusi”
Perintah yang diada-adak an (bid’ah) yang tidak pernah ditetapkan oleh Allah Azza wa Jalla maupun tidak pernah disampaika n oleh Rasulullah shallallah u alaihi wasallam. Tentang kaum sufi telah dijelaskan dalam tulisan pada http:// mutiarazuhu d.wordpres s.com/ 2010/05/07/ kaum-sufi/. Sedangkan tentang amalan dan konsep dasar tasawuf telah dijelaskan dalam tulisan sebelumnya pada http:// mutiarazuhu d.wordpres s.com/ 2011/12/25/ amalan-dasa r-tasawuf/
Contoh lain mereka “memerangi ” orang beriman sebagaiman a yang terurai dalam tulisan pada http:// www.aswaja- nu.com/ 2010/01/ dialog-syai kh-al-syan qithi-vs-w ahhabi_20. html atau pada http:// www.faceboo k.com/ photo.php?f bid=220630 637981571& set=a.2206 3051131491 7.56251.10 0001039095 629
Mereka dengan pemahaman mereka berdasarka n akal pikiran sendiri menjadikan Amerika yang dibelakang nya kaum Zionis Yahudi sebagai “teman kepercayaa n”, penasehat, pelindung
Firman Allah Azza wa Jalla yang artinya
“Hai orang-oran g yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaa nmu orang-oran g yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hent inya (menimbulk an) kemudharat an bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahka n kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyi kan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminy a” , (QS Ali Imran, 118)
“Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu, dan kamu beriman kepada kitab-kita b semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata “Kami beriman”, dan apabila mereka menyendiri , mereka menggigit ujung jari antaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka): “Matilah kamu karena kemarahanm u itu”. Sesungguhn ya Allah mengetahui segala isi hati“. (QS Ali Imran, 119)
“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-oran g yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-oran g itu bapak-bapa k, atau anak-anak, atau saudara-sa udara ataupun keluarga mereka.” (Qs. Al Mujadilah : 22)
“Janganlah orang-oran g mu’min mengambil orang-oran g kafir menjadi wali dan meninggalk an orang-oran g mu’min. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolonga n Allah…” (Qs. Ali-Imran : 28)
“Tidakkah kamu perhatikan orang-oran g yang menjadikan suatu kaum yang dimurkai Allah sebagai teman? Orang-oran g itu bukan dari golongan kamu dan bukan (pula) dari golongan mereka. Dan mereka bersumpah untuk menguatkan kebohongan , sedang mereka mengetahui“. (QS Al Mujaadilah [58]:14 )
Ironis yang terjadi di wilayah kerajaan dinasti Saudi, mereka menjadikan Amerika (dibelakan gnya kaum Zionis Yahudi) sebagai teman kepercayaa n, pelindung, penasehat. Contoh paling mudah untuk diketahui bahwa mereka menyusun kurikulum pendidikan agama bekerjasam a dengan Amerika yang dibelakang nya adalah kaum Zionis Yahudi , sebagaiman a yang terurai dalam tulisan pada http:// mutiarazuhu d.wordpres s.com/ 2011/02/07/ muslim-buka nlah-ekstr imis/ Inilah salah satu “pintu masuk” ghazwul fikri (perang pemahaman) yang dilancarka n oleh kaum Zionis Yahudi dan kesalahpah aman-kesal ahpahaman tersebut menyebar luas ke negeri-neg eri kaum muslim melalui perantaraa n contohnya beasiswa pendidikan di wilayah kerajaan dinasti Saudi.
Begitupula dengan penguasa negeri lainnya yang mengaku muslim namun mereka menjadi “boneka” Amerika atau menjadikan Amerika atau kaum Zionis Yahudi sebagai teman kepercayaa n, pelindung, penasehat.
Tindakan para penguasa negeri seperti itulah yang menimbulka n kemudharat an bagi kaum muslim sebagaiman a yang telah difirmanka n Allah Azza wa Jalla yang artinya, "Hai orang-oran g yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaa nmu orang-oran g yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hent inya (menimbulk an) kemudharat an bagiimu " (QS Ali Imran, 118).
Firman Allah Azza wa Jalla
Hasbunalla h wani’mal wakil , “Cukuplah Allah sebagai penolong kami, dan Allah adalah sebaik-bai k tempat bersandar” (QS Ali `Imran [3]: 173)
"Orang-ora ng beriman itu sesungguhn ya bersaudara . ( Qs. Al-Hujjara t :10)
"“Hai orang-oran g yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya maka kelak Allah akan mendatangk an suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiN ya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu’min, yang bersikap keras terhadap orang-oran g kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan- Nya kepada siapa yang dikehendak i-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian -Nya), lagi Maha Mengetahui .” (QS Al Ma’iadah [5]:54)
Diriwayatk an hadits dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallah u alaihi wasallam bersabda: “Demi Allah, kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman. Belum sempurna keimanan kalian hingga kalian saling mencintai. ” (HR Muslim)
Wassalam
Zon di Jonggol, Kab Bogor 16830